Total Pageviews

Friday, May 30, 2014

Latgab 2014 Uji Coba Doktrin Baru TNI...???

0
Di sela-sela kegaduhan dan pro-kontra calon presiden, bangsa ini tengah mengalihkan sedikit perhatian ke Situbondo. Di ujung timur Jawa Timur inilah TNI sedang mengonsentrasikan kekuatannya menjalani Latihan Gabungan (Latgab) 2014.

Latgab yang digelar di akhir fase Minimum Essential Force (MEF) I sekaligus pemerintahan SBY patut menjadi perhatian. Bukan sekadar untuk mengukur sejauh mana belanja militer mampu memenuhi kebutuhan mengamankan NKRI, tapi juga mengukur apakah perkembangan kekuatan alat utama sistem senjata (alutsista) sudah cukup membuat TNI percaya diri untuk mengubah doktrin dari defensif aktif dengan titik fokus pada skenario perang berlarut menjadi defensif-ofensif dengan konsentrasi pada containment dan penghancuran kekuatan lawan sebelum memasuki teritorial darat NKRI.

Sejauh ini susah dipahami bahwa TNI sudah mempunyai kemampuan melakukan tindakan ofensif. Hal ini karena persepsi tentang kekuatan tulang punggung pertahanan Indonesia tersebut belum beranjak dari era Orde Baru hingga era reformasi di mana TNI begitu nelangsa akibat embargo militer, terutama dari Amerika Serikat yang merupakan pemasok utama alutsista sejak dimulainya era pemerintahan Soeharto. 

Sebaliknya, tidak banyak yang sadar melonjaknya perekonomian, hubungan baik dengan Rusia; bargaining position yang kuat di mata Amerika Serikat, China,dan Inggris; kerja sama erat antara Indonesia dan Jerman, Prancis, Korea Selatan; serta simbiosis mutualisme dengan negara sahabat seperti Brunei Darussalam telah menjadi daya dongkrak kekuatan alutsista TNI. 

Pun konflik di Laut China Selatan serta gesekan dengan Australia dan Malaysia telah menjadi trigger perubahan yang bisa disebut revolusi alutsista. Dengan posisi di atas angin tersebut, tentu tidaklah sulit bagi TNI memiliki bukan hanya kapal selam U-209 yang selama ini dikenal sebagai Cakra-Nanggala, tapi juga kapal selam U-206, U-212, U-214, Kilo tipe 636 dan 877 K4b, Amur, bahkan Typhoon. 

Juga bukan perkara sulit bagi TNI untuk mendatangkan Slava Class (heavy cruiser), Sovremenny Class (destroyer), Talwar Class (frigate), Stereguschyy Class (corvette), dan lainnya. Untuk matra udara, bukan mustahil TNI memiliki pesawat tempur sekelas Su-34 Fullback, Su-35SI Super Flanker, Dassault Rafale, dan Eurofighter Tornado, bahkan Tu-160 Blackjak. Pun tidak mengada- ada jika TNI memiliki S-300PMU2 / SA-20 Gargoyle atau HQ- 16 SAM Systems sebagai payung udara. 

Siapa pun sulit membayangkan kekuatan Indonesia tinggal selangkah melampaui kekuatan di era 1960-an. Apalagi bagi mereka yang mendewakan ”penampakan”. Padahal, domain militer lebih banyak misterinya. Tapi kalau jeli, pesannya sudah disampaikan Moeldoko tentang Sukhoi terbang di atas air dan alutsista yang semakin padat pada 2016. 

Atau lebih jauh seperti disampaikan Menhan Poernomo Yusgiantoro bahwa militer Indonesia pada 2014 akan menjadi terkuat di kawasan dan pernyataan SBY–yang sebenarnya didapuk TNI sebagai panglima besar atas jasanya untuk TNI–tentang kesiapan Indonesia berperang. Tapi pihak skeptis sekaligus pesimis, tentu harus bertanya apakah Indonesia selamanya aman-aman saja, apakah tidak punya potential adversaries, apakah tidak pernah menjadi sasaran assymetric warfare dan proxy warfare. 

Dengan posisi geopolitik yang demikian strategis, apakah Indonesia tidak layak menjadi primary target. Jika begitu adanya, apakah Indonesia tidak layak membangun deterrent effect . Dengan potensi yang datang dari delapan penjuru angin, tentu Indonesia harus membentuk komando gabungan wilayah pertahanan (kogabwilhan) dan itu harus dilengkapi beragam alutsista, termasuk produk dalam negeri. 

Berdasarkan pemaham atas ancaman inilah kita berharap latgab menjadi ajang deklarasi dan uji coba perubahan doktrin militer. Tentu Indonesia mempertimbangkan keseimbangan kawasan hingga tidak perlu vulgar. Tapi paling tidak bisa memberi pesan: Jalmo moro, jalmo mati; dhemit moro, dhemit mati; dewa moro, dewa keplayu; dhemit ora ndulit, setan ora doyan.”




Sumber : Sindo

Thursday, May 29, 2014

Anggaran Ideal Perawatan Alutsista 10% Dari Anggaran TNI

Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan postur ideal anggaran perawatan dan pemeliharaan alat utama sistem pertahanan adalah sebesar 10% dari total anggaran TNI.
 

"Sekarang baru 5% sampai 6%," ujar Sjafrie seusai uji coba misil Astros II di Formosa, Brasilia, Brasil, Selasa (27/5) pagi waktu setempat. 
 

Selain anggaran perawatan, TNI juga membutuhkan peningkatan anggaran bahan bakar minyak dam pelumas untuk alutsista. 
 

Saat ini, anggaran bahan bakar minyak untuk alutsista TNI hanya Rp2 triliun lebih per tahun. Padahal, kebutuhannya mencapai Rp6 triliun lebih pet tahun. 
 

"Kita berutang BBM sekitar Rp3 triliun," kata Sjafrie. 
 

Kebutuhan BBM alutsista TNI memang timggi. Sebagai contoh, kapasitas solar untuk kendaraan peluncur misil Astros yang baru dibeli TNI dari Brasil mencapai 280 liter per kendaraan. Bila di tangki tersisa 25 liter sampai 50 liter harus diisi penuh kembali.



Sumber : Metrotvnews

KRI Karang Banteng-983 Akan Dijadikan Sasaran Tembak Latgab 2014

KRI Karang Banteng 983 Bantu Angkut Personil (photo : Lensa Indonesia)

Masa Bhakti KRI Karang Banteng-983 Berakhir

KRI Karang Banteng dengan nomor lambung 983, yang masuk jajaran Satuan Kapal Bantu Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim)telah mengakhiri pengabdiannya. 

Menandai berakhirnya masa bhakti KRI Karang Banteng-983 sebagai kapal perang, dilaksanakan upacara penurunan ular-ular perang yang  berlangsung diatas Geladak KRI Karang Banteng-983 yang bersandar di Dermaga Koarmatim Ujung Surabaya, Rabu (28/5), bertindak selaku Irup Kepala Staf Koarmatim Laksamana Pertama TNI Siwi Sukma Aji.

KRI Karang Banteng adalah ex Kapal Fery Cepat KM. Serayu dibuat di galangan kapal Laurzen jerman pada tahun 1998, digunakan sebagai kapal fery penumpang dan dioperasikan oleh PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP). 

Pada Tanggal 15 September 2005, Departemen Perhubungan RI menghibahkan KM Serayu kepada TNI AL melalui Departemen Pertahanan RI, untuk selanjutnya tanggal 7 April 2006 diresmikan menjadi KRI Karang Banteng-983 dengan tugas mendukung pergerakan pasukan, Raid terbatas dan operasi bhakti.

Sebagai purna bhakti yang terakhir, KRI Karang Banteng-983 selanjutnya dijadikan kapal uji coba penembakan senjata strategis milik TNI AL dalam Latihan Gabungan  (Latgab) TNI tahun 2014 yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat ini.

Dalam amanatnya Pangarmatim Laksamana Muda TNI Sri Mohamad Darojatim yang dibacakan Kasarmatim mengatakan, keberadaan KRI Karang Banteng-983 telah banyak memberikan andil terhadap keberhasilan pelaksanaan tugas TNI AL. 

Namun berdasarkan pertimbangan strategis, teknis dan ekonomis, KRI ini dirasakan sudah tidak layak lagi untuk mengemban tugas yang dibebankan terhadapnya.

Semua prestasi yang telah dicapai KRI Karang Banteng-983 hanya dapat dicapai melalui kerja keras, dedikasi, loyalitas, tanggung jawab serta profesionalisme seluruh ABK. 

Penampilan ABK KRI Karang Banteng-983 tersebut, merupakan Hasil pembinaan yang panjang sejak kapal ini pertama kali masuk jajaran TNI AL hingga saat ini.

“Untuk itu, kepada seluruh mantan komandan, mantan ABK maupun para prajurit yang saat ini masih bertugas di KRI tersebut, atas nama pemimpin TNI AL saya ucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya,”kata Pangarmatim.

(Armada Timur)

PT PAL Luncurkan KCR-60 Kedua

KCR-60 kedua diberi nama KRI Tombak-629, sedangkan KCR-60 ketiga akan diberi nama KRI Halasan 630 (photo : Sindo)

PT PAL Luncurkan KCR 2 dan Serahkan KCR 1 KRI Sampari 628

PT PAL Indonesia (Persero) kembali meluncurkan Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 meter ke 2 dengan nomor produksi W00274 dan melakukan serah terima KCR ke 60 M ke 1 W00274 bernama KRI Sampari 628 dengan nomor produksi W00273 kepada TNI AL.

Kedua kapal ini diresmikan pengukuhannya oleh Menteri Pertahanan (Menhan) RI Purnomo Yusgiantoro. Dirut PT PAL Indonesia (Persero), Firmansyah Arifin, dalam sambutanya pada acara Peluncurkan KCR 2 dan Serah Terima KCR 1, oleh Menhan RI Purnomo Yusgiantoro, di PT PAL Indonesia (Persero) Jl Ujung Surabaya, Rabu (28/5) mengatakan, yang dikerjakan PT PAL pesanan TNI AL saat ini ada tiga kapal.

Dalam hal ini, ketiga kapal KCR ini, diproduksi untuk memodernisasi dan memenuhi kebutuhan persenjataan yang ada.

Selain itu, lanjutnya, pembuatan dilakukan di PT PAL juga untuk kemandirian pemenuhan Alutsista sesuai dengan amanah Undang-Undang No 16 Tahun 2012 Tentang Industri Pertahanan.

Peluncuran kapal kedua serta penyerahan kapal pertama KRI Sampari 628 ini sebagai bukti kemampuan dan kompetensi insan PT PAL Indonesia sebagai pemandu utama (lead integrator) Alutsista Matra Laut.

Dia menjelaskan, Kapal Cepat Rudal (fast craff missile) 60 meter pertama KRI Sampari 628 ini telah melalui berbagai serangkaian proses pengujian dari para ahli dan teknisi. Hal itu dilakukan sebagai persyaratan serah terima dan hasil uji masing-masing dalam memenuhi standar yang dipersyaratkan.

"Pada tahap akhir saat commodore inspection 27 Mei kemarin seluruh fungsi asasi kapal bekerja dengan baik dan siap diserahterimakan," katanya.


Setiap unit kapal dilengkapi dengan persenjataan meriam dan dua peluru kendali jenis C705 dan C802 buatan Cina dengan jarak tembak 140 kilometer. Proyek tiga unit kapal KCR-60M menelan anggaran sekitar Rp 375 miliar. (photo : Kaskus Militer)

Firmansyah menuturkan, sebagai negara kepulauan, Indonesia telah memiliki sembilan pintu masuk melalui wilayah laut, Oleh karena itu, katanya, untuk itu diperlukan banyak kapal perang.

Selain dari amanah UU 16 Tahun 2012, PT PAL Indonesia (Pesero) telah memproduksi 43 kapal patroli, baik berukuran 28 meter hingga 57 meter. Selain menyerahkan satu KCR 60 meter, katanya, satu lagi KCR juga telah selesai dan dilakukan proses peluncuran untuk segera dilakukan uji coba.

"Satu KCR yang hari ini diluncurkan untuk uji coba, nanti pada Juni bulan depan akan kami serahterimakan," katanya.

Satu KCR 60 meter yang hari ini mulai diluncurkan, kata Firmasyah, rencananya diberi nama KRI Tombak-629. Sedangkan satulagi KCR 60 meter yang saat ini dalam tahap finising pembangunan rencananya dilakukan uji coba pada September 2014 dan akan diberi nama KRI Halasan-630.

 "Selain berhasil memproduksi KCR, PT PAL sebenarnya juga telah berhasil memproduksi 43 kapal patroli, baik berukuran 28 meter hingga 57 meter pesanan Kementerian Pertahanan," kata Firmansyah.

Sementara itu, serah terima sendiri dipimpin langsung oleh Purnomo Yusgiantoro, Menteri Pertahanan dan disaksikan oleh Laksamana TNI Marsetio, Kepala Staf Angkatan Laut, serta beberapa pejabat tinggi di lingkungan Kementerian Pertahanan lainnya.

"Ini adalah bagian dari upaya kita untuk mengamankan wilayah kedaulatan laut kita," kata Purnomo Yusgiantoro.

Selain memesan tiga KCR, Kementerian Pertahanan kata dia, saat ini juga telah memesan 16 KCR 60 meter serta 16 buah KCR 40 meter. Rencananya, seluruh pesanan KCR ini akan rampung dibangun pada tahun 2024 mendatang.

Purnomo mengatakan dengan kemampuan yang dimiliki KCR, dia optimistis alutsista TNI Angkatan Laut saat ini tak bisa disepelekan lagi. Apalagi masing-masing KCR dilengkapi dengan empat rudal seri C 705 dan 802 yang memiliki daya jelajah hingga 140 kilo meter.

“Jika kelak TNI AL memiliki 32 KCR, maka pertahanan laut sudah tidak lagi diragukan. Kalau kita sudah lengkap 32 KCR dan masing-masing KCR berisi 4 rudal dengan daya jelajah 140 KM, kita pasti sudah sangat digdaya di laut," kata dia.

Berikut KCR 60 meter produksi PT PAL ini memiliki spesifikasi, Panjang keseluruhan (LOA) : 60 M, Panjang garis air (LWL) : 54.82 M, Lebar (B) : 8.10 M, Tinggi pada tengah kapal (T) : 4.85 M, Berat muatan penuh (Displacement) : 460 Ton, Kecepatan : berlayar 15 Knot, Jelajah 20 Knot dan max 28 Knot, Dilengkapi persenjataan canggih, berupa Meriam dan Peluncur Rudal seri C705 dan 802, Jumlah penumpang 55 Orang- Ketahanan berlayar 9 Hari- Mesin pendorong 2 x 2880 kw. 

(Kominfo)

Astros II TNI-AD Diuji Coba di Brazil

 Uji coba Astros II MLRS di Brazil (photo : MetroTVNews)

Wamenhan Saksikan Uji Coba Misil Astros II

Metrotvnews.com, Brasilia: Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menyaksikan uji coba misil Astros II di areal militer Angkatan Bersenjata Brasil di Formosa, Brasilia, Selasa (27/5) pagi waktu setempat.

Bukan cuma menyaksikan, Sjafrie bahkan menjajal sendiri menembakkan misil Asttos II dari peluncurnya.

"Ini canggih. Tinggal tekan tombol. Cuma ada sedikit guncangan. Seperti main game saja," tutur Sjafrie.

Indonesia membeli 38 unit artilery saturation rocket system atau Astros II dari perusahaan Avibras, Brasil, senilai US$404 juta.

Astros II TNI AD (photo : Defense Studies)

Persenjataan itu akan ditempatkan di dua batalion Artileri Medan di Bogor dan Malang, yang berada di bawah Kostrad.

Sebanyak 13 unit Astros II tiba pada Agustus dan akan dipamerkan di HUT TNI ke-69 pada 5 Oktober 2014.

Dalam uji coba, dilangsungkan 5 tembakan misil tunggal dan satu tembakan 4 misil sekaligus. Misil yang diujicobakan ialah misil SS 30 yang punya daya jangkau 30 kilometer dengan waktu sampai ke sasaran sekitar 79 detik.

Avibras tengah mengembangkan Astros II yang berdaya jangkau 300 kilometer hingga 450 kilometer.

"Satu atau paling lama satu setengah tahun, kita sudah siap memasarkannya, tinggal menunggu sertifikat dari Angkatan Bersenjata Brasil," kata CEO Avibras Sami Youssef.

Menurut Sjafrie, kepemilikan Astros II menjadi tantangan tersendiri buat TNI.

"Kita harus memiliki 600 misil setahun untuk ditembakkan dalam latihan karena kalau tidak akurasinya tidak sempurna lagi," tuturnya. 

(MetroTVNews)

Isu Tanjung Datuk Bupati Minta Pemerintah Pusat Lebih Perhatian

2
Bupati Sambas, Kalimantan Barat, Juliarti Djuhardi Alwi, meminta pemerintah pusat agar bisa lebih serius mewujudkan lebih banyak program pembangunan di perbatasan. Pasalnya, hingga kini, perhatian dari pusat masih kurang.
 
 
"Karena itu selalu kita suarakan. Hingga sekarang kunjungan tiga Menteri RI akhir tahun 2012 lalu yang akan menuntaskan pembangunan, temasuk tahun 2013, tidak terwujud, " ujar Juliarti hari ini.
 
 
 
Menurut dia, banyak hal yang telah dilakukan pemerintah daerah dalam pembangunan perbatasan. Pertama pembukaan awal jalan perbatasan, pembangunan sarana kesehatan, cetak sawah, pendidikan dan menupayakan pembangunan sarana lainnya guna meningkatan ekonomi masyarakat Temajuk.
 
 
 
"Mohon maaf, kami juga sangat menyesalkan komitmen pemerintah pusat yang diwakili Menteri PU, Menko Kesra, dan Menteri Sosial yang katanya akan menyelesaikan pembangunan Tamajuk tahun 2013 tapi tidak terealisasi."
 
 
 
Seharusnya program ini tetap jalan sehingga permasalahan perbatasan tuntas. Dia berharap dengan adanya isu pembangunan mercusuar oleh Malaysia itu  harus ada langkah serius dari pusat memperjuangkan pembangunan di perbatasan.
 
 
 
"Dari informasi yang didapat, dari kasus ini, ke depan di Temajuk akan dibangun Pangkalan Angkatan Laut, Pangkalan Udara dan Pangkalan Batalyon. Tentunya ini akan kita pertanyakan pada pertemuan di Kemenlu, " lanjut Juliarti.
 
 
 
Dia meminta pemerintah pusat tidak saja memberikan angin segar rencana menuntaskan pembangunan di Temajuk.  Apalagi masalah perbatasan Indonesia-Malaysia di kawasan ini sudah tiga kali terjadi.
 
 
 
"Semua harus dibenahi. Termasuk sarana telekomunikasi. Untuk pembangunan sarana pangkalan Militer, Pamkab Sambas akan mendukung pembebasan lahan," demikian dia berharap.
 
 
Pada Rabu 28 Mei 2014, Bupati Sambas diminta hadir mengikuti pertemuan Indonesia-Malaysia di Kementrian Luar Negeri (Kemenlu) RI di Jakarta. 




Sumber :Irib

Dirlatgab TNI 2014 Minta Semua Alutsista Dimainkan

3
Direktur Latihan Gabungan (Dirlatgab) TNI Letjen TNI Lodewijk F. Paulus didampingi Panglima Komando Gabungan (Pangkogab) TNI Letjen TNI Gatot Nurmantyo di Lanud Ahmad Yani, Semarang Jawa Tengah, mengecek kesiapan personel dan Alutsista yang akan diterjunkan dalam Latihan Gabungan (Latgab) TNI tahun 2014, Selasa (27/5/2014).

Dalam peninjauan tersebut, Letjen TNI Lodewijk mengecek kesiapan akhir 32 unit Helikopter berbagai jenis.

"Semua personel yang terlibat diminta melakukan pengecekan secara menyeluruh yang akan digunakan pada saat Latihan Gabungan," katanya.

"Perlengkapan senjata perang, mainkan semua. Manuver apa yang akan kamu lakukan, semua harus dipikirkan matang. Masing-masing pilot diminta untuk benar-benar menguasai Helikopter yang dikemudikannya dan kondisi kesehatan crew juga harus dipastikan fit semua," tegasnya.

Sementara itu, ke 32 unit Helikopter itu terdiri dari 5 unit MI-35, 4 unit MI-17, 3 unit Heli Bolcow 105, 10 unit Heli Bell 205 dan 10 unit Heli Bell 402. Masing-masing Helikopter memiliki keunggulan tersendiri.

Diantara seluruh Helikopter tersebut, jenis MI merupakan Helikopter andalan. Helikopter MI-17 ini mampu menampung personel 1 peleton atau sebanyak 36 orang. Jika tak diisi personel, Helikopter ini menampung meriam, sementara MI-35 memiliki keunggulan dalam hal menembak.

Selain MI-35, Heli Bolcow 105 juga digunakan untuk menembak, Heli Bell 205 dan Heli Bell 402 digunakan untuk mengangkut orang dengan kapasitas 10 penumpang. Helikopter jenis ini merupakan buatan Canada dan baru didatangkan minggu lalu dari PT Dirgantara Indonesia.
Sore harinya Dirlatgab TNI dan rombongan meninjau kesiapan personel dan Alutsista TNI yang terpusat di Lanud Abdurahman Saleh Malang, Jawa Timur.

Sebanyak 1.657 personel dari Divisi Infateri 2 Malang dan 400 personel TNI AU dengan Alutsista yaitu Pesawat Hercules dari Skuadron Udara-31 sebanyak 7 Pesawat, Skuadron Udara-32 empat pesawat, 2 pesawat dari Skuadron-4,3 Pesawat Tucano, 1 Foker 28 dari Skuadron-2,1 Heli Super Puma dari Lanud Atang Sandjaja dan 1 Heli Collibri Lanud Kalijati.




Sumber : Tribunnews

Indonesia Menuju Kemandirian Industri Propelan

Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang industri pertahanan, Kemhan melalui PT Dahana (Persero) telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk membangun pabrik propelan bersama dengan mitranya dari Perancis yaitu Eurenco dan Roxel France.  Pembangunan pabrik ini merupakan wujud dari program nasional Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) menuju pada kemandirian industri propelan melalui strategic partner. 

Hal tersebut terungkap dalam jumpa pers yang di selenggarakan Pusat Komunikasi Publik Kemhan, Senin (26/5), yang dihadiri Direktur Teknologi Industri Pertahanan (Dirtekindhan) Kemhan sekaligus merangkap Kepala Sekretariat KKIP  Brigjen TNI Zaenal Arifin, S.IP, Staf Ahli KKIP Bidang Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga Silmy Karim dan Direktur Utama PT Dahana (Persero) F. Harry Sampurno, P.hD, di Kemhan Jakarta. 

Pabrik propelan yang akan dibangun terintegrasi dengan PT Dahana ini akan menjadi pabrik pertama berdiri di Indonesia yang memproduksi propelan dimana sebelumnya BPPT/Lapan hanya membangun laboratorium penelitian propelan (research and development). Selama ini untuk memenuhi kebutuhan propelan, Indonesia masih menggantungkan propelan produksi Belgia. “Penghematannya jelas signifikan, kurang lebih kalau diperkirakan dengan proyeksi 5 tahun ke depan mendekati angka Rp1 triliun per tahunnya, sehingga ini salah satu hal yang istimewa," ujar Staf Ahli KKIP ini.

Proyek yang dibangun diatas tanah seluas 50 ha tersebut dibangun dalam dua tahap pembangunan dimana tahap pertama akan dilakukan pembuatan nitrogliserin sebanyak 200 ton/tahun, Spherical powder (propelan double base untuk Munisi Kaliber Kecil/MKK) sebanyak 400 ton/tahun dan propelan double base rocket sebanyak 80 ton/tahun. 

Sementara itu tahap kedua pembangunan akan dilakukan pembuatan propelan komposit sebanyak 200 ton/tahun, rocket motor sebanyak 8000 rounds/tahun,  propelan single base untuk MKB sebanyak 120 ton/tahun dan propelan double base untuk MKB sebanyak 13 ton/tahun. 

Pembangunan pabrik propelan yang menelan investasi sekitar € 400 juta dan direncanakan akan selesai dalam tahun 2018 diharapkan nantinya dapat memenuhi kebutuhan Indonesia akan bahan baku dalam pembuatan munisi, roket dan peluru kendali dalam lima tahun kedepan sesuai dengan rencana strategis yang ditetapkan Kemhan. 

Sementara itu Dirut PT Dahana menyatakan bahwa pembangunan pabrik propelan di Subang tidak akan mengurangi defisit listrik di Pulau Jawa karena pabrik propelan ini tidak banyak menghabiskan energi listrik. “Energi listriknya tidak terlalu besar, dan kita menggunakan PLTA Jati Besar yang 2 tahun lagi, dan PLTA Subang yang 10 tahun lagi akan selesai," ungkapnya.




Sumber : DMC

Brazil Berjanji Super Tucano Terbang Di HUT TNI 2014

Indonesia telah memesan 16 pesawat Super Tucano dari perusahaan Embraer, Brasil. 
 

Sebanyak delapan pesawat dipesan untuk tahun anggaran 2004-2009 dan delapan lainnya untuk tahun anggaran 2009-2014 dengan harga total US$288 juta. 
 

Namun, hingga kini, Indonesia baru menerima empat Super Tucano tersebut. Pesawat serang dan pengintai itu sudah dipamerkan pada HUT TNI pada 2013. 
 

Embraer sendiri beralasan ada masalah dengan perusahaan pengiriman. Untuk itu, Wakil Menteri Pertahanan Syafrie Syamsoeddin mengadakan pertemuan dengan Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Brasil Jenderal Jose Carlos de Nardi dan CEO Embraer di Kemenhan Brasil di Brasilia, Senin (26/5) siang waktu setempat. 
 

Usai pertemuan, Wamenhan menjelaskan bahwa Jenderal de Nardi yang posisinya di Pemerintahan Brasil setingkat Wamenhan itu sangat membantu Indonesia dalam menekan Embraer untuk memenuhi kewajiban mereka mengirim 12 pesawat Super Tucano sebelum peringatan HUT RI 5 Oktober 2014. 
 

"Wamenhan Brasil mengatakan dirinya akan menghadiri HUT TNI 5 Oktober 2014 untuk memastikan dan menyaksikan Super Tucano terbang di peringatan HUT TNI," ujar Sjafrie. 
 

Sjafrie mengatakan Brasil sangat peduli karena hal ini bukan cuma menyangkut kerjasama pertahanan melainkan juga menyangkut hubungan baik Brasil dan Indonesia. 
 

Menurut Sjafrie, berdasarkan pengakuan CEO Embraer, pesawat yang akan dikirim ke Indonesia sudah siap. Namun, mereka beralasan, ada masalah dengan bea cukai Indonesia. 
 

"Saya sampaikan kepada Embraer, kalau memang ada masalah di Indonesia, biar kami yang urus. Anda urus yang menjadi kewajiban Anda," kisah Sjafrie. 
 

Menurut Sjafrie, Embraer akhirnya menyanggupi pengiriman Super Tucano dan suku cadang akan selesai pada September 2014. Indonesia sendiri sebelumnya bermaksud melayangkan peringatan untuk menggugat Embraer. 
 

Namun, Indonesia tetap mengajukan penalti kepada Embraer atas keterlambatan pengiriman Super Tucano. 
 

"Kemenhan sangat concern dengan hal ini karena ini menyangkut uang rakyat dan sudah menjadi perhatian Komisi I DPR," ujar Sjafrie yang juga Ketua High Level Committe Modeenisasi Alutsista TNI itu. 



Sumber : Metrotvnews

Peluang Indonesia Peroleh Kapal Selam Litoral Canggih Perancis

Dalam forum bilateral "Indonesian-French Defense SMEs Bilateral Forum (First Edition)," pemerintah Indonesia dan Perancis membahas kemungkinan Indonesia untuk mendapatkan kapal selam berteknologi yang sangat canggih (sophisticated). Hari pertama forum bilateral, Rabu, 21 Mei 2014, diisi dengan seminar tentang peluang kerjasama industri pertahanan Indonesia-Perancis dan pembahasan atau diskusi mengenai kapal selam litoral dalam waktu bersamaan (paralel).


Untuk itulah forum bilateral ini diselenggarakan untuk mengkaji dengan seksama segala kemungkinan teknologi kapal selam litoral ini guna menutup celah pertahanan Indonesia yang berkaitan dengan peta dan kondisi perairan Indonesia. Apakah memang harus menggunakan kapal selam dalam menjaga laut dangkal atau cukup dengan sarana pertahanan yang lain?

Andastra
SSK Andastra, konsep kapal selam litoral baru Perancis.
Mengingat 2/3 wilayah Indonesia adalah perairan, pengetahuan tentang hal-hal yang berhubungan dengan pemetaan laut adalah esensial. Bagaimana keadaan hidrografi, tingkat kedalaman, kuat dan arah arus setiap musim dan perubahannya harus dipelajari dengan seksama dalam konteks pertahanan.

Hal ini akan melahirkan operation requirement baik untuk laut dangkal dan laut dalam. Misalnya laut yang dangkal akan menuntut kelincahan atau manuver dari kapal selam untuk menghindari pemantauan atau deteksi dari udara sehingga timbullah kekhususan operasional. Oleh karena itu maka dalam menghitung postur kemampuan perang tidak hanya berdasarkan kekuatan tetapi juga berdasarkan kemampuan dan gelar.

Sementara itu ketua delegasi Perancis Admiral (Navy) Jean Claudelle, dalam kesempatan tersebut menyatakan bahwa Perancis merupakan salah satu negara di Eropa yang sangat mendukung industri pertahanan yang berdasarkan pada sistem pertahanan otonomi dan kedaulatan. Dalam 50 tahun terakhir ini bidang industri dan peralatan pertahanan serta persenjataan Perancis menjadi hal yang sangat penting.

Hal ini memberikan peluang bagi pemerintah Perancis dan industri pertahanannya kemampuan untuk mengembangkan peralatan dan semua spesifikasi operasionalnya seperti untuk angkatan laut, angkatan udara, helikopter, satelit, missile antar negara dan antar benua.

Seperti diketahui kekuatan persenjataan dan pertahanan Perancis saat ini tersebar di Afrika Selatan, Mali, Guinea dan benua Afrika secara otonom dengan mitra atau partner Perancis tanpa melibatkan kekuatan besar atau super power lainnya. Kemampuan ini menjadi suatu hal yang unik di benua Eropa. Diharapkan hal ini dapat menarik Indonesia sebagai partner Perancis yang menganggap kedaulatan wilayah sebagai sesuatu yang penting.  

Seminar yang diselenggarakan Kemhan RI dan The French Defense Procurement Agency (DGA) diikuti oleh berbagai perusahaan yang bergerak di bidang industri pertahanan Perancis seperti Airbus Helicopters, DCNS, EADS, MBDA Missile Systems, Thales dan perusahaan terkemuka Perancis lainnya. Pada hari kedua rangkaian kegiatan, Kamis (22/5), delegasi peserta dari Perancis bertolak ke Bandung untuk mengunjungi PT Pindad dan PT DI. 



Sumber : Artileri

TNI AL Terima 1 Kapal Cepat Rudal (KCR)

Serah terima KRI Sampari-628

Tahun ini, tiga Kapal Cepat rudal (KCR) 60 M produksi dalam negeri akan memperkuat TNI AL, sebagai perwujudan dari Rencana Strategis (Renstra) 2010-2014. Demikian dikatakan Menhan Purnomo Yusgiantoro, saat menyerahkan 1 unit platform KCR 60 M yang pertama yakni KRI Sampari-628 kepada TNI AL dan juga meresmikan peluncuran platform KCR 60 M kedua, di Dermaga Divisi Kapal Perang PT. PAL Indonesia (Persero), Rabu, 28 Mei 2014.

Menhan mengatakan momen ini sangat membanggakan, karena pembangunan ini sebagai bukti pemerkuat pertahanan dalam negeri. "Selain pembangunan 3 KCR, kita masih membutuhkan banyak kapal jenis ini. Untuk 3 Renstra kita membutuhkan 16 KCR 60 Meter dan 16 KCR 40 Meter," imbuhnya. Semua itu akan mengisi jajaran Armada Angkatan Laut Republik Indonesia dalam menjaga kedaulatan negara untuk menjadi The World Class Navy.

KRI Sampari-628 berdimensi panjang 60 meter, lebar 8,10 meter, berat muatan penuh 460 ton, kecepatan maksimal 28 knot, diawaki personel 55 orang dan memiliki persenjataan canggih berupa meriam serta peluncur rudal. 

KCR-60 M kedua akan diserahkan pada 20 Juli 2014 dan KCR-60 M ketiga pada tanggal 20 September 2014, dengan dukungan anggaran APBN-P 2011 sebesar 375 miliar rupiah. Dan pengadaan 3 unit KCR-60 M ini, merupakan bagian dari program pembangunan kekuatan pertahanan untuk mewujudkan Kekuatan Pokok Minimal (Minimum Essensial Force).

Adapun dengan keberhasilan PT PAL menyelesaikan pembangunan KCR-60 M, akan memudahkan TNI AL dalam proses pemeliharaan dan sekaligus dapat memberikan alternatif solusi untuk mengurangi ketergantungan pada negara lain dalam pengadaan KRI di masa mendatang.

Dalam sambutannya, Direktur Utama PT PAL INDONESIA (PERSERO), M Firmansyah Arifin mengungkapkan keberhasilan produksi KCR ini sangat membanggakan, karena beberapa tahun belakangan ini belum memproduksi kapal perang. "Kami mengucapkan terima kasih setinggi-tingginya atas pesanan dari Kementerian Pertahanan memproduksi kapal ini," tegasnya.

KCR 60 M pertama produksi PT PAL, telah melalui serangkaian proses pengujian para ahli dan teknisi sebagai persyaratan serah terima serta hasil uji masing-masing, dalam memenuhi standar yang dipersyaratkan. Dimana pada tahap akhir saat Commodore Inspection pada 27 Mei 2014, seluruh fungsi azasi kapal bekerja sangat memuaskan.

Setelah meresmikan KRI Sampari-628, Menhan Purnomo Yusgiantoro juga melantik Komandan KRI Sampari-628, Letnan Kolonel (P) Hreesang Wissanggeni. Mengawaki kapal ini, Hreesang akan dibantu 55 Anak Buah kapal (ABK) untuk berlayar menjaga keutuhan NKRI. KRI Sampari-628 selanjutnya masuk ke jajaran Satuan Kapal Cepat Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) yang berdasarkan pertimbangan taktis dan strategis yang cukup mendalam untuk menjaga dan melindungi wilayah kedaulatan NKRI serta melaksanakan tugas-tugas pertahanan maupun penegakan hukum khususnya di laut.

KRI Sampari-628 diambil dari nama sebuah senjata di Bima, Sumbawa. Sampari selain dari sebagai senjata untuk penunjang aktivitas juga sebagai simbol harga diri, keperkasaan, keuletan dan keberanian seorang ksatria yang berani menghadapi segala cobaan dan masalah.


Sumber : Artileri

Sunday, May 25, 2014

Analisis : Garda Wibawa, Uji Nyali Dan Uji Tempur

Sepanjang pekan lalu dan pekan awal bulan depan ada dua mata ujian yang telah dan akan dilakoni TNI kita. Yang pertama adalah mata pelajaran uji nyali di Tanjung Datuk Kalbar.  Dengan mengerahkan sejumlah KRI, sejumlah jet tempur Hawk dan pesawat UAV berikut pasukan batalyon 641 Raider TNI AD maka pelajaran uji nyali di Tanjung Datuk lulus dengan mundurnya kapal perang Malaysia.  Meski begitu sejumlah KRI tetap bersiaga disana untuk memastikan “jalannya” kewibawaan teritori NKRI, garda wibawa.

 

 
Pada saat yang sama sebenarnya di perairan Ambalat saat ini sedang berlangsung operasi militer gabungan TNI “Garda Wibawa” yang melibatkan puluhan KRI dan sejumlah jet tempur dengan dukungan pasukan Kodam Mulawarman dan Kodam Wirabuana. Operasi militer ini untuk menguji koneksitas dan integrasi sistem pertempuran antar matra TNI.  Ambalat yang dijadikan medan uji simulasi sistem pertempuran, ternyata Tanjung Datuk menjadi ujian sesungguhnya.
 
Tank amfibi BMP3F sedang melakukan serbuan pantai
 
 
Sekedar membandingkan bedanya perairan Ambalat dengan Tanjung Datuk adalah, kalau di Ambalat kita yang bangun mercu suar di Karang Unarang lalu ada gangguan dari kapal perang Malaysia, tetapi pembangunan tetap jalan terus sampai selesai. Di perairan Tanjung Datuk pihak Malaysia yang berinsiatif membangun mercu suar di wilayah “abu-abu” itu tetapi dengan ketegasan hulubalang Republik, pembangunan mercu suar itu akhirnya dihentikan. Pelajaran dari kedua wilayah ini adalah jangan sekali-kali kita lengah karena sekali lagi terbukti perilaku jiran sebelah itu memang selalu ingin mencari kelengahan kita.
 

 
Pekan depan tepatnya sepanjang minggu pertama bulan Juni 2014 akan ada pergerakan 16.000 tentara khususnya di pulau Jawa.  Pergerakan militer itu dalam rangka menguji mata pelajaran militer yang lain yaitu uji tempur seluruh matra TNI bersama senjata-senjata strategis yang dimilikinya.  Setidaknya ada 40 an jet tempur berbagai jenis yang terdiri 8-10 Sukhoi, 6-8 F16, 12 T50, 2 F5E, 3 Super Tucano dan 10-12 Hawk akan bersileweran di langit Jawa untuk memerankan uji tempur pre emptive strike, menghancurkan musuh sebelum memasuki wilayah teritori Indonesia.  Musuh anggapan (musang) yang dijadikan target ada di perairan selatan Jawa yang bermaksud menyerang jantung Indonesia dari “pangkalan militer” dekat Bengkulu.
 

 
Maka segala cara militer dilakukan untuk mengobrak abrik pangkalan militer musang berkekuatan 1 brigade itu.  Mulai dari penembakan peluru kendali udara ke permukaan dari Sukhoi dan F16, penembakan peluru kendali Exocet MM40 Blok 3 dari KRI Sigma untuk menghancurkan kapal lawan.  Kalau kita melihat serial latihan gabungan yang dilakukan selama 3 tahun terakhir maka uji tembak senjata strategis yang dimiliki TNI AL sudah dilakukan mulai dari rudal C705, rudal C802, rudal Yakhont, Torpedo dan terakhir ini Exocet seri terbaru.  Jet tempur Sukhoi juga akan melakukan pertempuran udara dengan jet tempur musang lalu menembakkan rudal udara ke permukaan, Vympel KH29.
 
Rudal Yakhont ditembakkan dari KRI Oswald Siahaan
 
 
Puncak dari semua uji tempur dan uji tembak itu akan berakhir di pantai Asembagus Situbondo dengan serangan pantai ribuan pasukan Marinir dan akan disaksikan oleh Presiden SBY.  Serbuan pantai ini akan dikawal sedikitnya 30 KRI yang sebagian akan memuntahkan ratusan isi perutnya berupa tank amfibi BMP3F, PT76, BTR50, RM Grad, LVT7, Artileri, Roket, Rudal Qw3 dan senjata berat lainnya. TNI AD menyertakan ribuan prajuritnya bersama alutsista yang dimilikinya seperti tank Scorpion, Stormer, AMX13, artileri KH179, KH178, panser Anoa, panser Tarantula, heli tempur Mi35, Mi17, Bell412Ep dan lain-lain.
 

 
Meski uji tempur TNI memberikan kegembiraan gahar yang luar biasa karena kita bisa melihat perkembangan modernisasi TNI selama 5 tahun terakhir ini namun nilai gentar uji nyali di Tanjung Datuk lebih memberikan kebanggaan yang membuncah. Karena peristiwa unjuk kerja militer itu nyata, bukan simulasi.  Gerakan kapal perang RI yang dipimpin oleh KRI Sutedi Senaputra yang baru diperbaharui power dan persenjataannya bersama manuver Hawk Pontianak dan UAV memberikan efek ciutnya nyali pihak seberang.  Sayangnya banyak media yang tidak mengekspos peristiwa ini karena sibuk dengan berita pesta pilpres.  Bandingkan dengan berita Ambalat tempo hari.
 

 
Sementara itu terkait dengan uji tempur Latgab tahun ini perlu juga dicatat, bahwa belum pernah ada dalam catatan sejarah Latgab selama ini, pelaksanaan Latgab dilakukan dengan frekuensi sesering 4 tahun belakangan ini.  Tahun 2013 ada Latgab besar dengan 3 Hotspot, Sangatta, Flores dan Situbondo.  Lalu tahun ini dilakukan Latgab lagi dengan formula yang berbeda dengan Latgab sebelumnya.  Latgab tahun ini tidak lagi berpola defensif tetapi mengerahkan semua kekuatan yang ada untuk menyerang pangkalan militer negara Musang.
 
Artileri KH179 ikut meramaikan ledakan amunisi Latgab 2014
 
 
Latgab tahun ini mensinergikan kekuatan 3 matra dalam satu komando tempur gabungan dengan kurikulum baru : gebuk sebelum masuk (pre emptive strike). Sepertinya ini menguji dulu komando militer gabungan terpadu sebelum nantinya model pertahanan Kogabwilhan diresmikan Presiden SBY.  Sejak tahun 2008 sampai 2014 tercatat ada 4 kali TNI melakukan Latgab berskala besar.  Untuk ukuran Asia Tenggara belum ada negara yang menyaingi kemampuan Indonesia dalam memobilisasi pasukan dan alutsista dalam jumlah besar yang dilakukan oleh satu negara.
 

 
Kampanye militer Indonesia bukan untuk menakuti negara tetangganya tetapi ingin mengingatkan negara jiran dan sekaligus rakyat Indonesia sendiri.  Untuk negara jiran pesannya adalah kekuatan sejumlah ledakan demi ledakan yang dimuntahkan itu memberi pesan kuat agar berlaku sopan dalam etika berjiran.  Sedangkan untuk rakyat kita sendiri sebagai pertanggungjawaban atas perolehan sejumlah alutsista baru dan berteknologi.  Sekalian mengingatkan pada semua komponen bangsa bahwa pagar teritori yang dikawal itu sangat luas dan masih memerlukan sejumlah perkuatan gahar untuk garda wibawa.  



Sumber : Analisis

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Web Hosting Coupons