Total Pageviews

Sunday, August 30, 2015

BPPT dan SAAB Kerja Sama Teknologi Pertahanan

BPPT terus mengembangkan teknologi pesawat tanpa awak (drone) khususnya untuk kebutuhan pertahanan dan keamanan. Salah satunya dengan menjalin kerja sama dengan perusahaan yang memiliki teknologi tersebut. (photo : Antara)

Tangerang, 28/8 (Antara) - BPPT dan SAAB perusahaan global yang bergerak dibidang pertahanan menjalin kerja sama untuk mengembangkan teknologi pertahanan dalam rangka menuju kemandirian pertahanan dan keamanan di Indonesia.

"Industri pertahanan kita tidak kalah dengan negara tetangga, namun untuk teknologi harus terus diperbarui mengikuti perkembangan terkini," kata Deputi Kepala BPPT bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa, Erzi Angson Gani saat dihubungi, Jumat.

Dia menunjuk beberapa negara ASEAN, alat utama sistem persenjataan (Alutista) masih harus didatangkan dari luar negeri, sedangkan Indonesia sudah memiliki sejumlah industri strategis seperti PT Pindad, PT LEN, PT PAL, PT Dahana, PT Dirgantara Indonesia.

"Industri strategis yang kita miliki tinggal dikembangkan saja, salah satu caranya dengan menggandeng perusahaan yang memiliki teknologi terkini dan efisien," ujar Erzi.

Erzi berharap Indonesia dapat mencontoh Korea Selatan dan Tiongkok yang telah dikenal memiliki industri kapal selam paling lengkap berteknologi tinggi.


UAV yang dikembangkan Saab diantaranya adalah Skeldar V-200 Maritime UAV (photo : Saab)

Terkait hal tersebut lanjut Erzi, BPPT telah menandatangani surat perjanjian kerja sama dengan SAAB dibidang teknologi pertahanan pada Kamis (29/8) di Puspiptek Serpong. Kerja sama dilaksanakan mengingat perusahaan ini telah sukses menjalin kerja sama serupa dibidang pertahanan dengan negara lain.

Dia menunjuk kerja sama perusahaan ini dengan Swedia dalam mengembangkan teknologi sistem pertempuran udara yang didalamnya juga melibatkan lembaga akademis dan pemerintah.

Sedangkan di Indonesia, jelas Erzi, BPPT memiliki enam program dibidang pengembangan teknologi pertahanan yang siap dikerjasamakan diantaranya pesawat tempur, kapal selam, kapal korvet, rudal, medium tank, dan pengintai. 

Salah satu yang akan digarap dengan SAAB adalah pesawat tanpa awak (drone) yang sudah banyak dikembangkan di berbagai negara untuk tujuan pertahanan dan keamanan, jela Erzi.

Erzi mengatakan dalam kerja sama tersebut diharapkan akan berlanjut tidak hanya sebatas implementasi pada industri strategis yang kita miliki, tetapi juga harus ada transfer teknologi.

"Negara-negara yang tergabung dalam G-20 telah menyepakati apabila terdapat kerja sama dibidang teknologi dikalangan negara anggota harus juga dimasukkan klausul alih teknologi, ujar Erzi.

Sumber: Antara

Setelah Lapan A2, ini 4 Satelit yang akan Diproduksi Ahli Dalam Negeri

Suasana ruang Assembly, Integration, and Test (AIT) atau perakitan, integrasi, dan uji di Pusat Teknologi Satelit LAPAN, Rancabungur, Bogor, (photo : Detik)

Jakarta - Satelit pertama karya anak bangsa, Lapan A2/Orari sedang dipersiapkan untuk peluncuran di India pada September mendatang. Namun, seakan tak tinggal diam kini tim ahli LAPAN juga tengah berkutat membangun Lapan A3.

"Tim yang sudah selesai dengan A2 sekarang sedang membangun Lapan A3," kata Lead Engineer Lapan A2/Orari M. Mukhayadi saat berbincang dengan detikcom di ruang kontrol LAPAN di kantor LAPAN Rancabungur, Bogor, Kamis (28/8/2015).

Saat detikcom berkesempatan melihat ruang AIT LAPAN, Lapan A2 yang kini tinggal waktu pengiriman ke India tampak diletakkan di salah satus sudut ruangan. Boks berwarna hitam merah itu masih diuji untuk kesempurnaan komponennya saat sudah mengorbit. 
Satelit Lapan A1/TUB Sat (photo : Lapan)

Satelit Lapan A3

Selain sibuk menyempurnakan A2, ternyata sebagian ahli sedang sibuk merakit komponen satelit selanjutnya, yakni Lapan A3.  Dalam ruangan itu, cikal bakal A3 diletakkan dengan penuh kehati-hatian. 

Untuk A3, LAPAN masih mempertahankan bentuk kotak. Namun, bobotnya akan lebih berat.

"Kami masih menggunakan kamera namun A3 lebih pada images pencitraan," kata Kepala Pustek Lapan Rancabungur, Suhermanto, kepada detikcom, Kamis (27/8/2015).

Pada satelit A3 ini juga nanti paket datanya akan menggunakan standar internasional. Tujuannya agar pesan dari satelit bisa diterima banyak stasiun bumi namun tetap saja hanya stasiun yang diijinkan LAPAN saja yang boleh membuka dan membaca pesan tersebut.

"A3 kami rencanakan tahun depan," terangnya.
Satelit Lapan A2 (photo : Lapan)

Satelit Lapan A4

Dalam jangka panjang, Hermanto mengatakan secara bertahap LAPAN akan membuat satelit yang lebih besar dengan bantuan supervisi Technical University Berlin, Jerman. Besar harapannya Indonesia mampu mandiri membuat satelit sendiri dalam ukuran besar di tahun 2021.

Sebenarnya LAPAN sudah berencana membuat satelit hingga Lapan A6. Untuk Lapan A4 masih akan dibuat kotak dan fokus pada kamera. Namun, A4 akan dibuat dengan kamera semi profesional. Saat ini memang LAPAN sudah menggunakan kamera  namun versi murahnya. Pihak LAPAN memesan khusus kamera untuk digunakan pada satelit serta memodifikasi kamera video yang lazim digunakan khalayak untuk menangkap momen dengan baik. 


Satelit Lapan A2 siap dikirim ke India untuk diluncurkan (photo : possore)

Satelit Lapan A5

Untuk A5, LAPAN mencoba untuk masuk teknologi radar. Namun, seperti apa bentuk dan soesifikasinya sementara masih dikonsepkan karena sumber daya manusia yang masih terbatas.

"Kami akan kerjasama dengan Chiba University di Jepang karena kita masih melihat apakah teknologi kita siap?" sambungnya.

Satelit Lapan A6

Namun, untuk satelit A6, Hermanto masih belum meramu konsep yang tepat. Ia hanya berpikir bahwa satelit itu harusnya berbobot lebih dari 240 kg sehingga membutuhkan ruang pembuatan yang lebih besar. Saat ini, Pusteksat Rancabungur hanya bisa untuk tempat pembuatan satelit di bawah 100 kg.

Ia juga berharap sepanjang proses pembuatan satelit tersebut dukungan pemerintah semakin kuat mengingat pentingnya satelit untuk kebutuhan pertahanan, penanggulangan bencana dan prioritas pemerintah saat ini yakni kemaritiman. 

Sumber: (Detik)

Thursday, August 27, 2015

Cegah Gangguan di Perairan, TNI AL dan AU akan Latihan Perang di Natuna

KCR-40 class FAC-M (photo : TNI AL)

Pontianak - Tingginya eskalasi ancaman kedaulatan laut di perairan perbatasan Indonesia di Laut Tiongkok Selatan, dan klaim Tiongkok terhadap perairan Laut Tiongkok Selatan, TNI AL akan mengelar latihan perang bersinergi dengan TNI AU di perairan Pulau Natuna, bagian utara wilayah laut Provinsi Kalimantan Barat, Kamis (27/8/2015).

"Latihan perang ini dilakukan secara gabungan dan sinergi dengan TNI AU terutama Lanud Supadio Pontianak, dimana nanti tak hanya tiga kapal perang TNI AL yang dilibatkan namun juga skuadron Elang Khatulistiwa di Lanud Supadio Pontianak," kata Kepala Asiten Operasi TNI AL, Kolonel Laut (P) Bambang S kepada detikcom di Lantamal XII Pontianak, Selasa (25/8/2015).

Latihan perang digelar bersamaan dengan munculnya masalah hubungan Indonesia-Malaysia terkait perairan Temajuk, Kabupaten Sambas, yang diklaim oleh Malaysia. Malaysia mendirikan menara suar di perairan itu.

"Kita harus siap terhadap segala ancaman, karena kita tidak ingin kasus hilangnya Sipadan dan Ligitan terulang," tegasnya.

Skenario latihan perang ini dipadukan antara kekuatan militer laut dan udara. "Secara rinci skenario belum diketahui, tapi yang jelas latihan perang ini melibatkan unsur kekuatan TNI AL dan TNI AU," tambah Komandan Satuan Keamanan Laut, Mayor Laut M. Homsin.

Homsin menjelaskan latihan bersama ini melibatkan tiga KRI yakni KRI Kujang 642 dan KRI Sembilang 850 yang bertolak dari Batam menuju ke perairan sekitar Natuna. Sementara KRI Silas Papare 386 bertolak dari Pontianak pada esok, Rabu (26/8/2015) menuju ke perairan Natuna dari Lantamal XII Pontianak.

"Dalam skenario nanti KRI Silas Papare buatan Jerman dijadikan sebagai kapal asing yang memasuki perairan Indonesia, sementara dua KRI yakni Kujang dan Sembilang melakukan operasi penyergapan di wilayah ALKI Satu perairan Natuna," jelas Homsin.

Setelah melakukan penyergapan ini, dua KRI melakukan kontak ke Pusat Komando untuk melakukan langkah-langkah dan tindakan nyata.

"Apabila dalam operasi penyergapan dua KRI ini tidak mampu mengatasi ancaman dari kapal asing, maka dua KRI akan meminta bantuan ke TNI AU dengan meminta dukungan operasi udara menggunakan pesawat tempur Hawk dari Lanud Supadio Pontianak," ujarnya.

Latihan bersama terintegrasi ini untuk meningkatkan kesiapan TNI AL dan TNI AU terhadap ancaman kedaulatan maritim Indonesia yang berada di perbatasan dengan negara lain, termasuk klaim Tiongkok terhadap Laut Tiongkok Selatan dan ilegal fishing di perairan Zona Ekonomi Eklusif Indonesia (ZEEI). 

Sumber: (Detik)

Boeing Siap Penuhi Skema Offset Dalam Pengadaan Helikopter Chinook

Kemhan berencana membeli empat Helikopter Chinook untuk memperkuat Alutsista di jajaran TNI AD (photo : Tobin Polderman)

Jakarta, DMC - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menerima Regional Director South East Asia Boeing Young Tae Pak, Selasa (25/8) di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta. Pertemuan ini membahas mengenai kelanjutan rencana pengadaan Helikopter Chinook.

Dalam kesempatan tersebut, Regional Director South East Asia Boeing menyampaikan bahwa dalam pengadaan Helikopter Chinook nantinya, pihak Boeing siap memberikan dan memenuhi persyaratan skema offset yang diinginkan Indonesia.

Guna membicarakan lebih detail bagaimana mekanisme skema offset tersebut, maka saat ini pihak Boeing telah mengirimkan tim ke PT. DI di Bandung. Regional Director South East Asia Boeing juga menyampaikan siap membantu sepenuhnya untuk kelancaran proses pengadaan ini dan akan memberikan harga yang terbaik untuk Indonesia.

Sebagaimana diketahui, bahwa Kemhan berencana membeli empat Helikopter Chinook untuk memperkuat Alutsista di jajaran TNI AD. Pembelian ini disesuaikan dengan ancaman nyata yang dihadapi Indonesia, terutama masalah penanganan bencana alam.

Helikopter Chinook merupakan salah satu jenis helikopter yang memiliki keunggulan multifungsi. Selain dapat mengangkut personil militer dalam jumlah banyak, helikopter ini juga mampu mengangkut logistik dalam jumlah banyak.

Selain itu, helikopter ini didesain untuk bisa mengangkut (sling) pesawat tempur, kapal tempur, kendaraan tempur (Ranpur), hingga tank tempur kelas ringan. Tidak hanya itu, dengan kemampuan daya angkut yang besar, helikopter ini banyak diturunkan untuk mendukung kebutuhan nasional, seperti evakuasi bencana alam dan kegiatan Search and Rescue.  

Sumber: (DMC Kemhan)

TNI AU Berencana Tambah 12 Pesawat Jenis KT-1B Wong Bee

Jupiter Aerobatic Teams (photos : RakyatNews, TodayOnline)

YOGYAKARTA - Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu berencana membentuk satu skuadron khusus Jupiter Aerobatic Team (JAT) TNI Angkatan Udara (AU). Maka itu, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) berencana membeli 12 unit pesawat jenis KT-1B Wong Bee.

Penambahan pesawat tersebut sangat dimungkinkan mengingat anggaran untuk pengadaan sudah tersedia. Apalagi, harga pesawat jenis itu tidak terlalu mahal.

"Itu pesawat yang jatuh di Malaysia beberapa waktu lalu perlu ditambah. Ada penambahan 12 pesawat. Yang Merah Putih yang suka demo-demo itu. Iya, Jupiter. Jadi satu tim untuk akrobat itu sendiri," ujar Ryamizard  usai melakukan kunjungan sekaligus melihat secara langsung perawatan dan pemeriksaan pesawat milik TNI AU di Lanud Adi Soetjipto, Yogyakarta, Jawa Tengah, Rabu (26/8/2015). 



Dia mengatakan, selain menambah pesawat, pihaknya akan membangun sekolah penerbang sendiri, sehingga tidak lagi bersama-sama dengan Jupiter Aerobatic Team seperti yang selama ini berjalan. "Tim akrobat itu sendiri, untuk sekolah penerbangan bentuk tim sendiri. Jadi tidak sama-sama," ucapnya.

Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ini menyampaikan, secara umum perawatan pesawat sangat baik. Namun diakuinya, perlu ada perbaikan dan penggantian sejumlah spare part pesawat, karena kondisinya membahayakan.

"Secara umum baik ya, tapi ada yang perlu diganti misalnya, kanopi (pesawat) itu  karena sudah retak-retak jadi kalau matahari dari belakang itu enggak kelihatan. Tapi gantinya bukan di tempat pembuatnya tapi di tempat lain," jelasnya.

Sumber: (SindoNews)

Helikopter Antikapal Selam Tiba Tahun Depan

Helikopter AS-565 Panther TNI AL tiba tahun depan (photo : Kaskus Militer)

JAKARTA-- Sebanyak 10 helikopter Anti Kapal Selam (AKS) yang dipesan Kementerian Pertahanan guna memperkuat alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI Angkatan Laut (AL) tengah diproduksi. Helikopter AKS itu pun diharapkan sudah bisa hadir di Tanah Air pada 2016.

 "Saat ini sudah diproduksi. Tahun depan diharapkan sudah bisa datang, tapi secara bertahap," ujar Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Pertahanan, Letnan Jenderal TNI Ediwan Prabowo, Ahad (23/8).

Sebelumnya, TNI AL memang telah mengajukan pemesanan pengadaan helikopter AKS. Mabes TNI pun sudah mengajukan helikopter AKS tersebut, yaitu helikopter jenis AS565 Sea Panther. Rencananya, pembuatan helikopter AKS ini akan dilakukan di Prancis oleh Airbuss Helicopter (dulu dikenal dengan Eurocopter) dan bekerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia.

Pengadaan helikopter AKS ini menjadi satu dengan rencana pembentukan kembali Skuadron 100, yang sempat menjadi skuadron andalan TNI AL dalam mendeteksi keberadaan kapal selam pada era 1960-an. Kehadiran Skuadron 100 juga diharapkan bisa meningkatkan kembali kemampuan TNI AL, terutama dalam mendeteksi kehadiran kapal selam asing di wilayah perairan Indonesia.

Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal), Laksamana Pertama TNI M Zainudin, sempat mengungkapkan, rencana pengadaan helikopter AKS ini memang sudah dimasukkan dalam Rencana Strategis (Renstra) TNI 2015-2019. Kehadiran kembali Skuadron 100 ini pun diharapkan bisa menimbulkan efek gentar di sekitar kawasan. "Satu skuadron saja terpenuhi, mungkin bisa menimbulkan efek gentar bagi negara-negara lain di kawasan, terutama yang kerap melanggar wilayah RI," ujar Zainudin.

Tidak hanya itu, kehadiran helikopter AKS akan terkoneksi dengan sejumlah KRI yang memiliki fungsi pertempuran. Nantinya, helikopter AKS ini akan menjadi mata dan telinga dari KRI-KRI tersebut. Terlebih helikopter AKS memiliki sonar yang bisa mendeteksi bayangan di bawah laut dengan mudah.

Terkait rencana kedatangan helikopter AKS itu, Kepala Staff Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Ade Supandi, sempat mengungkapkan, semua itu tergantung dari kemampuan manufaktur produsen pembuat helikopter tersebut. "Tergantung kemampuan dari manufaktur. Normalnya dia ya mungkin setahun bisa tiga atau dua unit. Helikopter AKS itu bisa dibilang sebagai perpanjangan dari kapal," kata Ade Supandi, akhir Juni.

Sumber: (Republika)

TNI AU - RAAF Gelar Latihan Elang Ausindo 2015 di Kupang

Salah satu pesawat tempur F-16 TNI AU yang tengah dipersiapkan di Lanud El Tari bersama pesawat F/A-18 RAAF (photo: Antara)

TNI AU Latihan Bersama AU Australia di Kupang

KUPANG - TNI Angkatan Udara dan RAAF (Royal Australian Air Force) atau angkatan udara Australia, Selasa, 25 Agustus 2015 besok akan menggelar latihan tempur bersama di Landasan Udara El Tari Kupang, Nusa Tenggara Timur.

TNI AU akan mengerahkan enam pesawat, yakni lima pesawat tempur F-16 dari Skadron Udara 3 Iswahyudi, satu Pesawat Hercules C-130 dari Skadron Udara 31 Halim Perdanakusuma, dan satu Helikopter AS-332 Super Puma dari Skadron Udara 6 Atang Sanjaya.

Sedangkan Australia membawa sembilan pesawat tempurnya, yakni delapan pesawat tempur F/A-18 Hornet dan satu pesawat angkut C-17 Globemaster. Sembilan Pesawat itu saat ini sudah berada di Lanud El Tari, Kupang.

Danlanud El Tari Kupang, Kolonel (Pnb) Andi Wijaya menyatakan, latihan bersama antara negara Indonesia dan Australia ini merupakan latihan persahabatan teknik manuver di udara.

“Tujuan latihan bersama ini adalah menjalin hubungan bilateral serta meningkatkan kemampuan para personel TNI AU dalam menunjang tugas dan tanggung jawab dalam mempertahankan keutuhan negara.” jelas Andi. (Okezone)

TNI AU tetapkan El Tari Kupang jadi lokasi latihan terbang

Merdeka.com - Mabes TNI AU menetapkan Lapangan Udara El Tari Kupang sebagai tempat latihan terbang tahunan bersama pasukan Angkatan Udara Australia. Hal ini dilakukan mulai tahun 2015 ini. 

"Mulai tahun ini Mabes TNI AU telah mengalihkan tempat latihan bersama ini dilakukan di wilayah Kupang," kata Panglima Komando Operasi Sektor Pertahanan Udara Nasional IV Kolonel (Pnb) Nanang Santoso usai menggelar upacara bersama sejumlah tentara TNI AU dan Australia di Lanud El Tari Kupang, Senin (24/8).

Dia menjelaskan dalam satu tahun ke depan kemungkinan akan digelar dua kali latihan di Kupang. Latihan tersebut dilakukan dengan Australia maupun dengan negara-negara tetangga lainnya.

"Ini akan berlaku seterusnya, sampai dengan ada keputusan lanjutan dari pihak Mabes TNI AU," ujarnya dikutip Antara.

Hal senada juga disampaikan oleh Direktur Latihan bersama, Kolonel penerbang (Pnb) Irwan Pramuda. Dia mengatakan kurang lebih 200 personel gabungan tentara Angkatan Udara kedua negara tersebut telah tiba di Kupang pada Jumat (21/8) pekan lalu.

"Latihannya baru dimulai pada hari ini, dan dengan Australia akan berlangsung sampai pada Jumat (28/8) mendatang," ujar Irwan.

Dia menjelaskan dalam latihan tersebut Australia menurunkan delapan pesawat tempur jenis F-18 Hornet, sementara TNI AU hanya membawa lima pesawat tempurnya jenis F-16.

Menurutnya, latihan yang bertajuk Air ManuVer Excercise (AMX) Elang Ausindo 2015 ini, selain digelar bersama dengan Australia, nanti akan menggelar latihan bersama beberapa negara tetangga seperti Brunei, Singapura. Untuk lokasi latihan sendiri, Komandan Wing Udara 3 Lanud Iswajudi Madiun ini mengatakan akan dilaksanakan di daerah selatan Kupang agar tidak mengganggu aktivitas masyarakat di Kota Kupang. 

"Untuk lokasi latihannya akan berada di sekitar laut Kupang bagian Selatan, sehingga tidak mengganggu warga di Kupang," pungkasnya. 


Sumber: (Merdeka)

KOSTRAD Miliki Pasukan Para Raider

Pasukan TNI elit Baru Batalyon 330 (photo : Fokus Jabar)

Pasukan TNI Elit Para Raider 330 Dikukuhkan di Garut

GARUT, FOKUSJABAR.com: Pasukan TNI Elit baru yaitu Para Raider 330 secara resmi dibentuk, Minggu (23/8/2015) kemarin oleh Mentri Pertahanan RI. Sebanyak 650 anggota disematkan sebagai pasukan Para Raider dengan 3 tingkat kemampuan lebih dari raider biasa.

Pasukan TNI dari Batalyon Infantri lintas udara 330 Tri Dharma Kostrad, hari kemarin menggelar latihan terakhir untuk menjadi pasukan Para Raider Yonif Linud 330. Latihan tersebut digelar di hutan Pantai Cijeruk, Kabupaten Garut, diikuti oleh 650 personil TNI dari seluruh kesatuan Kostrad di Indonesia.

Pada latihan terakhir pasukan melumpuhkan musuh yang bersembunyi disebuah gedung, selain digempur dengan pasukan darat, pasukan udara dengan helikopter pun ikut membantu menyerbu Camp musuh.

Nampak terjadi kontak senjata, pasukan Para Raider akhirnya berhasil menyudutkan musuh dan untuk melumpuhkan pasukan musuh terpaksa meledakan camp musuh dengan menggunakan TNT.

Mentri Pertahanan RI, Ryamizard Ryacudu, yang menyematkan pasukan TNI elit baru tersebut bersama masyarakat menyaksikan secara langsung seluruh rangkaian latihan terakhir bersama masyarakat. Tepuk tangan tak henti-henti saat pasukan elit baru tersebut memperagakan taktik perang hingga mampu menghancurkan camp musuh.

Usai menyaksikan latihan, Mentri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu mengatakan pasukan TNI elit baru tersebut dibuat untuk menjaga keutuhan tanah air Indonesia.

” Mereka ditingkatkan kemampuannya 3 kali lipat dari Raider biasa bertujuan menjadinpasukan elit ke dua setelah Kopasus, ” ujarnya, Minggu (23/8/2015) kepada wartawan.

Pasukan Para Raider tersebut melakukan latihan selama tiga bulan, setelah latihan terakhir hari ini pasukan elit baru akan kembali ke Batalyon 330.

” Latihannya bagus dan mereka akan kembali ke Batalyon, setelah tiga bulan berlatih disini, ” pungkas Ryamizard.

Sumber: (Fokus Jabar)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Web Hosting Coupons