Total Pageviews

Thursday, July 30, 2015

Analisis: Mempercepat Isian Alutsista

Bagai cerita kucing dan tikus, begitu gambaran persoalan perbatasan klaim teritori Indonesia dan Malaysia di wilayah Ambalat Kalimantan Utara.  Ketika kucing mempertajam mata telinganya dengan mendatangkan 1 flight jet tempur ke Tarakan, maka si tikus bersembunyi sambil bersiasat.  Atau sekali dua kali melempar drone ke Sebatik dan Ambalat untuk menguji ketajaman radar Indonesia.  Nah begitu flight jet tempur Indonesia kembali ke home base si tikus kembali berpesta dengan berlagak sebagai jagoan.

Demikian juga dengan patroli laut oleh KRI.  Jika KRI yang berpatroli berjenis fregat atau korvet, si tikus tiarap atau balik badan.  Tetapi jika KRI berlabuh di Tarakan untuk isi ulang logistik maka tikus tadi keluar sarang bahkan kadang-kadang berlagak mengerahkan kapal selamnya yang bermarkas di teluk Sepanggar untuk menguji kemampuan deteksi angkatan laut Indonesia.  Itulah fakta yang terjadi di lapangan padahal patroli militer Indonesia bukan hanya di kawasan itu.  Masih banyak hot spot lain yang harus diawasi misalnya perairan Natuna, Selat Malaka, Laut Arafuru dan Laut Timor.

F16 di Tarakan, memastikan kedaulatan NKRI
Persoalannya adalah masih kurangnya ketersediaan alutsista berbagai jenis yang harus dimiliki. Atau meski sudah banyak alutsista yang dipesan namun kedatangannya tidak sesuai target pengadaan. Contohnya pesanan 24 jet tempur F16 blok 52 yang mestinya seluruhnya sudah datang pada akhir tahun 2015, ternyata sampai akhir Juli 2015 baru 9 unit yang datang.  Demikian juga dengan kedatangan alutsista jenis lain seperti MBT Leopard, Astross, Caesar Nexter, Super Tucano dan lain-lain tidak tepat waktu.

Negeri seluas Indonesia ini harus banyak memiliki kapal perang dan jet tempur. Dua jenis alutsista ini mutlak diperlukan sebagai alat pukul dan alat sengat manakala ada gangguan ancaman terhadap teritori.  Untuk angkatan udara kita harus punya alat sengat yang mampu membuat pihak luar berpikir ulang untuk mencoba mengganggu.  Makanya pantas sekali ada percepatan pengadaan alutsista baik yang sudah dipesan maupun yang akan dipesan.  Jika kedatangan 24 jet tempur F16 bisa diselesaikan akhir tahun ini maka sirkulasi dan pergantian shift patroli untuk menjaga Ambalat dan Natuna lebih “lapang di dada”.  Jet tempur F16 lebih efisien untuk patroli udara dibanding Sukhoi.  Jadi Sukhoi lebih banyak disimpan sebagai kekuatan pukul strategis.

Demikian juga dengan pengadaan jet tempur pengganti atau jet tempur tambahan.  Paling tidak kita harus mampu merealisasikan 1 skuadron pengganti jet tempur F5E dan 1 skuadron jet tempur tambahan sampai tahun 2020 ini.  Dengan begitu maka alokasi sebaran jet tempur akan lebih luwes dan leluasa untuk ditandangkan ke seluruh kawasan hot spot tanah air.  Kita berharap pengganti jet tempur F5E tetap konsisten dengan Sukhoi SU35 untuk memastikan ketersedian Sukhoi Family dalam jumlah yang memadai.

Klaim Cina di LCS, lidah naga menjulur
Untuk kekuatan armada tempur laut tambahan KRI baru jelas diperlukan.  Maka kita menyambut baik adanya tambahan pesanan 4 KRI berjenis kelamin PKR10514 menyusul 2 unit yang sedang dibuat di galangan kapal Damen Schelde Belanda dan PT PAL. Dengan begitu diharapkan realisasi 6 KRI dapat dipenuhi sampai tahun 2020 dengan model pengerjaan pembuatan kapal saling bersinergi dan paralel antara dua perusahaan industri pertahanan ini.  Untuk diketahui PT PAL mendapat lisensi dari Belanda memproduksi sampai 20 KRI jenis perusak kawal rudal ini.

Seperti kita ketahui PT PAL saat ini sedang disibukkan dengan berbagai order kapal perang seperti proyek 2 LPD untuk Filipina, proyek 16 KCR 60 m untuk TNI AL yang saat ini sudah sampai pada kapal keempat. Paling strategis tentu kerjasama pembuatan kapal selam dengan Korea Selatan. Saat ini sedang dibangun 2 kapal selam jenis Changbogo di Korsel sementara kapal selam ketiga akan dibangun di PT PAL tahun 2017 dengan supervisi Korsel.  Jadi nantinya PT PAL diharapkan akan mampu membuat kapal selam jenis ini mulai dari kapal selam keempat dan seterusnya minimal sampai delapan unit.

Hal yang tidak kalah penting adalah mempersiapkan model pertahanan terpadu di Natuna. Ini merupakan proyek strategis yang berpacu dengan waktu. Pangkalan AL dan AU di Natuna harus mampu menyediakan logistik ulang dan amunisi bagi kapal perang, jet tempur dan pesawat pengintai.  Ini pekerjaan besar tetapi juga demi mengantisipasi kekuatan besar yang lagi mabuk dan berselingkuh dengan teritori negara lain. Kita berharap di Natuna ada ketersediaan 1 skuadron jet tempur sepanjang tahun bersama belasan KRI berbagai jenis untuk memastikan kekuatan beton garis depan teritori.

Demikian juga di Tarakan minimal tersedia 1 flight jet tempur setiap saat, bukan kadang-kadang, termasuk ketersediaan sejumlah KRI. Catatan kita adalah dengan membangun pangkalan militer di Natuna akan berdampak pada konsentrasi kekuatan Malaysia yang mau tak mau terpecah.  Natuna bisa jadi kartu truft bagi Indonesia manakala konflik Ambalat memanas.  Misalnya dengan memotong jalur logistik negeri jiran itu. Yang jelas pembangunan pangkalan militer di Natuna membuat Malaysia seperti ditikam dari belakang padahal kita tidak merasa menikam.

Oleh sebab itu tidak bisa tidak isian alutsista TNI dalam kuantitas besar dan kualitas terkini harus terus diupayakan cepat pesan dan cepat datang.  Kita optimis bahwa dalam periode lima tahun ini akan banyak didatangkan pesanan baru disamping kedatangan alutsista pesanan periode sebelumnya.  Kunjungan Presiden Jokowi ke AS Nopember tahun ini dan kunjungan PM Inggris barusan tentu membawa misi kerjasama pertahanan alias daftar belanja alutsista yang ditawarkan atau yang diinginkan.

Tidak akan ada gangguan teritori manakala kekuatan alutsista kita gahar kuantitas dan kualitasnya. Tidak sampai terjadi model perseteruan kucing-kucingan seperti yang terjadi di Ambalat jika Tarakan dan Nunukan dilapis kekuatan pre emptive strike dengan kehadiran jet tempur, radar dan rudal serta KRI dalam sinergi interoperabilitas.  Sudah saatnya kita percepat isian alutsista segala matra agar tidak ada lagi permainan kucing-kucingan karena tujuan besar kita adalah menghalau semburan naga. Kita persiapkan alutsista kita menjadi macan dan tetangga usil pasti akan tahu diri dan berusaha menjadi kucing tetapi kita sudah berubah menjadi macan.



Sumber: Jagarin

APC Amfibi Kreasi Anak Negeri

Penampilan APC Amfibi pada upacara HUT Korps Marinir ke-67. (photos : Wirajayadi Bahari)

Sebuah hasil karya Tank APC (Armoured Personnel Carrier) berhasil diciptakan berkat kerjasama TNI-AL (Dislitbangal dan Denhar Lanmar Surabaya) bersama PT Wirajayadi Bahari.

Kesuksesan kerjasama TNI Angkatan Laut (Dislitbangal dan Denhar Lanmar Surabaya) bersama PT Wirajayadi Bahari. Mampu menyuguhkan sesuatu yang banyak menyedot perhatian banyak pengunjung dalam ajang Indo Defence 2012 awal November lalu. Adalah penampakan sebuah prototipe,namun bukan prototipe panser yang rajin dirilis selama ini, tapi ini adalah prototipe sebuah tank, yakni tank angkut personel alias Tank APC (armoured personnel carrier).



Tank angkut personel yang mampu mengangkut 2 Awak dan 20 pasukan ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan Korps Marinir TNI AL. Dimana target pengembangan tank APC ini adalah untuk menggantikan keberadaan Panser Amfibi BTR-50 yang usianya sudah sangat tua.

Dengan Daya mesin: 520 HP/328 kw Tank yang memiliki panjang: 8.70 m, lebar: 3.50 m, tinggi: 2.30 m dan berat: 20 ton mampu berjalan dengan kecepatan 60 km/jam di jalan raya dan 35 km/jam di jalan off road, serta kecepatan berjalan di laut dengan dua water jet bisa mencapai 14 km per jam. 

Daya tempuh Tank ini sekitar 370 km di darat, 340 di medan off road serta mampu berenang di laut sejauh 90 km. Selain itu Tank ini juga mampu berjalan dengan sudut kemiringan 32 derajat.



Tank APC dipersenjatai 3 pucuk senapan mesin FN MAG kaliber 7,62 mm. 1 pucuk di depan,dan 2 di belakang. APC Amfibi ini telah melewati serangkaian uji coba dengan hasil memuaskan. 

Pengujian maneuver di darat di KarangPilang, Surabaya dan test kekedapan di kolam Denhar Lanmar. Embarkasi dan debarkasi di laut melalui rampa kapal dari Landing Ship Tank (LST) KRI Teluk Banten-516 di Koarmatim.

Pengujian maneuver darat di Karangtekok, Asembagus. Serta lolos pengujian tahan peluru body APC Amfibi dengan senjata peluru kaliber 5,56 mm dan 7,62 pada jarak 50m dan 100m

Dalam hasil uji coba ini Tank APC telah memenuhi standar dan keselamatan TNI AL serta ergonomis sebagai ranpur amphibi yang memenuhi standar operasional TNI AL. Sementara mesin yang digunakan adalah mesin KAPA (Kendaraan Amfibi Pengangkut Artileri) K-61 yang juga buatan Uni Soviet. 

Desain ranpur ini cukup kokoh dan mantab dengan lapisan baja yang kuat.dan sistem pintu buka tutupnya berada di belakang, mirip dengan tank Stormer TNI AD.

Sumber: Majalah Marinir No.37-Februari 2013

Tuesday, July 28, 2015

Pangkalan Selam TNI AL Ditargetkan Rampung 2017

Pangkalan kapal selam di Palu untuk mendukung kedatangan 2 kapal selam baru dari Korea (photo : Kaskus Militer)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Dalam kunjungan kerjanya ke Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (23/7) silam, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Tedjo Edhy Purdijatno, sempat mengutarakan bakal mempercepat realisasi pembangunan pangkalam kapal selam di Pangkalan TNI AL (Lanal) Watusampu, Palu.

Pihak TNI AL pun menargetkan, pangkalan kapal selam itu sudah selesai pada awal 2017 mendatang. 

Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal), Laksamana Pertama TNI M Zainudin, mengungkapkan, saat ini pihaknya memang terus melakukan upaya pengembangan pembangunan pangkalan kapal selam di Palu, Sulawesi Tengah. Pengembangan ini pun diharapkan selesai pada saat kedatangan dua kapal selam baru yang dipesan dari Korea Selatan.

Rampungnya pembangunan pangkalan itu nantinya dapat mendukung kedatangan dua kapal selam baru yang memperkuat TNI AL tersebut. ''Dua (kapal selam baru) di awal 2017 dan di akhir 2017. Jadi (pembangunan pangkalan kapal selam) diharapkan bisa sudah siap di awal 2017,'' kata Zainudin saat dihubungi Republika, Ahad (26/7).

Kadispenal menambahkan, dalam upaya pembangunan pangkalan kapal selam itu, pihaknya melaksanakan secara bertahap. Selain itu, pembangunan itu disesuaikan dan berdasarkan anggaran yang didapat dari APBN. Saat ini, pembangunan dermaga dan dok untuk kapal selam sudah hampir rampung diselesaikan.

''Terutama fasilitas-fasilitas yang khususnya untuk kapal selam,'' ujar Zainudin.

Dalam Rencana Strategis Minimun Essential Forces (MEF), TNI AL memang sempat menargetkan menambah armada kapal selam yang mereka miliki.

Saat ini, TNI AL baru memiliki dua kapal selam, yaitu KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402. Dua kapal selam itu pun sudah tergolong cukup tua dan beroperasi sejak 1980 silam. Alhasil, pemerintah lewat Kementerian Pertahanan telah menyepakati soal pembelian tiga kapal selam jenis Changbogo dengan sistem transfer of techology (ToT).

Rencananya, dua kapal selam itu akan dibuat di Korea Selatan oleh perusahaan galangan kapal Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME). Kemudian satu unit kapal selam akan dibuat oleh industri galangan kapal dalam negeri, yaitu PT PAL.

Sebelumnya, dalam rencana pemenuhan alutsista yang mengacu pada MEF, 2013 silam. TNI AL mengungkapkan kebutuhan sekitar 12 kapal selam untuk bisa menjamin pengamanan wilayah NKRI.

Selain kapal selam, TNI AL juga terus melakukan program peremajaan dan modernisasi Alutsista, terutama untuk kapal-kapal patroli yang kondisinya sudah tua seperti, fast patrol boat (kapal cepat patroli), Kapal Frigate dan Korvet buatan Belanda, serta kapal penyapu ranjau.

''Jadi rata-rata sudah hampir 40 tahun kapal-kapal ini. Sebelum mereka habis, kita proses remajakan, jangan sampai terjadi kekosongan alutsista karena ketidaksiapan TNI dalam peremajaan. Mudah-mudahan semuanya itu sesuai waktu,'' ujar Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Ade Supandi, beberapa waktu lalu.




Sumber: (Republika)

Thursday, July 16, 2015

Jumlah Satuan Pasukan Katak Ditambah

Komando Pasukan katak TNI AL (photos : Antara, Jawapos)

SURABAYA - Jumlah Satuan Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL bakal ditambah, dari dua menjadi tiga satuan. 

Penambahan ini mengikuti rencana pengembangan jumlah Armada Kawasan RI, dari dua menjadi tiga armada. Rencana penambahan Satuan Kopaska disampaikan Komandan Satkopaska Koarmatim Kolonel Laut (E) Yudhi Bramantyo seusai menyematkan brevet Manusia Katak pada mantan siswa pendidikan brevet Kopaska, saat penutupan pendidikan brevet Kopaska Angkatan XXXVIII, di Lapangan Laut Maluku, Komando Pengembangan Pendidikan Angkatan Laut (Kobangdikal), Bumimoro, Surabaya, kemarin. 

“Kopaska yang semula dua satuan, akan ditambah menjadi tiga satuan, sesuai keberadaan armada yang akan dikembangkan menjadi tiga,” kata Yudhi Bramantyo, kemarin. Menurut dia, tiap armada, baik barat, timur, dan pusat, akan memiliki masing-masing Satkopaska. Tiap Armada ada satu satuan. Kopaska diperlukan negara seperti Indonesia yang merupakan negara kepulauan.




Penambahan Satuan Kopaska ini terus dimatangkan seiring pengembangan armada yang terangkum dalam Armada Nusantara. Komandan Kobangdikal Laksamana Muda TNI I N G N Ary Atmaja mengatakan, Kopaska merupakan pasukan yang direkrut secara khusus dan dididik, dilatih secara khusus. 

Dimana, prajurit Kopaska menggunakan peralatan khusus untuk melaksanakan tugas- tugas yang tidak bisa dilaksanakan pasukan reguler, khususnya dalam melaksanakan peperangan laut khusus, Naval Special Warfare . Pendidikan Kopaska, kata Ary, mempunyai tujuan dan sasaran, yaitu membentuk prajurit berkualifikasi Komando Pasukan Katak yang memiliki kecakapan dan kemampuan untuk melaksanakan tugas beraspek empat media, yakni media darat, udara, permukaan laut dan bawah laut. 

Diketahui, pada penyematan brevet kemarin ditampilkan sejumlah demonstrasi, di antaranya pembebasan sandera dari kelompok teroris. Dengan kesigapan dan keahliannya, Pasukan Katak berhasil melumpuhkan kelompok teroris tersebut. 

Sumber: (Koran Sindo)

Apa yang Bisa Rusia Tawarkan pada Indonesia untuk Menggantikan C-130?

Pesawat Hercules TNI AU (photo : Kaskus Militer)

Tak lama setelah jatuhnya pesawat angkut militer Hercules C-130 yang menewaskan 140 orang, TNI AU mengumumkan riset awal untuk mencari pesawat pengganti dan sekaligus memodernisasi pesawat militer Indonesia. Negara-negara produsen pesawat dilirik untuk menggantikan pesawat sebelumnya antara lain adalah Amerika Serikat, Prancis, dan Rusia. RBTH akan membantu menyederhanakan tugas pejabat militer Indonesia dengan memberitahu bahwa Rusia mampu memodernisasi transportasi udara secara umum dan menggantikan posisi C-130 secara khusus.

Salah satu poin penting yang perlu dicatat adalah saat ini analog pesawat C-130 tidak diproduksi di Rusia. Pesawat An-12 adalah pesaing utama Hercules yang sudah memasuki tahun terakhir sebagai bagian dari Angkatan Udara Rusia dan tengah menunggu dengan penggantian pesawat multifungsi Rusia-India MTA.

Namun demikian, militer Indonesia tampaknya ingin pesawat yang berkemampuan besar. Brigadir Jundan Eko Bintoro mengeluarkan pernyataan Indonesia berencana menggantikan C-130 dengan pesawat yang mampu bersaing dengan Boeing C-17 dan A400M.

Dalam hal ini, Rusia adalah pemasok yang dapat dipercaya setelah dibandingkan dengan negara-negara produsen ternama lainnya. Hal ini menjadi salah satu keunggulan Rusia. Perlu diingat bahwa armada pesawat Angkatan Udara Indonesia saat ini sebagian besar merupakan warisan dari embargo senjata yang diberlakukan oleh Uni Eropa dan Amerika Serikat pada akhir 1990-an dan dihapus pada 2005. Rusia, di sisi lain, adalah pemasok peralatan militer yang dapat diandalkan sejak era Uni Soviet. Transaksi pertama antara kedua negara dilakukan pada 1960.

Jadi, pesawat angkut militer Rusia apa saja yang bisa menarik minat Angkatan Bersenjata Indonesia?

Il-476 (Il-76MD-90A)


Ilyushin IL-76MD-90A (IL-476), payload 52 ton (photo : militaryphotos)

Il-476 merupakan modifikasi baru dari Il-76 yang merupakan dasar dari pesawat angkut Rusia. Pesawat Il-476 menjadi daya tarik tersendiri bagi militer Rusia. Hal ini dibuktikan dengan jumlah pesanan Il-476 sebanyak 39 unit.

Dibandingkan dengan pendahulunya, Il-476 tidak berubah kecuali pada badan pesawat yang dipasangi mesin baru, serta sayapnya yang dimodifikasi, sistem kontrol yang baru, sistem bahan bakar yang baru, autopilot yang baru, sistem navigasi digital yang baru, serta kokpit terbaru yang terbuat dari "kaca" (perangkat kontrol dibuat menggunakan LCD). IL-476 mampu mengangkut beban hingga 60 ton dengan kecepatan jelajah 770 – 800 km/jam pada jarak tempuh sampai dengan 5.000 kilometer.

MTA (Il-214)


UAC/HAL Il-214 Multi-role Transport Aircraft (MTA), payload 20 ton (photo : Livefist)

Pesawat multifungsi ini adalah sebuah proyek kerja sama antara Rusia dan India. Pesawat ini dibuat untuk menggantikan seluruh barisan pesawat An-12, An-26 dan An-72. Saat ini, Il-214 masih dalam proses penyelesaian formasi teknis, dokumentasi, dan penelitian proyek pembangunan.

Il-214 dapat dioperasikan di wilayah dataran tinggi dan mendarat di landasan pacu tak beraspal. Dimensi badan pesawat ini sama dengan karakteristik pesawat Il-76. Karena itu, pesawat ini disebut sebagai pesawat kelas ringan yang mampu mengangkut beban hanya sekitar 12 ton pada jarak hingga 3.700 kilometer atau 20 ton pada jarak hingga 2.000 kilometer.

Tu-330


Tupolev Tu-330, payload 20 ton (photo :Aviatia)

Pesawat jenis ini juga sedang dalam tahap studi proyek. Fitur khususnya adalah fleksibilitas. Pesawat ini tak hanya bisa menggantikan An-12, tetapi juga bisa sebagai alternatif penerbangan jarak menengah berat Il-76. Seperti pesawat angkut militer Rusia lainnya, pesawat ini juga dapat digunakan pada landasan pacu tak beraspal. Keunggulan Tu-330 terletak pada unifikasi yang tinggi dengan pesawat sipil Tu-214 yang telah lebih dulu diluncurkan. Jika dibutuhkan, misalnya, pesawat ini dapat dirancang dan disertifikasi dalam waktu yang sangat singkat untuk Indonesia.

Tu-330 dapat mengangkut beban sekitar 35 ton pada jarak hingga 3.000 kilometer atau dengan beban 20 ton pada jarak hingga 5.600 kilometer.

Il-112V


Ilyushin Il-112V, payload 6 ton (photo : Jane's)

Model lain yang berpotensi dilirik oleh TNI AU adalah pesawat angkut militer kecil Il-112V. Pengembangan pesawat ini dijalankan kembali pada 2013 ketika proyek gabungan An-140-100 dengan Ukraina tidak memenuhi kualitas dan anggaran Angkatan Udara Rusia.

Il-112V memiliki perbedaan yang cukup signifikan dari model di atas, yaitu munculnya turboprop (seperti yang dimiliki oleh A400M). Pesawat ini dirancang untuk mengangkut hingga 6 ton kargo dengan jarak 6.000 kilometer. Pesawat ini dapat lepas landas dan mendarat pada landasan pacu yang tidak disiapkan dan juga pendek, yaitu sepanjang 800 – 1.000 meter. Salah satu keunggulan lainnya dari Il-112V dibandingkan para pesaingnya adalah peningkatan lebar dan tinggi kompartemen kargo.

Sebagai kesimpulan, jika TNI AU membutuhkan pesawat angkut militer, untuk saat ini Angkatan Udara Indonesia hanya dapat membeli Il-476 milik Rusia. Sementara, model lainnya harus menunggu sampai sekitar tahun 2019.

Namun, jika tertarik, militer Indonesia dapat turut bergabung ke dalam proyek bersama Il-112, MTA, atau Tu-330 seperti India. Dengan begitu, negara Indonesia dapat memaksimalkan kebutuhannya dalam pembangunan pesawat sejak tahap penelitan dan pengembangan, dan mendapatkan akses khusus pada teknologi produksi, perbaikan, serta pemeliharaan. Tentunya, ini adalah hal-hal yang hampir tidak mungkin didapatkan jika membeli pesawat dari Uni Eropa atau Amerika Serikat. Sebagai contoh nyata, Indonesia dapat melihat saat India membeli pesawat tempur Rafale Prancis. Pada kasus tersebut, India mengalami kesulitan untuk melakukan transfer teknologi.

Sumber: (RBTH)

TNI AL Kini Miliki Simulator Kapal Selam

Simulator kapal selam TNI AL buatan Rheinmetall Defence (all photos : Tribun News)

Surabaya (ANTARA News) - TNI AL kini memiliki simulator khusus untuk latihan manuver dan pengendalian kapal selam yang disebut Submarine Control Simulator (SCS).

Kadispen Armatim Letkol Laut (KH) Maman Sulaeman dalam keterangan pers yang diterima Antara di Surabaya, Selasa, melaporkan simulator itu diresmikan KSAL Laksamana TNI Ade Supandi di komplek Kolatarmatim, Koarmatim, Ujung Surabaya, Senin (13/7).



SCS merupakan sarana latihan prajurit kapal selam TNI AL dengan model simulasi kabin bergerak buatan Rheinmetal Defence Jerman. Negara lain yang sudah memiliki SCS yakni Yunani, Jerman, Turki, Korea Selatan, Italia, dan Singapura.

Kabin SCS dapat bergerak dengan kecepatan 10 knot dan mencapai kemiringan hingga 45 derajat, dengan tinggi total 4 meter, serta berat 85 ton. 

Fungsi lainnya dari SCS sarana pelatihan dan familisasi pengendalian kapal selam itu adalah penyesuaian personel dengan dinamika gerakan kapal selam, pelatihan prosedur-prosedur, pelatihan keadaan darurat dan integrasi awak kapal selam.



KSAL optimistis SCS akan membuat kemampuan para prajurit TNI AL, khususnya pengawak kapal selam TNI AL, dapat meningkat dengan pesat, terasah dan mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi tinggi yang ada di kapal selam modern.

Prosesi peresmian SCS diawali dengan penandatangan naskah serah terima dari Dirut PT Pustaka Strategi Legiman Sutrisman kepada Kepala Dinas Pengadaan (Kadisadal) Laksamana Pertama TNI Prasetya Nugraha.

Selanjutnya, penyerahan dari Kadisadal kepada Asisten Logistik (Aslog) KSAL Laksamana Muda TNI Ir. Harry Pratomo, lalu dilanjutkan dengan penyerahan dari Aslog KSAL kepada Pangarmatim Laksda TNI Darwanto selaku "user".



Pada saat yang sama, KSAL juga meletakkan batu pertama pembangunan "Submarine Command and Team Trainer" (SCTT). SCS dan SCTT merupakan bagian dari Submarine Training Center, yaitu fasilitas untuk mengasah kemampuan para awak kapal selam.

Selain SCS dan SCTT, tiga fasilitas Submarine Center lainnya adalah Machinery and Propulsion Control Simulator (MPCS), Fire and Damage Control Simulator (FDCS), dan Submarine Escape Team Trainer (SETT).



"Dari kelima fasilitas Submarine Center tersebut, untuk sementara TNI AL baru menyelesaikan SCS. Fasilitas lainnya akan dibangun secara bertahap, menyesuaikan dengan anggaran yang tersedia," kata KSAL.

Menurut KSAL, dengan dibangunnya komplek Submarine Training Center dapat mewadahi pelatihan para awak kapal selam yang sedang tidak melaksanakan operasi pelayaran. 



Kepada para pengguna SCS, khususnya prajurit pengawak kapal selam, KSAL menyatakan sarana SCS ini merupakan komitmen TNI AL untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalisme prajurit kapal selam.

"Dengan kemampuan yang semakin terasah dan mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi, maka pencapaian TNI AL sebagai World Class Navy akan dapat diraih. World Class Navy hanya dapat diraih dengan memiliki keunggulan teknologi dan SDM, serta organisasi dan kemampuan operasi yang mumpuni," katanya.

Sumber: (Antara)

Pesawat Militer Usia di Atas 30 Tahun akan Dinonaktifkan

Pesawat C-130B TNI AU (photo : TNI)

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia akan menonaktifkan semua pesawat militer berusia lebih dari 30 tahun. Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan penonaktifan itu  sebagai bagian dari upaya untuk memodernisasi armada setelah bulan lalu terjadi kecelakaan  pesawat angkatan udara yang menewaskan sekitar 140 orang.

Namun Ryamizard menolak untuk memberikan rincian tentang berapa pesawat yang akan pensiun atau berapa banyak yang dibutuhkan untuk pengadaan pesawat baru nantinya.

"Kami memiliki peralatan yang telah berusia 30, 40, 50 tahun, pesawat dan helikopter. Dan kami ingin menggantikan mereka dengan pesawat yang lebih baik," kata Menteri Ryacudu pada wartawan setelah bertemu presiden Joko Widodo di Jakarta, dilansir dari laman Trust.Org, 12 Juli 2015. 

Presiden Joko Widodo sendiri telah berjanji untuk meningkatkan belanja pertahanan hampir dua kali lipat, setelah sebelumnya hanya mendapat 0,8 persen dari produk domestik bruto, yang merupakan salah satu anggaran terendah, hingga tahun 2020.

Sebelumnya, sebuah pesawat penumpang angkatan udara Hercules C-130B yang membawa 122 orang dinyatakan jatuh di Medan pada 30 Juni, menewaskan semua orang yang berada di pesawat dan beberapa yang berada di darat. Pesawat buatan AS itu sudah mulai melayani penerbangan sejak hampir 50 tahun yang lalu.

Sumber: (Tempo)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Web Hosting Coupons