Komisi I DPR mengunjungi Markas Batalyon Kavaleri 8 Kostrad di Pasuruan, Jawa Timur, yang menjadi operator tank tempur utama-main battle tank (MBT)- Leopard buatan Krauss-Maffei dan Rheinmetall, Jerman, Jumat (19/2). Ternyata tank kebanggaan yang dibeli era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu masih kurang kelengkapannya sehingga belum dapat beroperasi maksimal. Tidak hanya kelengkapan tank Leopard yang belum dipenuhi TNI, sarana latihan pun masih terbatas.
"Alat pengatur tembakan tidak ada sehingga dilakukan manual, pengindera malam (night vision) tidak ada, perkakas dongkrak tank ukuran 20 ton yang tersedia hanya 10 ton sehingga tak bisa untuk perbaikan kubah. Persenjataan ringan juga belum ada," tutur anggota Komisi I DPR TB Hasanudin.
Meriam Leopard ukuran 120 milimeter adalah yang terbesar di jajaran tank milik TNI. Hasanudin menjelaskan, dengan jangkauan kaliber meriam sebesar itu, lapangan tembak milik TNI AD yang ada terlalu kecil. Selama ini, ukuran meriam tank yang ada berkisar 75 milimeter dan 90 milimeter.
"Akhirnya, yang bisa digunakan adalah Air Weapon Range (AWR) lapangan uji penembakan dan pengeboman TNI AU di Lumajang," kata Hasanudin.
Kecanggihan MBT sekelas Leopard juga mencakup kemampuan menyelam dengan perlengkapan snorkel hingga peperangan Nuklir-Biologi-Kimia (Nubika). Tank Leopard memiliki panjang 9,97 meter dan berat 63 ton. Sebuah tank yang diangkut ke daerah operasi selalu diangkut dengan tank transporter, yakni truk besar dengan bak pengangkut yang untuk Leopard menggunakan truk Astra buatan Iveco dengan panjang keseluruhan 20 meter lebih.
KSAD (ketika itu) Jenderal Pramono Edhie Wibowo pada tahun 2012 memaparkan rencana gelar kekuatan atau deployment MBT Leopard dalam tiga kali rapat dengar pendapat di Komisi I DPR. Pada rapat dengar pendapat pertama, disebutkan KSAD MBT Leopard ditempatkan di perbatasan Kalimantan dengan Sabah-Sarawak untuk efek gentar. Apalagi Malaysia memiliki MBT PT91 buatan Polandia yang ditempatkan di sepanjang perbatasan dengan Indonesia di Kalimantan. Pada rapat dengar pendapat kedua disebutkan, MBT Leopard ditempatkan di ibu kota provinsi di Pontianak (Kalbar) dan Samarinda (Kaltim).
Namun entah kenapa, pada rapat dengar pendapat ketiga disebutkan, MBT Leopard ditempatkan di Jawa, di Jawa Barat dan Jawa Timur, di bawah Divisi I dan Divisi II Kostrad.
Pramono Edhie mengklaim mendapat 100 tank Leopard seharga 287 juta dollar AS. Sebelumnya dengan anggaran yang sama hanya didapat 44 unit dari Belanda (Kompas 2/2/2012).
Selanjutnya pada arsip Kompas 8 Maret 2012 diklaim Pramono Edhie, Jerman menawarkan transfer teknologi dalam pembelian MBT Leopard. Ada kemungkinan mekanisme produksi bersama, kata Pramono Edhie, ketika itu.
Bagaimana mengangkut Leopard ke luar Jawa? . Kementerian Pertahanan telah memesan landing ship tank khusus yang bisa mengangkut tank seberat Leopard. Salah satu yang sudah diresmikan ialah KRI Teluk Bintuni yang dibuat di dalam negeri oleh PT Daya Radar Utama.
Menanggapi belum lengkapnya MBT Leopard, Kepala Badan Sarana Pertahanan (Kabaranahan) Kemhan Laksamana Muda (TNI) Leonardi mengatakan, dari 163 tank Leopard yang dibeli, sudah 103 yang datang yang terdiri dari 61 unit MBT Revolution dan 42 unit MBT 2A4. Menurut Leonardi, semua akan dilengkapi agar kekuatan MBT Leopard dan sarana pendukungnya sesuai rencana semula. Mari kita tunggu kemampuan maksimal MBT Leopard itu.
Sumber: Kompas