Delegasi Indonesia yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-69 memfokuskan pembahasan pada tiga isu utama.
Ketiga isu yang diperjuangkan delegasi Indonesia adalah terkait perubahan iklim, Tujuan Pembangunan Milenium Global (MDGs) Pasca-2015, dan solusi konflik di berbagai wilayah dunia.
“Agenda persidangan tahun ini berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, baik bentuk persidangan maupun rangkaian kegiatan para pemimpin dunia," kata Presiden SBY saat memberikan keterangan pers usai mengikuti rangkaian kegiatan di Markas Besar PBB New York, Amerika Serikat, pada Rabu (24/9) sore atau Kamis (25/9) WIB.
SBY menilai kemitraan erat yang terjalin di antara negara-negara, khususnya dalam dalam mengatasi pemanasan global dan perubahan iklim semakin baik, efektif, dan nyata.
Dia mengakui sejak 2007 perhatian dunia terarah pada upaya penanganan perubahan iklim. Bahkan, Indonesia sebagai negara yang menjadi paru-paru dunia telah memastikan bahwa kerja sama global dalam mengatasi perubahan iklim bisa dilaksanakan secara lebih efektif.
Selain itu, Indonesia juga menitikberatkan pada pelaksanaan konsep green growth dalam mengembangkan kebijakan, doktrin, dan program pembangunan berkelanjutan.
“Pendek kata, apa yang dilaksanakan Indonesia sudah benar dan betul-betul on the right track. Hanya perlu terus dijaga dan ditingkatkan,” katanya.
Sedangkan di bidang Pembangunan Milenium Global (MDGs) Pasca-2015, Indonesia memiliki posisi kuat yaitu sebagai co-chair dalam merumuskan langkah-langkah nyata untuk mewujudkan upaya itu.
“Dalam diskusi-diskusi di PBB, semua negara sepakat bahwa agenda pembangunan MDGs Pasca 2015 harus makin fokus, efektif, dan berhasil,” kata dia.
Isu lainnya adalah tentang pentingnya perhatian para pemimpin dunia terhadap perkembangan situasi di Kawasan Timur Tengah, khususnya di wilayah Irak dan Suriah.
Selain itu, Indonesia juga menyatakan kesiapannya berkontribusi menjaga perdamaian dan keamanan internasional, khususnya di Ukraina, Afrika, dan kawasan lainnya.
“Yang lebih penting bagi Indonesia adalah menghadapi gerakan terorisme, radikalisme, dan ekstremisme di Tanah Air. Situasi negara kita sendiri harus diutamakan. Kita harus cegah terjadinya aksi yang menimbulkan ketakutan dan suasana yang tidak tentram bagi rakyat kita,” katanya.
Sumber:Investor Daily
0 comments:
Post a Comment