Keinginan untuk menjadikan TNI menjadi angkatan udara yang kuat dan
disegani ternyata sudah sejak lama dikumandangkan oleh para pendiri
bangsa ini. Keinginan ini jelas tercermin dalam pidato presiden RI
kesatu salaku laksamana tertinggi udara pada hari peringatan 5 tahun
AURI (sekarang TNI AU) 9 april 1951. “Beliau mengatakan jika angkatan
perang kita hendak berdiri setaraf, setinggi dan sederajat dengan
angkatan perang dumia internasional, maka kita harus mempunyai angkatan
udara yang sebaik-baiknya”.
Makna dari penggalang pidato ini menandakan bahwa para pendiri bangsa
sudah melihat jauh ke depan ketika terjadi perang di masa depan, maka
kekuatan udara menjadi faktor penentu perang walaupun ibu dari semua
perang adalah perang darat. Kekuatan udara yang kuat terbukti dengan
beberapa perang yang terjadi di abad 21 era modern dan digital ini
bagaimana AS mendominasi perang ketika terjadi perang teluk II dan
invasi ke Irak, serta perang arab israel (perang yong kipur) yang
menunjukkan kekuatan udara menjadi faktor penentu jalannya kemenangan.
Membangun dan memiliki sebuah angkatan udara yang kuat memang
hukumnya wajib serta menjadi keharusan bagi bangsa sebesar Indonesia
ini. Mari kita bernostalgia kembali mengenang sejarah bahwa kita bangsa
Indonesia pernah menjadi kekuatan udara terkuat di belahan bumi selatan.
Pada awal tahun 1950-an kekuatan AU terdiri atas 25 pengebom B-25
mitchell skuadron udara 1. 29 pesawat C-41 dakota dan 30 pemburu P51
mustang di lanud halim perdana kusuma (waku itu lanud cilitan) 22
fluster di skuadron udara 4 lanud Atang Sanjaya bogor (waktu itu lanud
semplak) dan PBY-50 catalina di skadron udara 5 lanud abdulrachaman
saleh malang (waktu itu lanud bugis). Untuk pesawat latih terdapat 62
pesawat latih L-4J piper cup dan 46 pengebom latih BT-13 valiant serta
74 AT-16 harvard di lanud husein sastranegara (waktu itu lanud andir).
Selanjutnya pada periode 1960-an secara cepat dibangun
skadron-skadron baru antara lain, skadron 6 dengan 41 helikopter Mi-4,
Skadron 7 dengan 28 bell 204B, bell-47G dan S-61 serta skadron 8 dengan
sembilan helikopter raksasa Mi-6 lanud atang senjaya. Kekuatan peswat
tempur meliputi. Skadron 11 dengan 49 MiG-17, 30 MIG -15 serta 10 MIG 19
(skadron 12) di pangkalan udara kemayoran jakarta, skadron 14 dengan 30
MIG-21 di lanud iswahyudi. Untuk angkutan udara terdapat skadron 17
dengan 3 C-140 jetssta, 21 il -14 avia, C47, tujuh L 401/402 cessna dan
skadron 31 dengan C – 130 B Hercules di lanud halim perdana kusuma,
skadron 31 enam An-12B antonov di lanud huesein bandung. Untuk bagian
pesawat pembom ditempatkan di skadron 21 dengan il-28 beagle di lanud
kemayoran, skadron 41 dengan 14 Tu badger dan skadron 41 dengan 12 Tu
16/KS di lanud iswahyudi.
Dengan kekuatan udara yang ideal pada saaat itu siapa yang berani mengusik sang garuda?
Menjaga Langit Nusantara
Indonesia merupakan negara kepulauan yang berbentuk republik, terletak
di kawasan Asia Tenggara. Indonesia memiliki lebih kurang 17.000 buah
pulau dengan luas daratan 1.922.570 km2 dan luas perairan 3.257.483 km2.
Berdasarkan posisi geografisnya, negara Indonesia memiliki batas-batas:
Utara – Negara Malaysia, Singapura, Filipina, Laut Cina Selatan.
Selatan – Negara Australia, Samudera Hindia. Barat – Samudera Hindia.
Timur – Negara Papua Nugini, Timor Leste, Samudera Pasifik. Dibuthkan
kerja keras untuk menjaga langit dirgantara ibu pertiwi dari gangguan
Negara asing. Pada tahun 1960-an mungkin tidak begitu sulit AURI untuk
melaksanakan tugas pokoknya mengawal langit dirgantara nasional. Pada
masa itu, pengebom Tu 16 bisa terbang dari madiun ke Darwin untuk
kemudian terus ke Andaman dan mendarat di medan, sebuah aksi show of
force yang luar biasa mengagumkan.
Lain Dulu Lain Sekarang
Celakanya dunia tidak pernah berdamai dengan kelemahan, situasi dimana
AU kita banyak memiliki kelemahan dan keterbatasan yang dimanfaatkan
oleh sejumlah Negara tetangga untuk merongrong kedaultan kita. Aksi-aksi
penerbangan gelap dan pelanggaran wilayah udara tidak mampu kita
tangkal secara maksimal. Dahulunya kita adalah Negara dengan kekuatan
udara yang diperhitungkan sekarang menjelma menjadi kekuatan udara di
bawah rata-rata Negara asean yang mengakibatkan penurunan drastis
kekuatan tempur udara kita. Implikasinya Negara tetangga kita tidak lagi
memandang Indonesia menjadi Negara yang harus ditakuti dan disegani.
Indonesia dianggap seperti garuda tanpa sayap dan macan tanpa taring
inilah fakta yang harus kita semua cermati bersama. Beberapa kasus
seperti amblat, lepasnya sipadan-ligitan, yang terakhir kasus
pembangunan mercusar tanjung datuk dan perongrongan lain oleh Negara
tetangga harus kita sikapi dengan serius jika kita tidak mau kecelongan
untuk yang ke sekian kalinya.
TNI AU Membangun Lagi Kekuatan Udara
Menghadapi kenyataan dan kelemahan menurunnya kekuatan tempur TNI AU
tidak boleh berputus asa, sebaliknya tanpa malu dan harus berani
mengakui kelemahan dan kekurangann yang ada sebagai pemicu untuk
membangun kekuatan tempur TNI AU menjadi lebih bertaji dan bertaring.
Sebagai salah satu komponen pertahanan negara, TNI Angkatan Udara terus
tumbuh berkembang seiring dengan dinamika pembangunan nasional dan
perkembangan lingkungan strategis. Maka kebijakan yang ditempuh TNI
Angkatan Udara yakni “Minimum Essensial Force” yang merupakan jawaban
tepat untuk dilaksanakan. Harus diakui bahwa kekuatan militer yang
tangguh dari sebuah negara merupakan detterent power untuk mencegah
serangan dari musuh atau calon musuh. Oleh karena itu kita kagum dengan
upaya Kabinet Indonesia Bersatu Jilid-II di bawah Presiden SBY yang
memutuskan meningkatkan kemampuan militer (TNI) dalam konsep MEF yang
akan dilaksanakan melalui rencana strategis 5 tahunan.
TNI Angkatan Udara akan terus menambah jumlah alat utama sistem
senjata (alutsista) yang dimilikinya, bahkan ada 102 alutsista baru pada
rencana strategis pembangunan TNI AU tahun 2010-2014. Alutsista baru
tersebut meliputi pesawat tempur F-16, T-50, Sukhoi, Super Tucano,
CN-295, pesawat angkut Hercules, Helikopter Cougar, Grob, KT-1, Boeing
737-500. TNI AU juga akan melengkapi alutsista modern, seperti radar
pertahanan udara, peluru kendali jarak sedang, dan pesawat tanpa awak.
SU 35 Calon Penjaga Langit Nusantara
|
SU 35 |
TNI Angkatan udara memang harus selalu berkembang seiring dengan
kemajuan teknologi dan dan peralatan militer canggih, serta mampu
menjawab tantang di lingkungan regional yang akan memanas pada masa
depan. Suasana kawasan yang panas akan konflik kepentingan dan
penjarahan sumber daya alam ini jelas terlihat di kawasan regional,
seperti bagaimana pada Bulan April 2014 yang lalu, tetangga selatan
tempat peenerima suaka politik, Australia mengumumkan rencana pembelian
58 F-35 A Joint Strike Fighter buatan Lockheed Martin senilai $11.6
Miliar. Pesanan ini merupakan pesananan tahap kedua Australia dimana
sebelumnya di tahun 2009, mereka juga sudah memesan 14 unit F-35 A JSF.
Dengan kedua tahap pemesanan ini, maka Australia akan memiliki 72 F-35 A
JSF yang diharapkan sudah full operasional pada tahun 2023.
Kondisi serupa tidak jauh berbeda dengan tetangga kita negara tempat
menampung koruptor dan kekayaannya Singapura juga sudah menunjukkan
minat yang sangat besar untuk mengakusisi varian F-35 JSF. Walapun
ketertarikan ini belum dilanjutkan dengan pemesanan, namun berbagai
sumber berita menyebutkan bahwa Singapura sejak tahun 2011 sudah
melakukan study terhadap F-35B varian yang sama dengan Corps Marinir
Amerika. Maka pada beberapa tahun kedepan lagi Indonesia akan dikepung
dengan pesawat pesawat generasi kelima. Belum lagi sengketa laut china
selatan memanaskan perseteruan di antara tiongkok dan negara-negara
asean yang saling tunpang tindih mengklaim waliayah yang kaya akan
sumber alam, apabila konflik terbuka terjadi di palagan laut china
selatan tentu akan berimplikasi pada wilayah kita khususnya natuna dan
kemungkinan kita terseret panasnya palagan LCS terbuka lebar.
SU 35 Tentu para warjagers dan sebagaian military fans boy sangat
familiar dan mengidolakan pesawat tempur buatan rusia ini. Pesawat
tempur multi peran Sukhoi Su-35 dibangun oleh Komsomolsk-na-Amure
Aviation Production Association (KnAAPO) Rusia, merupakan versi modern
dari Su-27. Pesawat yang sangat bermanuver ini mampu terbang dengan
kecepatan 2,25 Mach (2.756 km/jam). Su-35 saat ini digunakan oleh
Angkatan Udara Rusia. Su-35 didukung oleh dua mesin turbofan Saturn 117S
dengan all-axis thrust-vector control (TVC) nozzles. Dengan
afterburner, masing-masing mesinnya menghasilkan daya dorong 142 kN.
Dengan bahan bakar penuh, Su-35 mampu terbang lebih dari 3.600 km Selain
itu, pesawat tempur Su-35 ini dilengkapi dengan radar Irbis-E PESA yang
disebut salah satu radar pesawat tempur tercanggih dari Rusia karena
mampu mencari dan mendeteksi banyak sasaran baik di udara, darat dan
permukaan laut dari jarak yang sangat jauh. Beberapa sumber menyebutkan
bahwa radar Irbis-E PESA yang terpasang di Su-35 ini mampu mendeteksi
pesawat tempur “siluman” F-35 dari jarak yang cukup jauh sehingga
memliki efek gentar yang cukup tinggi jika berhadapan dengan pesawat
tempur generasi ke 5 seperti F-35 dan F-22 sekalipun.
Untuk masalah persenjataan, jangan ditanya mengadposi mazhab rusia
strooong karena tercatat Su-35 ini memiliki kemampuan untuk menggotong
senjata seperti R-77, R-27, R-73, KH-29, KH-31, KH-59, Bomp pintar, dan
berbagai jenis senjata lainnya. sebagian senjata ini sudah dimiliki oleh
Indonesia.
Su-35 Merupakan jawaban dari dinamika geopolitik di kawasan. Dengan
memiliki Su-35 maka TNI AU akan memberikan efek gentar yang sangat luar
biasa di kawasan dengan kemampuan radar yang canggih, combat radius yang
sangat jauh, kemampuan super manufer dan banyaknya senjata yang bisa
digotong menjadikan pesawat tempur Su-35 menjadi mimpi buruk bagi para
calon musug yang akan mengganggu kedaulatan wilayah Indonesia. Dengan
kata lain akuisisi Su-35 merupakan kebangkitan kekuatan udara kita yang
sejak lama mati suri dihiasi dengan pespur barat yang rawan akan
embargo. Mengakuisisi Su-35 adalah pilihan yang cerdas karena memiliki
banyak kelebihan yang akan sangat bermanfaat bagi modernisasi Militer
Indonesia. Hal ini akan membuat kekuatan alutsista TNI menjadi meningkat
secara significant. Kebangkitan kekuatan udara raksasa jilid dua sudah
didepan mata semoga IFX dapat bersanding dengan Su-35 menjadi ujung
tombak menjaga kedaulatan pertahanan wilayah udara Indonesia.
Kesimpulan
Sejarah mencatat di era Soekarno kita menjelma menjadi angkatan udara
yang paling tangguh di belahan bumi bagian selatan. Dan ketangguhan
kekuatan tempur itu lambat laun hanya menjadi seperti mitos atau legenda
pasca jatuhnya bung karno dan kini sang garuda perlahan telah mengepak
sayapnya untuk melindungi langit nusantara dari segala ancaman yang
mengganggu. Sang garuda perlahan tapi pastk mengembalikan panji-panji
kekuatan yang dulu pernah tersohor di bumi bagian selatan. Harapan kami
putra bangsa semoga di era pemerintahn pak Jokowi-JK kepak sayap sang
garuda dapat menjangkau seluruh langit nusantara. Modernisasi angkatan
udara menjadi sangat penting dan krusial, akuisi pespur su-35 1-2
skadron bukan hal yang tidak mungkin bagi indonesia dan merupakan
jawaban atas tantangan dikawsan yang bisa saja kita dihajar dari 4 mata
angin.
Selalu ada secercah harapan yang menanti, akan masa depan yang
gemilang dari negara kita tercinta ini. Sikap skeptis dan pesimistis
tentunya harus dibuang jauh-jauh. Dengan potensi ekonomi kita yang
menunjukan kenaikan positif dari tahun ketahun, serta potensi SDM yang
ulet dan dapat diandalkan ditambah SDA kita yang melimpah. Mestinya hanya
masalah waktu sajalah untuk kita kembali mempunyai sebuah AU yang kuat
dan disegani oleh negara-negara di kawasan. Sejarah pernah mencatat AURI
pernah menjadi pemain kunci di kawasan, angkatan udara dari dulu sampai
sekarang memiliki penerbang2 hebat dijamannya. Dan sejarah juga pernah
membuktikan sang garuda pernah menjadi penguasa dirgantara di kawasan.
Sukhoi Su-35, Siapa yang tidak gentar?.