Operasi pendaratan amfibi dengan dukungan kekuatan komposit semua unsur alias ketiga matra TNI menjadi puncak Latihan Gabungan TNI 2014, di Pantai Banongan, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, Rabu.
Setelah tembakan bantuan pantai dari kapal-kapal perang TNI AL di lepas garis pantai, setelah diperkuat serangan udara multi layer dan penguasaan ruang udara serta close air support, maka giliran tank-tank amfibi Korps Marinir TNI AL beraksi.
Prajurit pendarat TNI AL dari berbagai kesatuan dan unsur secara pasti bergerak dari kapal-kapal pembawa, merangsek sejak dari tumpuan darat pertama di Pantai Banongan, terus menghantam kedudukan-kedudukan musuh berkilometer jauhnya.
Wartawan ANTARA, Masuki M Astro, dari arena Latihan Gabungan TNI 2014 itu melaporkan, operasi amfibi itu menjadi puncak latihan gabungan terbesar TNI setelah 1983 di Pantai Cilegon, Banten.
Kali ini, lebih dari 15.000 personel TNI AL, TNI AU, dan TNI AD dari multi korps dan kesatuan bahu-membahu menunjukkan kemampuan mereka setelah ditempa latihan secara parsial yang terprogram dan terstruktur.
Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko, Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Marsetio, Kepala Staf TNI AU, Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia, serta Kepala Staf TNI AD, Jenderal TNI Budiman, mencermati setiap pergerakan operasi penutup itu.
Menurut Markas Besar TNI, segenap skenario latihan terbesar itu dibuat senyata mungkin. Semua peluru, peluru kendali, roket, bahan peledaknya adalah material sungguhan sehingga diperlukan disiplin sangat tinggi untuk mengoperasikan.
Sebelum operasi amfibi itu digelar pada hari "H" dan jam "J", puncak latihan itu ditandai gelombang pertama pendaratan menembus gelombang pantai. Dilanjutkan proses bantuan tembakan kapal, menghancurkan kedudukan musuh di pantai pendaratan yang dapat menggagalkan pelaksanaan Operasi Amfibi.
Berturutan gelombang demi gelombang pertama baterai (istilah satuan setingkat peleton bagi korps kavaleri) tank-tank amfibi lalu meluncur dari dalam palka kapal-kapal pengangkut yang memiliki rampa.
Gelombang kedua terdiri dari kompi kendaraan pendarat amfibi yang mengangkut pasukan dengan perlengkapan penuh, menyerang maju bersama kompi tank dengan kerja sama infanteri tank; guna menduduki sasaran-sasaran yang telah direncanakan sebelumnya.
Gelombang ketiga dari unsur kendaraan pendarat amfibi yang mendarat untuk membantu pasukan yang lebih dulu mendarat dan menghancurkan kedudukan musuh yang masih berada di sekitar pantai.
Setelah itu selesai, barulah pendaratan berikutnya alias gelombang keempat, terdiri dua unit landing craft unit (LCU) dan enam unit kendaraan amfibi pengangkut artileri, dengan unsur artileri medan terdiri dari dua pucuk roket multi laras, RM-70 Grad dan meriam howitzer 105 milimeter.
Setelah mendarat, semuanya akan menempati titik siaga tempur penembakan sesuai koordinat yang telah direncanakan, selanjutnya akan memberikan tembakan artileri medan terhadap sasaran-sasaran musuh.
Gelombang atas panggilan mendarat dengan unsur KAPA yang mengangkut empat unit howitzer 105 mm. Setelah mendarat dan selanjutnya menuju pos tempur penembakan sesuai koordinat yang telah ditentukan.
Setelah meriam-meriam howitzer itu masuk untuk siaga penembakan, gelombang atas panggilan berikutnya mendarat dengan menggunakan LCU yang mengangkut dua unit RM-70 Grad.
Setelah mendarat kemudian menuju titik siaga penembakan yang telah direncanakan.
Dari udara, dukungan penguasaan superioritas ruang udara dioperasikan selain percepatan penguasaan titik-titik sasaran musuh memakai tiga helikopter.
TNI belum punya air cavalry sebagaimana satuan kavaleri udara di Ekspedisi Gabungan Korps Marinir Amerika Serikat atau Divisi Lintas Udara 1 Angkatan Darat Amerika Serikat.
Namun, prinsip interoperabilitas seperti itu diujicobakan dilaksanakan dalam Latihan Gabungan TNI 2014, satu hal yang menjadi target penguasaan doktrin baru tempur dan perang TNI.
Apalagi didukung topografi Pantai Banongan dan wilayah berkilometer jaraknya dari garis pantai yang sangat mendukung untuk menguji itu semua.
Tidak jauh dari pantai berpasir padat berkombinasi dengan rawa dan hutan bakau itu, terdapat bukit-bukit cukup terjal yang memungkinkan titik-titik kedudukan musuh tidak mudah dibidik.
Tiga unit helikopter itu mengangkut prajurit-prajurit untuk merebut dan menduduki sasaran yang dapat mempengaruhi dan menentukan dalam pelaksanaan perebutan tumpuan pantai pada operasi amfibi.
Sambil penerbangan lintas medan helikopter itu berjalan, dua unit RM-70 Grad dan tiga pucuk meriam howitzer kaliber 105 mm yang telah ada di pos tempur masing-masing langsung beraksi sahut-menyahut.
Tembak tinjau (observasi untuk menguji ketepatan elevasi tembak) sebanyak empat butir dari laras-laras RM 70 Grad dan empat amunisi dari meriam howitzer 105 mm.
Penembakan kedua, penembakan pelaksanaan (tembakan sejati, sudah bersifat pasti menghancurkan) sebanyak 76 amunisi dari RM-70 Grad dan 30 amunisi dari meriam howitzer 105 mm. Untuk menuntaskan serbuan, penembakan salvo terhadap sasaran sebanyak 40 amunisi dua unit RM-70 Grad, menjadi pamungkas.
Pada Latihan Gabungan TNI 2014 kali ini, TNI AL mengerahkan 33 kapal perang, terdiri dari dua kapal markas, satu kapal selam, delapan kapal perang yang tergabung dalam Komando Tugas Gabungan Amfibi, dan 22 kapal perang yang tergabung dalam Komando Tugas Gabungan Laut.
Selain unsur kapal perang, TNI AL juga menerjunkan pesawat udara dari Pusat Penerbangan TNI AL, yaitu tiga helikopter Bell-412 (nomor registrasi HU-419, HU-410, HU-417), satu unit Bolcow-Blohm BO-105 (NV-411), satu CASA NC-212 Aviocar (U-617), serta satu CN-235 (P-860) untuk angkutan udara VIP.
Selain itu, TNI AL juga menerjunkan ribuan prajurit Korps Marinir TNI AL beserta material tempur yang diikutkan pada latihan terbesar TNI pada 2014 ini.
Mereka meliputi tujuh tank amfibi LVT-7A, delapan tank amfibi BMP-3F, sembilan tank amfibi PT-76, 13 tank BTR-50 P, 11 tank BTR-50 PK, enam KAPA-61, delapan RM-70 Grad, dan delapan meriam howitzer 105 mm.
Setelah tembakan bantuan pantai dari kapal-kapal perang TNI AL di lepas garis pantai, setelah diperkuat serangan udara multi layer dan penguasaan ruang udara serta close air support, maka giliran tank-tank amfibi Korps Marinir TNI AL beraksi.
Prajurit pendarat TNI AL dari berbagai kesatuan dan unsur secara pasti bergerak dari kapal-kapal pembawa, merangsek sejak dari tumpuan darat pertama di Pantai Banongan, terus menghantam kedudukan-kedudukan musuh berkilometer jauhnya.
Wartawan ANTARA, Masuki M Astro, dari arena Latihan Gabungan TNI 2014 itu melaporkan, operasi amfibi itu menjadi puncak latihan gabungan terbesar TNI setelah 1983 di Pantai Cilegon, Banten.
Kali ini, lebih dari 15.000 personel TNI AL, TNI AU, dan TNI AD dari multi korps dan kesatuan bahu-membahu menunjukkan kemampuan mereka setelah ditempa latihan secara parsial yang terprogram dan terstruktur.
Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko, Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Marsetio, Kepala Staf TNI AU, Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia, serta Kepala Staf TNI AD, Jenderal TNI Budiman, mencermati setiap pergerakan operasi penutup itu.
Menurut Markas Besar TNI, segenap skenario latihan terbesar itu dibuat senyata mungkin. Semua peluru, peluru kendali, roket, bahan peledaknya adalah material sungguhan sehingga diperlukan disiplin sangat tinggi untuk mengoperasikan.
Sebelum operasi amfibi itu digelar pada hari "H" dan jam "J", puncak latihan itu ditandai gelombang pertama pendaratan menembus gelombang pantai. Dilanjutkan proses bantuan tembakan kapal, menghancurkan kedudukan musuh di pantai pendaratan yang dapat menggagalkan pelaksanaan Operasi Amfibi.
Berturutan gelombang demi gelombang pertama baterai (istilah satuan setingkat peleton bagi korps kavaleri) tank-tank amfibi lalu meluncur dari dalam palka kapal-kapal pengangkut yang memiliki rampa.
Gelombang kedua terdiri dari kompi kendaraan pendarat amfibi yang mengangkut pasukan dengan perlengkapan penuh, menyerang maju bersama kompi tank dengan kerja sama infanteri tank; guna menduduki sasaran-sasaran yang telah direncanakan sebelumnya.
Gelombang ketiga dari unsur kendaraan pendarat amfibi yang mendarat untuk membantu pasukan yang lebih dulu mendarat dan menghancurkan kedudukan musuh yang masih berada di sekitar pantai.
Setelah itu selesai, barulah pendaratan berikutnya alias gelombang keempat, terdiri dua unit landing craft unit (LCU) dan enam unit kendaraan amfibi pengangkut artileri, dengan unsur artileri medan terdiri dari dua pucuk roket multi laras, RM-70 Grad dan meriam howitzer 105 milimeter.
Setelah mendarat, semuanya akan menempati titik siaga tempur penembakan sesuai koordinat yang telah direncanakan, selanjutnya akan memberikan tembakan artileri medan terhadap sasaran-sasaran musuh.
Gelombang atas panggilan mendarat dengan unsur KAPA yang mengangkut empat unit howitzer 105 mm. Setelah mendarat dan selanjutnya menuju pos tempur penembakan sesuai koordinat yang telah ditentukan.
Setelah meriam-meriam howitzer itu masuk untuk siaga penembakan, gelombang atas panggilan berikutnya mendarat dengan menggunakan LCU yang mengangkut dua unit RM-70 Grad.
Setelah mendarat kemudian menuju titik siaga penembakan yang telah direncanakan.
Dari udara, dukungan penguasaan superioritas ruang udara dioperasikan selain percepatan penguasaan titik-titik sasaran musuh memakai tiga helikopter.
TNI belum punya air cavalry sebagaimana satuan kavaleri udara di Ekspedisi Gabungan Korps Marinir Amerika Serikat atau Divisi Lintas Udara 1 Angkatan Darat Amerika Serikat.
Namun, prinsip interoperabilitas seperti itu diujicobakan dilaksanakan dalam Latihan Gabungan TNI 2014, satu hal yang menjadi target penguasaan doktrin baru tempur dan perang TNI.
Apalagi didukung topografi Pantai Banongan dan wilayah berkilometer jaraknya dari garis pantai yang sangat mendukung untuk menguji itu semua.
Tidak jauh dari pantai berpasir padat berkombinasi dengan rawa dan hutan bakau itu, terdapat bukit-bukit cukup terjal yang memungkinkan titik-titik kedudukan musuh tidak mudah dibidik.
Tiga unit helikopter itu mengangkut prajurit-prajurit untuk merebut dan menduduki sasaran yang dapat mempengaruhi dan menentukan dalam pelaksanaan perebutan tumpuan pantai pada operasi amfibi.
Sambil penerbangan lintas medan helikopter itu berjalan, dua unit RM-70 Grad dan tiga pucuk meriam howitzer kaliber 105 mm yang telah ada di pos tempur masing-masing langsung beraksi sahut-menyahut.
Tembak tinjau (observasi untuk menguji ketepatan elevasi tembak) sebanyak empat butir dari laras-laras RM 70 Grad dan empat amunisi dari meriam howitzer 105 mm.
Penembakan kedua, penembakan pelaksanaan (tembakan sejati, sudah bersifat pasti menghancurkan) sebanyak 76 amunisi dari RM-70 Grad dan 30 amunisi dari meriam howitzer 105 mm. Untuk menuntaskan serbuan, penembakan salvo terhadap sasaran sebanyak 40 amunisi dua unit RM-70 Grad, menjadi pamungkas.
Pada Latihan Gabungan TNI 2014 kali ini, TNI AL mengerahkan 33 kapal perang, terdiri dari dua kapal markas, satu kapal selam, delapan kapal perang yang tergabung dalam Komando Tugas Gabungan Amfibi, dan 22 kapal perang yang tergabung dalam Komando Tugas Gabungan Laut.
Selain unsur kapal perang, TNI AL juga menerjunkan pesawat udara dari Pusat Penerbangan TNI AL, yaitu tiga helikopter Bell-412 (nomor registrasi HU-419, HU-410, HU-417), satu unit Bolcow-Blohm BO-105 (NV-411), satu CASA NC-212 Aviocar (U-617), serta satu CN-235 (P-860) untuk angkutan udara VIP.
Selain itu, TNI AL juga menerjunkan ribuan prajurit Korps Marinir TNI AL beserta material tempur yang diikutkan pada latihan terbesar TNI pada 2014 ini.
Mereka meliputi tujuh tank amfibi LVT-7A, delapan tank amfibi BMP-3F, sembilan tank amfibi PT-76, 13 tank BTR-50 P, 11 tank BTR-50 PK, enam KAPA-61, delapan RM-70 Grad, dan delapan meriam howitzer 105 mm.
Sumber : Antara
Posted in: Militer
0 comments:
Post a Comment