Total Pageviews

Thursday, May 1, 2014

UAV Wulung PA 9 Alami Gangguan Teknis

Serpihan pesawat tanpa awak diduga milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) ditemukan di perairan Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.

"Serpihan pesawat latih tanpa awak berupa potongan ekor pesawat dan bagian sayap itu ditemukan dua orang nelayan, Andi Siseno (30) dan Reza Kurniawan Ndendeng (24) pada hari Senin (28/4)," kata Kepala Kepolisian Resor Cilacap Ajun Komisaris Besar Polisi Andry Triaspoetra didampingi Kepala Subbagian Humas Ajun Komisaris Polisi Siti Khayati, di Cilacap, Selasa.

Saat itu, kata dia, kedua nelayan tersebut sedang mencari ikan dengan menggunakan perahu di perairan Selok Pipa, Pulau Nusakambangan.

Tiba-tiba, mereka menemukan serpihan pesawat berupa potongan ekor dan bagian sayap yang terbuat dari fiber.

Menurut dia, serpihan pesawat tersebut selanjutnya diserahkan ke Satuan Polisi Air Polres Cilacap untuk diamankan.

Terkait dugaan pesawat tersebut milik BPPT, dia mengatakan hal itu terkait laporan dari Direktur Pusat Teknologi Industri Pertahanan dan Keamanan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Dr. Ir. Samudro, M.Eng., pada hari Minggu (27/4), pukul 19.30 WIB.

"Pelapor yang beralamat di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek) Serpong, Tangerang, Banten, melaporkan peristiwa berupa kecelakaan udara yang terjadi pada hari Minggu (27/4), sekitar pukul 14.56 WIB," katanya.

Menurut dia, peristiwa tersebut bermula dari uji pesawat latih tanpa awak Wulung PA 9 yang dilakukan BPPT bersama Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan di Bandar Udara Nusawiru, Cijulang, Pangandaran, Jawa Barat.

Dalam hal ini, kata dia, pesawat tersebut melakukan uji terbang arah 125 derajat menuju arah 148 derajat pada pukul 17.15 WIB.

Akan tetapi ketika hendak kembali ke arah semula di Bandara Nusawiru, lanjut dia, pesawat mengalami gangguan dan jatuh di koordinat 108,44 derajat bujur timur dan 7,56 derajat lintang selatan.

"Kemudian pelapor melaporkan kejadian tersebut ke Satpol Air Polres Ciamis untuk permintaan bantuan SAR(Search and Rescue). Hingga akhirnya, serpihan pesawat tanpa awak itu ditemukan di perairan Nusakambangan oleh nelayan dan saat ini telah diamankan di Satpol Air Polres Cilacap," katanya. 




Sumber : Antara

Wamenhan Sampaikan Update Modernisasi Alutsista TNI


Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin menyampaikan “Update” modernisasi Alutsista TNI yang dilaksanakan dalam rangka membangun kekuatan TNI, kepada Pimpinan Redaksi Media, Selasa (29/4) di Kantor Kemhan, Jakarta.

Wamenhan yang juga selaku Ketua High Level Committee (HLC) mengatakan pembahasan update kali ini merupakan yang ketiga dari gelombang terakhir perkembangan modernisasi alutsista tahun 2010-2014 sebelum masuk kepada tahap terakhir menghadapi HUT TNI pada tanggal 5 Oktober yang akan datang.
 

Pada tahun 2014 ini juga merupakan tahun kedatangan dari pada Alutsista untuk menuju kepada tahap akhir dari modernisasi Alutsista tahun 2010-2014 yang dilaksanakan oleh Kabinet Indonesia Bersatu ke 2 sabagai bagian dari Renstra jangka panjang sampai tahun 2029. “Yang ingin saya sampaikan disini kepada bapak-bapak sekalian adalah untuk mengetahui alutsista yang kita pesan ini sudah sampai dimana, dan bagaimana perkembangannya hingga saat-saat terkahir ini,” kata Sjafrie sjamsoeddin.
 

Pada kesempatan itu Wamenhan menyampaikan sejumlah Alutsista yang didatangkan dari luar negeri. Beberapa alutsista untuk TNI AD antara lain seperti kendaraan taktis (Rantis) 4x4, 2,5 ton yang akan masuk seluruhnya pada tahun 2014. Kemudian alutsista jenis Meriam Artilery Medan (Armed) 155 mm atau Howitzer (caesar) sebanyak 37 unit yang sudah bisa dioperasionalkan oleh 2 orang Kowan TNI, sehingga efisien bagi penggunaannya. Selain itu Howitzer ini merupakan meriam teknologi digital, dengan transmisi otomatis, serta power steering.
 

Pada bulan Juni tahun ini Alutsista Roket Sistem Multi Laras buatan Brazil sebanyak 38 unit dengan harganya 404 Juta US Dollar sudah bisa dikirim. Meriam dengan jarak ratusan Kilometer tersebut sudah di ui coba di Brazil. Disamping itu nantinya akan masuk dan bisa hadir pada 5 Oktober 2014 berupa peluru kendali rudal untuk Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) sebanyak 111 Unit.  Untuk Alutsista TNI AD lainnya yakni berupa Main Battle Tank (MBT) Leopard siap dikirim beserta tank pendukung.
 

Khusus modernisasi alutsista TNI AL, Wamenhan mengatakan masih memerlukan waktu  untuk penyelesaian beberapa masalah administrasi. Salah satunya yang ada pada alutsista Heli Anti Kapal Selam (AKS), heli ini belum bisa didatangkan ditahun ini karena masih memerlukan klarifikasi tekhnis yang perlu diclear-kan dari penggunanya untuk diajukan kepada Kementerian Pertahanan. Sedangkan Tank Amphibi sebanyak 37 unit sudah hadir dan bisa dilihat sebelumnya di Surabaya.
 

Untuk TNI AU, terdapat beberapa perlatan militer yang didatangkan dari Luar negeri seperti Pesawat tempur T-50i yang sudah datang semuanya sebanyak 16 unit yang kemudian dilengkapi oleh pesawat tempur Sukhoi yang juga sudah lengkap sebelumnya. Untuk Pesawat Combat SAR EC -75 sebanyak 6 Unit dan CN-295 sebanyak 9 Unit akan masuk tahun ini. Berhubung pesawat ini merupakan Joint Production antara PT. DI dan Airbus Militarymaka akan memberikan kontribusi pada industri pertahanan dalam negeri.  Apabila 9 unit itu sudah selesai dikirim maka nanti sepenuhnya PT. DI bertugas membangun 7 unit lagi dalam mengisi satu skadron 16 unit yang akan dikerjakan pada renstra mendatang.
 

Sementara itu rangkaian kesiapan alutsista yang diproduksi industri pertahanan dalam negeri, Wamenhan memaparkan terdapat jumlah tambahan dari Panser Anoa sebanyak 24 unit sebagai bagian dari 250 unit yang sudah dibuat PT Pindad dari tahun 2007. Selain itu terdapat pelaksanaan Retrofit Tank Ringan AMX-13 sebanyak 13 unit. Terkait Retrofit Tank AMX 13 ini Wamenhan mengatakan TNI sudah punya Tank ringan AMX -13 sebanyak kurang lebih 400 unit tetapi sudah tidak layak lagi sehingga harus diretrofit. Jika industry pertahanan dalam negeri bisa meretrofit Tank AMX 13 sejumlah 400 unit maka bisa menjadi potensi untuk memasarkannya ke negara-negara yang memerlukan.
 

Untuk TNI AL, Kapal Angkut Tank ada 3 unit yang bisa mengangkut tank ringan dan tank berat. Untuk 1 kapal ini kira-kira bisa mengangkut 10 tank ke pulau-pulau yang memerlukan Deploy dari tank itu sendiri. Sedangkan alutsista untuk mendukung TNI AU, PT DI sudah menambah lagi Helikopter NAS dan pesawat CN 235 Patroli Maritime Aircraft (PMA) yang digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan Patroli Maritim.
 

Mengenai alutsista yang lainnya Wamenhan mengungkapkan telah dipesan Heli Apache 8 unit dari Amerika Serikat, diharapkan akan didatangkan 2 unit pertama pada saat 5 Oktober dan sekaligus latihan bersama AD Amerika Serikat.
 

Selain itu TNI AU mendatangkan pesawat F-16 sebanyak 24 unit hasil hibah dari Amerika Serikat, yang telah diupgrade menjadi setara dengan block 52. Pesawat ini akan datang secara bertahap mulai pada bulan Juni 2014.
 

Pemerintah juga membeli pesawat Hercules C-130 dari Australia sebanyak 5 unit dengan harga 906 Milyar rupiah. Direncanakan pada bulan Mei 2014 sudah melaksanakan kontrak pengadaannya. Pesawat Hercules ini dibeli dalam keadaan Serviceable, dan sudah mulai berdatangan satu persatu. Disamping itu terdapat program Hibah dari pemerintah Australia sebanyak 4 unit. Dengan adanya tambahan pesawat 9 unit hasil dari penagdaan dan hibah dari Australia, maka TNI AU sudah memiliki 32 pesawat Hercules untuk memperkuat skadron angkut.




Sumber : DMC

KMC Komando Menyaingi Produk Eropa

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Budiman menyebutkan, pihaknya menggelontorkan dana sekitar Rp 12 miliar untuk riset dan membangun Kapal Motor Cepat (KCM) Komando. 
 

Menurutnya, dengan kapal sejenis yang dijual Finlandia harganya mencapai dua kali lipat atau Rp 24 miliar. 
 

"Biayanya Rp12 miliar dari mulai riset hingga pemasangan senjatannya," kata Budiman dalam peluncuran KMC Komando, di Pantai ABC Ancol, Jakarta Utara, Selasa (29/4/2014). 
 

Budiman menjelaskan, dengan spesifikasi yang sama dirinya mengklaim kapal buatan TNI AD mampu meyaingi negara di Eropa tersebut.

Menurutnya, saat ini TNI AD sedang menggarap 10 unit KMC Komando. Dua unit hasil pesanan 2013 telah selesai dan diuji coba tadi pagi. Sementara itu, delapan unit akan hadir pada tahun ini. 
 

"Mudah-mudahan Juni selesai," ujarnya. 
 

Budiman pun mengaku puas dengan performa yang ditunjukan oleh KMC Komando pada uji coba tadi pagi. 
 

"Hasilnya sangat memuaskan. Kecepatan tinggi bisa tepat sasaran. Hasilnya sangat bagus," katanya. 
 

Diketahui hari ini TNI AD melakukan uji coba peluncuran KCM. Selain mampu bermanuver dengan lihai di atas air, alat utama sistem senjatanya (alutsista) mampu menembakan peluru dengan akurasi yang tinggi walau sedang dalam kecepatan maksimal.



Sumber : Tribunnews

Lockheed Martin Wins Sensor Contract For Indonesian Apaches

Lockheed Martin has secured an USD80 million contract to supply fire-control sensors to be fitted to Boeing AH-64E Apache attack helicopters ordered by Indonesia in 2013.
 

A US Department of Defense notice on 29 April said Lockheed Martin had been contracted to supply Indonesia with eight Lot 9 Modernized Target Acquisition Designations/Sight Pilot Night Vision Sensors (M-TADS/PNVS), as well as spares.
 

The contract progresses as a Foreign Military Sale (FMS), with deliveries estimated to be complete by 2018.
 

Washington confirmed in August 2013 that it had agreed to sell eight Apache helicopters to Indonesia. The FMS deal is costed at USD500 million.




Source : Jane's

SBY Senang Indonesia Bangun Kekuatan Pertahanan

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengungkapkan kebanggaannya atas keberhasilan Indonesia membangun kekuatan pertahanan, selama periode 2010-2014.

SBY menyebutkan, periode itu adalah era pembangunan sistem pertahanan secara besar-besaran di negeri ini, sejak merdeka pada 1945.
 

"Pertahanan negara itu penting. TNI terus kita bangun, peningkatan anggaran spektakuler hampir mencapai 400 persen. Itu patut kita syukuri," kata SBY saat berpidato pada pembukaan Musrenbangnas 2014 di Gedung Bidakara, Jakarta, Rabu (30/4).
 

Dia menyebutkan, pada 2004, anggaran untuk TNI sekitar Rp 21,4 triliun. Kini seiring meningkatnya perekonomian nasional, alokasi dana untuk TNI mencapai Rp 84,4 triliun.
 

Peningkatan itu mendorong Indonesia membeli alat utama sistem senjata (alutsista), di antaranya, pesawat tempur, helikopter, pesawat angkut, rudal pertahanan, kendaraan tempur taktis, kendaraan berlapis baja, dan kapal cepat.
 

"Ini sangat membanggakan. Kita juga mendorong industri pertahanan kita untuk makin maju dan bisa bersaing dengan negara lain," kata dia.
 

Selain itu, Indonesia juga aktif berkontribusi dalam perdamaian dunia.
 

Saat ini Indonesia berada di peringkat 17 dan berpeluang menembus angka 10 besar dunia. "Kita juga telah mengirim pasukan pemelihara perdamaian di bawah PBB sebanyak 1815 personel. Ini adalah prestasi yang membanggakan," kata SBY. 




Sumber : BeritaSatu

Modernisasi Alutsista Indonesia Belum Capai 50% MEF

Kendati modernisasi berupa pengadaan, dan peremajaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI telah berjalan, namun, pertahanan Indonesia belum mencapai 50% kekuatan pertahanan minimum (minimum essensial force/MEF). Alasan utamanya disebabkan minimnya anggaran pertahanan yang alokasinya belum mencapai 2% dari produk domestik bruto (PDB).

Hal itu diungkapkan Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin selaku, Ketua High Level Committee (HLC) dalam acara pemaparan Perkembangan Modernisasi Alutsista TNI kepada Pemimpin 

Redaksi Media Massa, di Gedung Jenderal TNI M Yusuf, Jakarta, Selasa (29/4) malam.
 

“Belum. Tetapi sudah memenuhi sekitar 40% kekuatan minimum. Karena anggaran belum optimal maka kita mengambil yang paling fokus dulu pada alutsista bergerak. Fokusnya kita sudah dapat dan memang anggarannya tinggi sekali,” katanya.
 

Alutsista bergerak yang dimaksud adalah kendaraan tempur, kendaraan taktis, pesawat tempur, pesawat angkut, penangkis serangan udara, termasuk kapal selam. Dengan begitu, kendati belum optimal, pertahanan Indonesia sudah mengalami perbaikan. Sebab alutsista yang ada sekarang ini sudah mampu mengimbangi kekuatan regional.
 

“Kita sudah sukses dalam transfer teknologi, secara keseluruhan persenjataan kita sudah kuasai, teknologi sedang dalam proses, termasuk pembuatan pesawat,” ujarnya.
 

Adapun alutsista yang diadakan sebagaimana rencana strategis (Renstra) tahun 2010-2014 baik untuk darat, udara, dan laut, beberapa di antaranya yang dibeli dari luar negeri adalah 16 pesawat tempur Sukhoi dari Rusia, 180 tank kelas berat Leopard dan Marder dari Jerman, 37 unit meriam 155 MM Howitzer dari Prancis, 38 unit Rudal MLRS dari Brasil, 3 unit kapal selam dari Korsel, dan 8 unit helikopter serang Apache dari Amerika Serikat.
 

Beberapa alutsista yang ditargetkan bakal rampung sehari sebelum hari TNI yang jatuh pada 5 Oktober yang diproduksi di dalam negeri antara lain kapal angkut Leopard, 23 unit tank retrofit AMX-13 , 3 unit pesawat CN-235 MPA, dan 5 panser BTR-4.
 

Menurutnya, untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara maju maka memerlukan komponen-komponen pendukung seperti politik bermartabat, ekonomi yang dapat memenuhi kebutuhan dasar, dan kemampuan pertahanan yang bisa melindungi kedaulatan nasional. Artinya, kekuatan ekonomi perlu diimbangi dengan kekuatan pertahanan.
 

Dirinya berharap, pemerintah selanjutnya dapat melanjutkan Renstra 2015-2019 agar program pertahanan terus berjalan mengingat teknologi militer sifatnya dinamis. Tantangan yang bakal dihadapi ke depan adalah pembangunan infrastruktur pertahanan dalam negeri yang sejauh ini belum memadai.
 

Dengan demikian, untuk mencapai target pertahanan yang maksimal memerlukan kebijakan politik yang tepat serta kemampuan keuangan yang memadai.
 

“Kita ingin menjadi negara yang ekonominya maju tetapi kita tidak mau kalau teknologi militer kita maju padahal, suatu negara yang kuat harus memiliki komponen-komponen pendukung yaitu, politik yang bermartabat, ekonominya memenuhi kebutuhan dasar, dan kemampuan pertahanan yang bisa melindungi wilayah nasionalnya,” ujarnya.
 

Menurutnya, untuk sekarang ini, kekuatan pertahanan Indonesia sudah setara dengan negara-negara di Eropa. Ukurannya adalah varian teknologi alutsista yang dimiliki Indonesia dapat mengimbangi alutsita negara-negara Eropa.
 

“Untuk mengukur alutsista adalah varian teknologi. Memang bisa saja kita memiliki banyak senjata tetapi kalau teknologinya lama, ya percuma. Varian teknologi kita sudah sama dengan negara di Eropa, apakah itu alutsista laut, udara, dan darat kita setara,” katanya. 



Sumber : BeritaSatu

Elang Khatulistiwa Latihan Air Refueling

Lanud Supadio sabagai salah satu pengawal dirgantara yang berhome base di Bumi Khatulistiwa melaksanakan latian Air Refueling, (29/04) guna meningkatka kemampuan satuan. Latihan ini merupakan akumulasi dari latihan tingkat perorangan, tingkat satuan yang berguna menguji kesiapsiagaan satuan sekaligus menguji doktrin operasi udara dalam menanggulangi kontijensi.  Oleh sebab itu latihan ini dilaksanakan dengan sungguh – sungguh sesuai dengan protap yang ada.

Salah satu kekuatan udara yang dimiliki TNI Angkatan Udara adalah Skadron Udara 1 Elang Khatulistiwa, untuk itu latihan ini juga bermanfaat sebagai sarana meningkatkan dan mengasah ketrampilan para penerbang Skadron Udara 1 dengan pesawat Hawk 100/200.

Menurut Danlanud Supadio Kolonel Pnb Ir. Tedi Rizalihadi, Latihan Air Refueling ini merupakan latihan yang sangat penting sekali untuk meningkatkan profesional dan skill bagi seorang penerbang pesawat tempur. Latihan ini diperlukan apabila seorang penerbang sedang melaksanakan pertempuran di udara atau akan menyerang ke sasaran musuh yang letaknya cukup jauh dari home base. Dan apabila pesawat tempur tersebut memerlukan pengisian fuel (bahan bakar) maka tidak perlu pulang ke home basenya namun dapat mengisi bahan bakar di udara (air refueling).

Disisi lain, lanjutnya dengan adanya pengisian bahan bakar di udara juga dapat menghemat waktu sehingga  penyerangan ke daerah musuh dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.   Namun demikian untuk melaksanakan latihan air refueling ini tidaklah mudah karena dibutuhkan ketepatan, ketelitian, kecakapan seorang penerbang dan tentunya mempunyai jam terbang yang memadai.




Sumber : TNI AU

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Web Hosting Coupons