Kapal tanker Jepang Naninwa Maru 1 dirompak di Selat Malaka, selat yang terletak antara Pulau Sumatera dan Semenanjung Malaysia. Diduga, 3 anak buah kapal (ABK) berkewarganegaraan Indonesia diculik saat kerjadian tersebut.
Menanggapi informasi penculikan tersebut, pihak TNI Angkatan Laut pun langsung berkoordinasi dengan International Maritime Bureau (IMB) yang bertempat di Kuala Lumpur, Malaysia. Namun sampai saat ini pihak TNI AL belum bertindak karena kejadiannya berada di wilayah yuridiksi Malaysia.
"Kalau dari TNI AL nunggu laporan dari sana. Karena TNI AL punya Atase Pertahanan di sana karena bukan wilayah yuridiksi kita. Jadi kita nggak bisa berbuat, kita cuma koordinasi," ucap Kasubdis Penerangan Umum Dispen AL Kolonel Laut Suradi Agung Slamet kepada Liputan6.com, Jakarta Rabu (23/01/2014).
"Kita dapat informasi bahwa ada warga Indonesia yang disandera, sekarang otoritas Malaysia yang melakukan pelacakan itu," imbuhnya.
Menurut sumber Liputan6.com di Badan Keamanan Laut, kejadian itu berlangsung di sekitar 30 mil laut sebelah barat Port Klang Malaysia. Para perompak ini melakukan pencurian bahan bakar minyak (BBM) yang dibawa kapal berbendera St. Kitts dan Nevis ini.
"Para perompak mengambil BBM sebanyak 3 juta liter MDO (diesel). Lalu 3 ABK dibawa perompak. Bukan hanya membawa ketiga kru, tapi juga membawa barang pribadinya dan paspor ketiga ABK. Para perompak menggunakan 2 kapal dan memindahkan pencurian mereka ke kapal mereka," imbuhnya.
Naninwa Maru 1 mulai berlayar dari Pulau Ketam, Selangor, Malaysia, Selasa 22 April silam sekitar pukul 01.00 waktu setempat. Kapal tersebut dirompak dalam perjalanan menuju Myanmar.
Komandan polisi Port Klang, Norzaid Muhammad Said, menjelaskan awalnya seorang awak kapal melihat kawanan perompak datang. Para pelaku membawa pistol dan parang. Para awak kapal diserang dan diikat.
Saat perampokan terjadi, 2 kapal tanker lain datang mencoba menolong. Hingga pada akhirnya salah satu awak berhasil melepaskan ikatan dan membebaskan diri.
Para awak kapal yang dibantu awak kapal tanker lain mulai bangkit dan menyerang perompak. Para pembajak laut itu kemudian kabur, namun ada 3 WNI menghilang. Mereka diduga diculik perompak tersebut.
Menanggapi informasi penculikan tersebut, pihak TNI Angkatan Laut pun langsung berkoordinasi dengan International Maritime Bureau (IMB) yang bertempat di Kuala Lumpur, Malaysia. Namun sampai saat ini pihak TNI AL belum bertindak karena kejadiannya berada di wilayah yuridiksi Malaysia.
"Kalau dari TNI AL nunggu laporan dari sana. Karena TNI AL punya Atase Pertahanan di sana karena bukan wilayah yuridiksi kita. Jadi kita nggak bisa berbuat, kita cuma koordinasi," ucap Kasubdis Penerangan Umum Dispen AL Kolonel Laut Suradi Agung Slamet kepada Liputan6.com, Jakarta Rabu (23/01/2014).
"Kita dapat informasi bahwa ada warga Indonesia yang disandera, sekarang otoritas Malaysia yang melakukan pelacakan itu," imbuhnya.
Menurut sumber Liputan6.com di Badan Keamanan Laut, kejadian itu berlangsung di sekitar 30 mil laut sebelah barat Port Klang Malaysia. Para perompak ini melakukan pencurian bahan bakar minyak (BBM) yang dibawa kapal berbendera St. Kitts dan Nevis ini.
"Para perompak mengambil BBM sebanyak 3 juta liter MDO (diesel). Lalu 3 ABK dibawa perompak. Bukan hanya membawa ketiga kru, tapi juga membawa barang pribadinya dan paspor ketiga ABK. Para perompak menggunakan 2 kapal dan memindahkan pencurian mereka ke kapal mereka," imbuhnya.
Naninwa Maru 1 mulai berlayar dari Pulau Ketam, Selangor, Malaysia, Selasa 22 April silam sekitar pukul 01.00 waktu setempat. Kapal tersebut dirompak dalam perjalanan menuju Myanmar.
Komandan polisi Port Klang, Norzaid Muhammad Said, menjelaskan awalnya seorang awak kapal melihat kawanan perompak datang. Para pelaku membawa pistol dan parang. Para awak kapal diserang dan diikat.
Saat perampokan terjadi, 2 kapal tanker lain datang mencoba menolong. Hingga pada akhirnya salah satu awak berhasil melepaskan ikatan dan membebaskan diri.
Para awak kapal yang dibantu awak kapal tanker lain mulai bangkit dan menyerang perompak. Para pembajak laut itu kemudian kabur, namun ada 3 WNI menghilang. Mereka diduga diculik perompak tersebut.
Malaysia Curigai Kru WNI Sekongkol Dengan Pembajak Kapal Jepang
Polisi Malaysia mencurigai keterlibatan tiga ABK asal Indonesia dalam pembajakan kapal tanker Jepang, Naniwa Maru 1. Sebab, saat diculik, dokumen pribadi ketiga WNI seperti paspor, barang-barang pribadi serta pakaian turut lenyap.
Dilansir laman Malaysia, The Star, Kamis 24 April 2014, ketiga ABK itu diketahui bernama Kapten Farizal, kepala mesin, Mohammad Alfan dan kepala pegawai, Ariyandri Alhasyah. Hingga saat ini, belum ada tuntutan apa pun yang mereka buat.
Menurut Wakil Komandan Polisi Federal Kelautan, Abdul Rahim Abdullah, mengaku terkejut dan curiga apabila petugas kunci di kapal menghilang dengan delapan pembajak.
"Kapal itu tengah dalam perjalanan menuju Myanmar dari sebuah pelabuhan di Singapura ketika kapal dibajak menggunakan parang dan pistol," kata Abdul Rahim.
Komposisi kru, lanjut Abdul Rahim terdiri dari 10 WNI, tujuh Thailand dan satu orang India. Selain dicuri minyak tiga juta liter, para pembajak juga mengambil ponsel dan uang senilai US$ 17 ribu atau Rp 197 juta.
Sementara saat dibajak, kapal Naniwa Maru I kehilangan tiga juta liter dari 5,3 juta liter minyak yang harus didistribusikan ke tepat waktu ke Myanmar.
"Total kehilangan dari pencurian minyak diesel itu sebesar RM8 juta atau Rp 28 miliar," jelas dia.
Selain itu, Abdul Rahim mengatakan perusahaan asal Singapura yang memiliki kapal itu diinformasikan bahwa anggota kru diculik baru pukul 10.00 waktu setempat.
Sementara para kru juga dicurigai terlibat, karena kecurigaan mereka saat memberikan laporan. "Bahkan hal yang lebih mencurigakan yakni tidak ada tanda bahaya yang diaktifkan kapal tersebut," kata dia.
Padahal butuh waktu delapan jam bagi kedua kapal tanker lainnya untuk bisa leluasa menyedot bahan bakar diesel.
Dilansir laman Malaysia, The Star, Kamis 24 April 2014, ketiga ABK itu diketahui bernama Kapten Farizal, kepala mesin, Mohammad Alfan dan kepala pegawai, Ariyandri Alhasyah. Hingga saat ini, belum ada tuntutan apa pun yang mereka buat.
Menurut Wakil Komandan Polisi Federal Kelautan, Abdul Rahim Abdullah, mengaku terkejut dan curiga apabila petugas kunci di kapal menghilang dengan delapan pembajak.
"Kapal itu tengah dalam perjalanan menuju Myanmar dari sebuah pelabuhan di Singapura ketika kapal dibajak menggunakan parang dan pistol," kata Abdul Rahim.
Komposisi kru, lanjut Abdul Rahim terdiri dari 10 WNI, tujuh Thailand dan satu orang India. Selain dicuri minyak tiga juta liter, para pembajak juga mengambil ponsel dan uang senilai US$ 17 ribu atau Rp 197 juta.
Sementara saat dibajak, kapal Naniwa Maru I kehilangan tiga juta liter dari 5,3 juta liter minyak yang harus didistribusikan ke tepat waktu ke Myanmar.
"Total kehilangan dari pencurian minyak diesel itu sebesar RM8 juta atau Rp 28 miliar," jelas dia.
Selain itu, Abdul Rahim mengatakan perusahaan asal Singapura yang memiliki kapal itu diinformasikan bahwa anggota kru diculik baru pukul 10.00 waktu setempat.
Sementara para kru juga dicurigai terlibat, karena kecurigaan mereka saat memberikan laporan. "Bahkan hal yang lebih mencurigakan yakni tidak ada tanda bahaya yang diaktifkan kapal tersebut," kata dia.
Padahal butuh waktu delapan jam bagi kedua kapal tanker lainnya untuk bisa leluasa menyedot bahan bakar diesel.
Sumber : SCTV
0 comments:
Post a Comment