Lapan ikut dalam pameran Perencanaan Pembangunan Nasional. Pameran berlangsung pada 29 hingga 30 April di Hotel Bidakara, Jakarta. Dalam pameran tersebut, Lapan menampilkan miniatur model pesawat N219 dan Indonesian National Carbon Accounting System (INCAS).
INCAS adalah sistem untuk menghitung emisi gas rumah kaca dari sektor yang berbasis lahan di seluruh wilayah Indonesia. Hasil dari sistem ini yaitu informasi mengenai perubahan penutupan lahan. Dengan informasi itu, maka emisi gas rumah kaca dapat dihitung. Sistem ini merupakan kerja sama pemerintah Indonesia dengan Australia Forest Carbon Partnership (IAFC) untuk mendukung pemerintah Indonesia dalam membuat sistem pengurangan emisi karbon yang signifikan dan efektif.
N219 adalah pesawat perintis berpenumpang 19 orang. Pesawat yang didesain oleh Lapan ini nantinya akan diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia (DI). N219 memiliki banyak potensi bagi pembangunan wilayah Indonesia. Selain sebagai transportasi penumpang, pesawat ini juga berpotensi sebagai angkutan evakuasi medis, patroli dan pengawasan, dan transportasi kargo.
Ukurannya yang kecil akan menjadikan pesawat ini cocok bagi transportasi di pulau-pulau kecil dan wilayah pegunungan di Indonesia. Selain itu, pesawat ini dapat terbang dengan landasan pendek sehingga tidak memerlukan bandara besar. N219 nantinya akan menjadi sarana untuk meningkatkan perekonomian di wilayah terpencil Indonesia.
Pameran ini bertema Melanjutkan Reformasi Pembangunan bagi Percepatan Pembangunan yang Berkeadilan. Pameran ini merupakan sarana untuk mensosialisasikan keberhasilan yang dilakukan secara inovatif oleh para pemangku kepentingan nasional.
Pameran dibagi menjadi empat subtema. Subtema tersebut yaitu Penyiapan Landasan Pembangunan yang kokoh, Pembangunan Ekonomi yang Berkeadilan, Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia dan Kesejahteraan Rakyat yang Berkeadilan, dan Pemerataan Pembangunan Wilayah. Dalam pameran tersebut, Lapan tergabung dalam subtema kedua yang mencakup isu percepatan pembangunan infrastruktur.
INCAS adalah sistem untuk menghitung emisi gas rumah kaca dari sektor yang berbasis lahan di seluruh wilayah Indonesia. Hasil dari sistem ini yaitu informasi mengenai perubahan penutupan lahan. Dengan informasi itu, maka emisi gas rumah kaca dapat dihitung. Sistem ini merupakan kerja sama pemerintah Indonesia dengan Australia Forest Carbon Partnership (IAFC) untuk mendukung pemerintah Indonesia dalam membuat sistem pengurangan emisi karbon yang signifikan dan efektif.
N219 adalah pesawat perintis berpenumpang 19 orang. Pesawat yang didesain oleh Lapan ini nantinya akan diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia (DI). N219 memiliki banyak potensi bagi pembangunan wilayah Indonesia. Selain sebagai transportasi penumpang, pesawat ini juga berpotensi sebagai angkutan evakuasi medis, patroli dan pengawasan, dan transportasi kargo.
Ukurannya yang kecil akan menjadikan pesawat ini cocok bagi transportasi di pulau-pulau kecil dan wilayah pegunungan di Indonesia. Selain itu, pesawat ini dapat terbang dengan landasan pendek sehingga tidak memerlukan bandara besar. N219 nantinya akan menjadi sarana untuk meningkatkan perekonomian di wilayah terpencil Indonesia.
Pameran ini bertema Melanjutkan Reformasi Pembangunan bagi Percepatan Pembangunan yang Berkeadilan. Pameran ini merupakan sarana untuk mensosialisasikan keberhasilan yang dilakukan secara inovatif oleh para pemangku kepentingan nasional.
Pameran dibagi menjadi empat subtema. Subtema tersebut yaitu Penyiapan Landasan Pembangunan yang kokoh, Pembangunan Ekonomi yang Berkeadilan, Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia dan Kesejahteraan Rakyat yang Berkeadilan, dan Pemerataan Pembangunan Wilayah. Dalam pameran tersebut, Lapan tergabung dalam subtema kedua yang mencakup isu percepatan pembangunan infrastruktur.
Sinergitas Lembaga Litbang Dan Industri
Industri penerbangan Indonesia akan segera bangkit. Hal tersebut dijelaskan Kepala Pusat Teknologi Penerbangan, Gunawan S. Prabowo, saat menjadi pembicara diskusi interaktif Kemandirian Infrastruktur Indonesia dalam Pameran Perencanaan Pembangunan Nasional di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (29/4).
Ia memaparkan, sejak adanya Undang-undang No. 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan, Lapan memiliki landasan untuk mengembangkan teknologi yang terkait dengan antariksa, termasuk juga penerbangan.
Tahun lalu, Lapan telah menyelesaikan pembangunan satelit secara mandiri. Bahkan, saat ini sudah diluncurkan konsorsium satelit nasional yang melibatkan berbagai instansi. Di bidang penerbangan, Indonesia sedang mengembangkan pesawat perintis nasional yang bernama N219. Pesawat inilah yang akan membangkitkan kembali industri penerbangan Indonesia.
Pengembangan pesawat terbang nasional sebenarnya bukan hal yang baru bagi bangsa ini. Gunawan menjelaskan, pada 1976, Lapan pernah mengembangkan pesawat perintis XT400. Selain itu juga keberhasilan Indonesia dalam menerbangkan N250.
Saat ini, yang paling cocok adalah mengembangkan N219. Gunawan menjelaskan, N219 bertujuan untuk pengembangan pesawat perintis di Indonesia timur. Berbagai wilayah Indonesia, misalnya Papua, memiliki landasan terbang dengan fasilitas terbatas dan berada di ketinggian ekstrem. “Pesawat ini didesain untuk misi-misi itu,” ia menjelaskan.
Gunawan mengatakan bahwa desain pesawat tersebut selesai tahun ini. Tahun depan, pesawat akan mulai dibangun, dan pada 2016 akan diterbangkan. Nantinya, N219 akan menjadi pesawat pertama yang disertifikasi oleh badan sertifikasi nasional.
Ia mengatakan, pembangunan pesawat ini merupakan momentum baru bagi Lapan dengan adanya Pusat Teknologi Penerbangan. N219 ini juga menjadi sarana regenerasi para insinyur. Insinyur penerbangan yang ada saat ini telah mencapai usia senior. Dengan kemampuannya, para insinyur senior ini akan mewariskan keahliannya kepada generasi yang lebih muda. “Tentunya, ini akan menghidupkan kembali ahli-ahli penerbangan Indonesia,” ujarnya.
Pengembangan pesawat ini juga menjadi satu pengalaman yang penting bagi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Gunawan mengatakan, Bappenas investasi langsung ke sebuah proyek berteknologi tinggi. Hal ini merupakan tantangan bagi Lapan dan DI. Ia menambahkan, pengembangan N219 tersebut juga untuk membangun hubungan antara industri dengan lembaga penelitian dan pengembangan. Lapan sebagai lembaga penelitian akan menjadi pusat desain, sementara itu industri seperti PT DI akan menjadi pusat manufaktur.
Bukan hanya membangkitkan industri pembuatan pesawat, Gunawan menjelaskan bahwa bahkan berbagai industri terkait bidang penerbangan juga akan berkembang. Selain itu, ia melihat potensi pasar bagi N219 sangat besar. Ia menggambarkan, saat ini Kementerian Perhubungan telah membuka 170 rute penerbangan baru. Pertumbuhan penumpang transportasi udara Indonesia meningkat 13,2 persen sementara pertumbuhan bisnis penerbangan mencapai 19 persen. Peningkatan ini lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain. Hal tersebut menunjukkan tingginya kebutuhan pesawat di dalam negeri.
Industri penerbangan Indonesia akan segera bangkit. Hal tersebut dijelaskan Kepala Pusat Teknologi Penerbangan, Gunawan S. Prabowo, saat menjadi pembicara diskusi interaktif Kemandirian Infrastruktur Indonesia dalam Pameran Perencanaan Pembangunan Nasional di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (29/4).
Ia memaparkan, sejak adanya Undang-undang No. 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan, Lapan memiliki landasan untuk mengembangkan teknologi yang terkait dengan antariksa, termasuk juga penerbangan.
Tahun lalu, Lapan telah menyelesaikan pembangunan satelit secara mandiri. Bahkan, saat ini sudah diluncurkan konsorsium satelit nasional yang melibatkan berbagai instansi. Di bidang penerbangan, Indonesia sedang mengembangkan pesawat perintis nasional yang bernama N219. Pesawat inilah yang akan membangkitkan kembali industri penerbangan Indonesia.
Pengembangan pesawat terbang nasional sebenarnya bukan hal yang baru bagi bangsa ini. Gunawan menjelaskan, pada 1976, Lapan pernah mengembangkan pesawat perintis XT400. Selain itu juga keberhasilan Indonesia dalam menerbangkan N250.
Saat ini, yang paling cocok adalah mengembangkan N219. Gunawan menjelaskan, N219 bertujuan untuk pengembangan pesawat perintis di Indonesia timur. Berbagai wilayah Indonesia, misalnya Papua, memiliki landasan terbang dengan fasilitas terbatas dan berada di ketinggian ekstrem. “Pesawat ini didesain untuk misi-misi itu,” ia menjelaskan.
Gunawan mengatakan bahwa desain pesawat tersebut selesai tahun ini. Tahun depan, pesawat akan mulai dibangun, dan pada 2016 akan diterbangkan. Nantinya, N219 akan menjadi pesawat pertama yang disertifikasi oleh badan sertifikasi nasional.
Ia mengatakan, pembangunan pesawat ini merupakan momentum baru bagi Lapan dengan adanya Pusat Teknologi Penerbangan. N219 ini juga menjadi sarana regenerasi para insinyur. Insinyur penerbangan yang ada saat ini telah mencapai usia senior. Dengan kemampuannya, para insinyur senior ini akan mewariskan keahliannya kepada generasi yang lebih muda. “Tentunya, ini akan menghidupkan kembali ahli-ahli penerbangan Indonesia,” ujarnya.
Pengembangan pesawat ini juga menjadi satu pengalaman yang penting bagi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Gunawan mengatakan, Bappenas investasi langsung ke sebuah proyek berteknologi tinggi. Hal ini merupakan tantangan bagi Lapan dan DI. Ia menambahkan, pengembangan N219 tersebut juga untuk membangun hubungan antara industri dengan lembaga penelitian dan pengembangan. Lapan sebagai lembaga penelitian akan menjadi pusat desain, sementara itu industri seperti PT DI akan menjadi pusat manufaktur.
Bukan hanya membangkitkan industri pembuatan pesawat, Gunawan menjelaskan bahwa bahkan berbagai industri terkait bidang penerbangan juga akan berkembang. Selain itu, ia melihat potensi pasar bagi N219 sangat besar. Ia menggambarkan, saat ini Kementerian Perhubungan telah membuka 170 rute penerbangan baru. Pertumbuhan penumpang transportasi udara Indonesia meningkat 13,2 persen sementara pertumbuhan bisnis penerbangan mencapai 19 persen. Peningkatan ini lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain. Hal tersebut menunjukkan tingginya kebutuhan pesawat di dalam negeri.
Sumber : Lapan
0 comments:
Post a Comment