TNI
AU untuk sementara mengandangkan 10 pesawat latih jenis AS 202 Bravo.
Keputusan tersebut diambil Pangkalan Udara TNI AU Adisutjipto Yogyakarta
setelah peristiwa jatuhnya pesawat buatan Swiss tahun 1980 itu di
areal persawahan Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa (12/8) kemarin.
Pernyataan tersebut dikemukakan Komandan Pangkalan Udara TNI AU Adisutjipto Yogyakarta, Marsekal Pertama TNI Agus Munandar, saat meninjau proses evakuasi, bangkai pesawat di Sukoharjo, Rabu (13/8).
"TNI AU saat ini masih menyelidiki penyebab kejadian kemarin. Tim dari Mabes sedang melakukan penyelidikan," katanya.
Menurut dia, selama penyelidikan pesawat jenis tersebut akan dikandangkan hingga penyelidikan selesai.
Agus mengatakan, dugaan awal mengarah pada kemungkinan terjadinya gangguan mesin. Kondisi tersebut membuat pesawat tidak memungkinkan untuk berputar kembali menuju pangkalan. Menurut dia, keputusan awak pesawat sudah tepat untuk mendarat darurat di persawahan.
"Badan pesawat kita bawa ke pangkalan di Yogyakarta, untuk diperiksa secara menyeluruh," ucapnya.
Lebih lanjut Agus menjelaskan, meski dikandangkan, hal tersebut tidak akan mengganggu proses pendidikan di Skuadron Pendidikan (Skadik) 101 Yogyakarta. Pihaknya menggunakan banyak pesawat dari berbagai tipe.
"Pesawat jenis Bravo ini kami gunakan sebagai latihan dasar karena lebih mudah dioperasikan," jelasnya.
Pernyataan tersebut dikemukakan Komandan Pangkalan Udara TNI AU Adisutjipto Yogyakarta, Marsekal Pertama TNI Agus Munandar, saat meninjau proses evakuasi, bangkai pesawat di Sukoharjo, Rabu (13/8).
"TNI AU saat ini masih menyelidiki penyebab kejadian kemarin. Tim dari Mabes sedang melakukan penyelidikan," katanya.
Menurut dia, selama penyelidikan pesawat jenis tersebut akan dikandangkan hingga penyelidikan selesai.
Agus mengatakan, dugaan awal mengarah pada kemungkinan terjadinya gangguan mesin. Kondisi tersebut membuat pesawat tidak memungkinkan untuk berputar kembali menuju pangkalan. Menurut dia, keputusan awak pesawat sudah tepat untuk mendarat darurat di persawahan.
"Badan pesawat kita bawa ke pangkalan di Yogyakarta, untuk diperiksa secara menyeluruh," ucapnya.
Lebih lanjut Agus menjelaskan, meski dikandangkan, hal tersebut tidak akan mengganggu proses pendidikan di Skuadron Pendidikan (Skadik) 101 Yogyakarta. Pihaknya menggunakan banyak pesawat dari berbagai tipe.
"Pesawat jenis Bravo ini kami gunakan sebagai latihan dasar karena lebih mudah dioperasikan," jelasnya.
Sumber : Merdeka
0 comments:
Post a Comment