Total Pageviews

Thursday, March 17, 2016

Menanti Kekuatan Leopard Sesungguhnya


MBT Leopard 2 TNI AD (photos : Kaskus Militer) 

Komisi I DPR mengunjungi Markas Batalyon Kavaleri 8 Kostrad di Pasuruan, Jawa Timur, yang menjadi operator tank tempur utama-main battle tank (MBT)- Leopard buatan Krauss-Maffei dan Rheinmetall, Jerman, Jumat (19/2). Ternyata tank kebanggaan yang dibeli era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu masih kurang kelengkapannya sehingga belum dapat beroperasi maksimal. Tidak hanya kelengkapan tank Leopard yang belum dipenuhi TNI, sarana latihan pun masih terbatas.

"Alat pengatur tembakan tidak ada sehingga dilakukan manual, pengindera malam (night vision) tidak ada, perkakas dongkrak tank ukuran 20 ton yang tersedia hanya 10 ton sehingga tak bisa untuk perbaikan kubah. Persenjataan ringan juga belum ada," tutur anggota Komisi I DPR TB Hasanudin.

Meriam Leopard ukuran 120 milimeter adalah yang terbesar di jajaran tank milik TNI. Hasanudin menjelaskan, dengan jangkauan kaliber meriam sebesar itu, lapangan tembak milik TNI AD yang ada terlalu kecil. Selama ini, ukuran meriam tank yang ada berkisar 75 milimeter dan 90 milimeter.

"Akhirnya, yang bisa digunakan adalah Air Weapon Range (AWR) lapangan uji penembakan dan pengeboman TNI AU di Lumajang," kata Hasanudin.




Kecanggihan MBT sekelas Leopard juga mencakup kemampuan menyelam dengan perlengkapan snorkel hingga peperangan Nuklir-Biologi-Kimia (Nubika). Tank Leopard memiliki panjang 9,97 meter dan berat 63 ton. Sebuah tank yang diangkut ke daerah operasi selalu diangkut dengan tank transporter, yakni truk besar dengan bak pengangkut yang untuk Leopard menggunakan truk Astra buatan Iveco dengan panjang keseluruhan 20 meter lebih.

KSAD (ketika itu) Jenderal Pramono Edhie Wibowo pada tahun 2012 memaparkan rencana gelar kekuatan atau deployment MBT Leopard dalam tiga kali rapat dengar pendapat di Komisi I DPR. Pada rapat dengar pendapat pertama, disebutkan KSAD MBT Leopard ditempatkan di perbatasan Kalimantan dengan Sabah-Sarawak untuk efek gentar. Apalagi Malaysia memiliki MBT PT91 buatan Polandia yang ditempatkan di sepanjang perbatasan dengan Indonesia di Kalimantan. Pada rapat dengar pendapat kedua disebutkan, MBT Leopard ditempatkan di ibu kota provinsi di Pontianak (Kalbar) dan Samarinda (Kaltim). 

Namun entah kenapa, pada rapat dengar pendapat ketiga disebutkan, MBT Leopard ditempatkan di Jawa, di Jawa Barat dan Jawa Timur, di bawah Divisi I dan Divisi II Kostrad.
Pramono Edhie mengklaim mendapat 100 tank Leopard seharga 287 juta dollar AS. Sebelumnya dengan anggaran yang sama hanya didapat 44 unit dari Belanda (Kompas 2/2/2012).



Selanjutnya pada arsip Kompas 8 Maret 2012 diklaim Pramono Edhie, Jerman menawarkan transfer teknologi dalam pembelian MBT Leopard. Ada kemungkinan mekanisme produksi bersama, kata Pramono Edhie, ketika itu.

Bagaimana mengangkut Leopard ke luar Jawa? . Kementerian Pertahanan telah memesan landing ship tank khusus yang bisa mengangkut tank seberat Leopard. Salah satu yang sudah diresmikan ialah KRI Teluk Bintuni yang dibuat di dalam negeri oleh PT Daya Radar Utama.

Menanggapi belum lengkapnya MBT Leopard, Kepala Badan Sarana Pertahanan (Kabaranahan) Kemhan Laksamana Muda (TNI) Leonardi mengatakan, dari 163 tank Leopard yang dibeli, sudah 103 yang datang yang terdiri dari 61 unit MBT Revolution dan 42 unit MBT 2A4. Menurut Leonardi, semua akan dilengkapi agar kekuatan MBT Leopard dan sarana pendukungnya sesuai rencana semula. Mari kita tunggu kemampuan maksimal MBT Leopard itu.

Sumber: Kompas

Amerika Jual 36 Rudal Canggih ke Indonesia

JAKARTA - Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) menyetujui penjualan 36 rudal canggih AIM-120C-7 Advanced Medium-Range Air-to-Air Missiles (AMRAAMs) kepada Indonesia. Total nilai penjualan senjata AS itu diperkirakan mencapai USD95 juta atau sekitar Rp1,2 triliun.

Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan (DCSA) AS dalam keterangan tertulisnya melaporkan penjualan rudal canggih pada Indonesia itu.

DSCA adalah badan utama di Departemen Pertahanan AS yang bertanggung jawab untuk penjualan senjata, pelatihan dan mempertahankan kontak militer AS dengan negara-negara sekutu.

Penjualan senjata itu yang meliputi peralatan, pelatihan, dan dukungan logistik, masih harus disetujui oleh Kongres AS bulan ini. Satu pemandu rudal juga ikut dalam bagian penjualan tersebut.

Juga termasuk dalam penjualan ini adalah; kontrol dukungan peralatan, suku cadang, jasa, logistik, teknis rekayasa kontraktor dan dukungan teknis, pemuatan adapter, publikasi teknis, pelatihan dan sosialisasi, alat uji, dan unsur terkait lainnya,”demikian penjelasan DSCA, seperti dikutip The Diplomat, Jumat (18/3/2016).

Pada bulan Mei 2015, Departemen Luar Negeri AS juga menyetujui penjualan rudalAIM-9X-2 Sidewinder ke Indonesia dengan nilai penjualan diperkirakan mencapai USD47 juta. Kemudian, pada bulan Desember 2015, parlemen Indonesia meneken pengajuan anggaran USD38 juta untuk pembelian awal dari sejumlah rudal udara untuk Angkatan Udara Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Rudal canggih AS biasanya diproduksi oleh kontraktor pertahanan Raytheon.Penjualan diusulkan guna meningkatkan kemampuan Indonesia untuk mencegah ancaman regional dan memperkuat pertahanan Tanah Air-nya. Indonesia mampu menyerap peralatan tambahan ini dan dukungan dangkatan bersenjatanya,” lanjut keterangan DCSA.

Militer Indonesia saat ini juga menanti pasokan 10 pesawat jet tempur Su-35 Rusia yang kesepakatan akhir pembeliannya dijadwalkan diteken bulan April 2016 mendatang.

Namun, surat kabar Rusia, Izvestia, melaporkan, pasokan pesawat jet tempur Su-35 Rusia untuk Indonesia baru bisa dikirim mendekati tahun 2018. Penyebabnya, produsen pesawat tempur itu kebanjiran pesanana dari banyak negara dan Indonesia harus antre.


Sumber: Sindo News

Thursday, January 14, 2016

Tujuh Lanud Tipe C Naik Status Menjadi Tipe B

Tujuh pangkalan udara yang naik kelas adalah Padang (Sumatera Barat), Palembang (Sumatera Selatan), Tarakan (Kalimantan Utara), Lombok (NTB),  Morotai (Maluku Utara), dan Merauke (Papua). (photo : Jeff Prananda)

Naik Status, Lanud Padang Dilengkapi Pesawat Tempur dan Tambahan Personel

PADANG – Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Padang akan berubah status menjadi tipe B dari sebelumnya tipe C.

Perubahan ini akan diresmikan Panglima Komando Operasi Angkatan Udara I (Pangkoopsau I), Marsekal Pertama (Marsma) Yuyu Sutisna, Selasa (12/1) di Padang.

Sejalan dengan itu, Komandan Lanud juga akan berganti dari Letkol Pnb. M. Apon kepada Kolonel Pnb. I Putu Gede Suastika. Serah terima jabatannya akan dilaksanakan bersamaan dengan peresmian peningkatan tipe Lanud.

Pangkoopsau I membeberkan, perubahan status ini sudah menjadi rencana strategis (renstra) dari Angkatan Udara. 

“Ada tujuh Lanud Tipe C yang naik status menjadi tipe B di Indonesia. Di Koopsau I ada tiga, yaitu Padang, Palembang, dan Ranai,” katanya tadi siang.

Selain itu, keberadaan Padang di Pantai Barat Sumatera yang terbuka menurutnya memiliki ancaman yang sangat besar, sehingga perlu dijaga dengan baik, termasuk untuk menjaga pulau-pulau terluar. 

Seiring dengan perubahan ini, selain penambahan personel dari 180 orang saat ini menjadi lebih 200 orang, ke depan di Lanud Padang akan ada pesawat tempur dan pesawat angkut yang menjalankan operasi maupun latihan.

“Nanti akan ada penambahan frekuensi penerbangan pesawat tempur dan pesawat angkut di Lanud Padang, tapi memang belum bisa home base di sini,” terangnya. (Harian Singgalang)


TNI AU juga akan menambah pasukan di Lanud yang naik kelas (photo : Ryan Boedi)

TNI AU siap hadapi sengketa Laut China Selatan

Panglima Komando Operasi TNI AU I, Marsekal Pertama Yuyu Sutisna, menyatakan, "Kita tidak terlibat konflik namun kita harus siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi," katanya, di Padang, Selasa.

Dia menyinggung antisipasi perkembangan di Laut China Selatan alias Laut Tiongkok Selatan. Dia katakan itu setelah serah terima jabatan komandan Pangkalan Udara TNI AU Padang.

Salah satu antisipasi itu, kata dia, menaikkan status Pangkalan Udara Natuna di Kepulauan Riau menjadi tipe B yang dipimpin seorang kolonel, dari semula tipe C. Pangkalan udara ini adalah pangkalan udara terdepan Indonesia di tepian Laut China Selatan. 

"Dengan naiknya tipe Lanud Natuna maka akan ada pembangunan sarana dan prasarana secara bertahap dan memungkinkan akan adanya pergelaran pasukan sesuai kebutuhan," jelasnya.


Ia mengatakan kenaikan tipe pangkalan udara TNI AU itu diikuti enam yang lain, yaitu Pangkalan Udara TNI AU Padang, Pangkalan Udara TNI AU Palembang, Pangkalan Udara TNI AU Tarakan, Pangkalan Udara TNI AU Lombok, Pangkalan Udara TNI AU Morotai, dan Pangkalan Udara TNI AU Merauke. 

Sumber: Antara

Lanud Palembang jadi Tipe B

F-5 Tiger TNI AU (photo : Benfrizs)

Selama ini Pangkalan Udara Palembang berstatus tipe C. Namun dengan kenaikan tipe menjadi B, Lanud Palembang akan siap mangkal pesawat tempur jenis F5. Tak hanya akan diberikan pesawat tempur, prajurit juga akan dilakukan penambahan termasuk sistem persenjataan.‬

Hal ini diungkapkan ‪Marsekal Pertama TNI Yuyu Sutisna SE MM ketika ditemui usai sertijab Danlanud dari Letkol PNB M.R.Y Fahlefie kepada Kolonel PNB Ronald Lucas Siregar ST di Mako Lanud Palembang, Senin (11/1/2016).

"Dengan naiknya tipe Lanud Palembang, kami akan menyiapkan pesawat tempur di Lanud Palembang. Namun untuk saat ini, baru ada pesawat jenis F5 yang usianya sudah relatif tua. Akan tetapi, kami masih menunggu untuk menempatkan pesawat tempur yang baru di Lanud Palembang. Sedangkan untuk Skuadron masih dibahas lebih lanjut," katanya.‬

‪Dengan kenaikan tipe Lanud Palembang, diharapkan dapat membantu operasi TNI AD, AL maupun kepolisian di wilayah Sumsel. Tak hanya itu, penjagaan aset Lanud Palembang yang telah ada juga terus dilakukan dan menjadi persoalan yang serius bagi Lanud Palembang.

"Dengan meningkatnya status ini semoga menunjang kinerja Lanud Palembang. Selain itu, dapat ikut menjaga keamanan di wilayah Sumsel terutama melalui udara," pungkasnya.‬


Palembang, Sumatera Selatan (image : GoogleMaps)

‪Disisi lain, serah terima jabatan dari Danlanud Palembang yang lama Letkol PNB M.R.Y Fahlefie menyerahkan tongkat komando kepada Kolonel PNB Ronald Lucas Siregar ST.‬

‪Untuk Fahlefie akan menempati posisi barunya sebagai Komandan pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) di Jakarta. Sedangkan Danlanud Palembang baru ini, Kolonel PNB Ronald Lucas Siregar ST sudah siap menjalankan kepemimpinannya di Lanud Palembang yang saat ini berstatus tipe B.‬

‪Tak banyak informasi yang diperoleh mengenai riwayat Kolonel PNB Ronald Lucas Siregar ST. Namun, pria kelahiran Jakarta 2 Desember 1966 ini adalah seorang perwira menengah TNI AU lulusan Akademi Angkatan Udara tahun 1992.

Perwira berpangkat cengkeh tiga ini pernah terpilih menjadi komandan upacara dalam upacara pengibaran bendera di Istana Merdeka pada 17 Agustus 2013. Ronald Lucas Siregar merupakan putra pasangan RB Siregar dan Andriani yang memiliki tanda kehormatan Satyalancana Kesetiaan VIII, Satyalancana Kesetiaan XVI tahun, Satyalancana Wira Satya dan Satyalancana Dwidya Sishta.

Selain itu juga pernah mendapat penugasan sebagai Komandan Paskibraka Istana tahun 1996 dan Komandan Unsur Pesawat Angkut Opslihkam tahun 2003 di Aceh.

Sumber: TribunNews

Sunday, August 30, 2015

BPPT dan SAAB Kerja Sama Teknologi Pertahanan

BPPT terus mengembangkan teknologi pesawat tanpa awak (drone) khususnya untuk kebutuhan pertahanan dan keamanan. Salah satunya dengan menjalin kerja sama dengan perusahaan yang memiliki teknologi tersebut. (photo : Antara)

Tangerang, 28/8 (Antara) - BPPT dan SAAB perusahaan global yang bergerak dibidang pertahanan menjalin kerja sama untuk mengembangkan teknologi pertahanan dalam rangka menuju kemandirian pertahanan dan keamanan di Indonesia.

"Industri pertahanan kita tidak kalah dengan negara tetangga, namun untuk teknologi harus terus diperbarui mengikuti perkembangan terkini," kata Deputi Kepala BPPT bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa, Erzi Angson Gani saat dihubungi, Jumat.

Dia menunjuk beberapa negara ASEAN, alat utama sistem persenjataan (Alutista) masih harus didatangkan dari luar negeri, sedangkan Indonesia sudah memiliki sejumlah industri strategis seperti PT Pindad, PT LEN, PT PAL, PT Dahana, PT Dirgantara Indonesia.

"Industri strategis yang kita miliki tinggal dikembangkan saja, salah satu caranya dengan menggandeng perusahaan yang memiliki teknologi terkini dan efisien," ujar Erzi.

Erzi berharap Indonesia dapat mencontoh Korea Selatan dan Tiongkok yang telah dikenal memiliki industri kapal selam paling lengkap berteknologi tinggi.


UAV yang dikembangkan Saab diantaranya adalah Skeldar V-200 Maritime UAV (photo : Saab)

Terkait hal tersebut lanjut Erzi, BPPT telah menandatangani surat perjanjian kerja sama dengan SAAB dibidang teknologi pertahanan pada Kamis (29/8) di Puspiptek Serpong. Kerja sama dilaksanakan mengingat perusahaan ini telah sukses menjalin kerja sama serupa dibidang pertahanan dengan negara lain.

Dia menunjuk kerja sama perusahaan ini dengan Swedia dalam mengembangkan teknologi sistem pertempuran udara yang didalamnya juga melibatkan lembaga akademis dan pemerintah.

Sedangkan di Indonesia, jelas Erzi, BPPT memiliki enam program dibidang pengembangan teknologi pertahanan yang siap dikerjasamakan diantaranya pesawat tempur, kapal selam, kapal korvet, rudal, medium tank, dan pengintai. 

Salah satu yang akan digarap dengan SAAB adalah pesawat tanpa awak (drone) yang sudah banyak dikembangkan di berbagai negara untuk tujuan pertahanan dan keamanan, jela Erzi.

Erzi mengatakan dalam kerja sama tersebut diharapkan akan berlanjut tidak hanya sebatas implementasi pada industri strategis yang kita miliki, tetapi juga harus ada transfer teknologi.

"Negara-negara yang tergabung dalam G-20 telah menyepakati apabila terdapat kerja sama dibidang teknologi dikalangan negara anggota harus juga dimasukkan klausul alih teknologi, ujar Erzi.

Sumber: Antara

Setelah Lapan A2, ini 4 Satelit yang akan Diproduksi Ahli Dalam Negeri

Suasana ruang Assembly, Integration, and Test (AIT) atau perakitan, integrasi, dan uji di Pusat Teknologi Satelit LAPAN, Rancabungur, Bogor, (photo : Detik)

Jakarta - Satelit pertama karya anak bangsa, Lapan A2/Orari sedang dipersiapkan untuk peluncuran di India pada September mendatang. Namun, seakan tak tinggal diam kini tim ahli LAPAN juga tengah berkutat membangun Lapan A3.

"Tim yang sudah selesai dengan A2 sekarang sedang membangun Lapan A3," kata Lead Engineer Lapan A2/Orari M. Mukhayadi saat berbincang dengan detikcom di ruang kontrol LAPAN di kantor LAPAN Rancabungur, Bogor, Kamis (28/8/2015).

Saat detikcom berkesempatan melihat ruang AIT LAPAN, Lapan A2 yang kini tinggal waktu pengiriman ke India tampak diletakkan di salah satus sudut ruangan. Boks berwarna hitam merah itu masih diuji untuk kesempurnaan komponennya saat sudah mengorbit. 
Satelit Lapan A1/TUB Sat (photo : Lapan)

Satelit Lapan A3

Selain sibuk menyempurnakan A2, ternyata sebagian ahli sedang sibuk merakit komponen satelit selanjutnya, yakni Lapan A3.  Dalam ruangan itu, cikal bakal A3 diletakkan dengan penuh kehati-hatian. 

Untuk A3, LAPAN masih mempertahankan bentuk kotak. Namun, bobotnya akan lebih berat.

"Kami masih menggunakan kamera namun A3 lebih pada images pencitraan," kata Kepala Pustek Lapan Rancabungur, Suhermanto, kepada detikcom, Kamis (27/8/2015).

Pada satelit A3 ini juga nanti paket datanya akan menggunakan standar internasional. Tujuannya agar pesan dari satelit bisa diterima banyak stasiun bumi namun tetap saja hanya stasiun yang diijinkan LAPAN saja yang boleh membuka dan membaca pesan tersebut.

"A3 kami rencanakan tahun depan," terangnya.
Satelit Lapan A2 (photo : Lapan)

Satelit Lapan A4

Dalam jangka panjang, Hermanto mengatakan secara bertahap LAPAN akan membuat satelit yang lebih besar dengan bantuan supervisi Technical University Berlin, Jerman. Besar harapannya Indonesia mampu mandiri membuat satelit sendiri dalam ukuran besar di tahun 2021.

Sebenarnya LAPAN sudah berencana membuat satelit hingga Lapan A6. Untuk Lapan A4 masih akan dibuat kotak dan fokus pada kamera. Namun, A4 akan dibuat dengan kamera semi profesional. Saat ini memang LAPAN sudah menggunakan kamera  namun versi murahnya. Pihak LAPAN memesan khusus kamera untuk digunakan pada satelit serta memodifikasi kamera video yang lazim digunakan khalayak untuk menangkap momen dengan baik. 


Satelit Lapan A2 siap dikirim ke India untuk diluncurkan (photo : possore)

Satelit Lapan A5

Untuk A5, LAPAN mencoba untuk masuk teknologi radar. Namun, seperti apa bentuk dan soesifikasinya sementara masih dikonsepkan karena sumber daya manusia yang masih terbatas.

"Kami akan kerjasama dengan Chiba University di Jepang karena kita masih melihat apakah teknologi kita siap?" sambungnya.

Satelit Lapan A6

Namun, untuk satelit A6, Hermanto masih belum meramu konsep yang tepat. Ia hanya berpikir bahwa satelit itu harusnya berbobot lebih dari 240 kg sehingga membutuhkan ruang pembuatan yang lebih besar. Saat ini, Pusteksat Rancabungur hanya bisa untuk tempat pembuatan satelit di bawah 100 kg.

Ia juga berharap sepanjang proses pembuatan satelit tersebut dukungan pemerintah semakin kuat mengingat pentingnya satelit untuk kebutuhan pertahanan, penanggulangan bencana dan prioritas pemerintah saat ini yakni kemaritiman. 

Sumber: (Detik)

Thursday, August 27, 2015

Cegah Gangguan di Perairan, TNI AL dan AU akan Latihan Perang di Natuna

KCR-40 class FAC-M (photo : TNI AL)

Pontianak - Tingginya eskalasi ancaman kedaulatan laut di perairan perbatasan Indonesia di Laut Tiongkok Selatan, dan klaim Tiongkok terhadap perairan Laut Tiongkok Selatan, TNI AL akan mengelar latihan perang bersinergi dengan TNI AU di perairan Pulau Natuna, bagian utara wilayah laut Provinsi Kalimantan Barat, Kamis (27/8/2015).

"Latihan perang ini dilakukan secara gabungan dan sinergi dengan TNI AU terutama Lanud Supadio Pontianak, dimana nanti tak hanya tiga kapal perang TNI AL yang dilibatkan namun juga skuadron Elang Khatulistiwa di Lanud Supadio Pontianak," kata Kepala Asiten Operasi TNI AL, Kolonel Laut (P) Bambang S kepada detikcom di Lantamal XII Pontianak, Selasa (25/8/2015).

Latihan perang digelar bersamaan dengan munculnya masalah hubungan Indonesia-Malaysia terkait perairan Temajuk, Kabupaten Sambas, yang diklaim oleh Malaysia. Malaysia mendirikan menara suar di perairan itu.

"Kita harus siap terhadap segala ancaman, karena kita tidak ingin kasus hilangnya Sipadan dan Ligitan terulang," tegasnya.

Skenario latihan perang ini dipadukan antara kekuatan militer laut dan udara. "Secara rinci skenario belum diketahui, tapi yang jelas latihan perang ini melibatkan unsur kekuatan TNI AL dan TNI AU," tambah Komandan Satuan Keamanan Laut, Mayor Laut M. Homsin.

Homsin menjelaskan latihan bersama ini melibatkan tiga KRI yakni KRI Kujang 642 dan KRI Sembilang 850 yang bertolak dari Batam menuju ke perairan sekitar Natuna. Sementara KRI Silas Papare 386 bertolak dari Pontianak pada esok, Rabu (26/8/2015) menuju ke perairan Natuna dari Lantamal XII Pontianak.

"Dalam skenario nanti KRI Silas Papare buatan Jerman dijadikan sebagai kapal asing yang memasuki perairan Indonesia, sementara dua KRI yakni Kujang dan Sembilang melakukan operasi penyergapan di wilayah ALKI Satu perairan Natuna," jelas Homsin.

Setelah melakukan penyergapan ini, dua KRI melakukan kontak ke Pusat Komando untuk melakukan langkah-langkah dan tindakan nyata.

"Apabila dalam operasi penyergapan dua KRI ini tidak mampu mengatasi ancaman dari kapal asing, maka dua KRI akan meminta bantuan ke TNI AU dengan meminta dukungan operasi udara menggunakan pesawat tempur Hawk dari Lanud Supadio Pontianak," ujarnya.

Latihan bersama terintegrasi ini untuk meningkatkan kesiapan TNI AL dan TNI AU terhadap ancaman kedaulatan maritim Indonesia yang berada di perbatasan dengan negara lain, termasuk klaim Tiongkok terhadap Laut Tiongkok Selatan dan ilegal fishing di perairan Zona Ekonomi Eklusif Indonesia (ZEEI). 

Sumber: (Detik)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Web Hosting Coupons