Total Pageviews

Thursday, February 5, 2015

Indonesia Bakal Bahas 10 Perbatasan Maritim dengan Tetangga

Indonesia Bakal Bahas 10 Perbatasan Maritim dengan TetanggaPemerintah Indonesia berencana membahas perjanjian perbatasan mulai pekan depan. Indonesia berencana membahas 10 perbatasan maritim dengan negara tetangga.

"Ada 10 perbatasan laut yang akan segera dibahas," kata Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Darmansjah Djumala, pada Kamis (5/2/2015), di Jakarta.

Menurutnya,  negosiasi perjanjian perbatasan maritim menajdi fokus utama Indonesia. Namun, dia menolak merinci negara tetangga mana saja yang akan terlibat dalam pembahasan perjanjian 10 perbatasan maritim itu. Hanya saja, Indonesia selama ini kerap bersitegang soal perbatasan maritim dengan Malaysia.

Sebelumnya, Menteri Koordinasi Kemaritiman Indonesia...... menyatakan dalam lima tahun ke depan, semua permasalahan perbatasan akan selesai. Saat ini, pihaknya sudah mengumpulkan data terkait perbatasan Indonesia dengan negara-negara tetangga yang masih bermasalah. Untuk urusan negosiasi pebatasan,dia memasrahkan kepada Kemlu.




Sumber: Sindo

Wednesday, February 4, 2015

Detik-Detik Memilih Jet Tempur

Pertarungan memperebutkan pasar jet tempur yang dibuka Indonesia semakin seru saja terutama sejak Amerika Serikat mengambil sikap serius untuk ikut meramaikan pasar alutsista jet tempur dengan satu pembeli, Indonesia. Sejak lama digadang-gadang bahwa jet tempur Sukhoi SU35 menjadi pilihan utama karena memiliki nilai debar dan getar yang membahana.  Disamping itu untuk lebih memperkuat satuan alutsista Sukhoi yang sudah dimiliki Indonesia yaitu dari jenis SU27 dan SU30.
Pilihan terhadap Sukhoi SU35 dianggap memadai sebagai jawaban atas kedatangan jet tempur siluman F35 di Singapura dan Australia dalam waktu dekat.  Memilih SU35 adalah dalam upaya menuju kesetaraan teknologi tempur udara.  Menjaga wilayah udara RI yang luas, memang perlu jet tempur kelas berat, berteknologi tinggi dengan daya jelajah ribuan kilometer. Jika kita memilih dengan kebeningan nurani, tidak ada pembisik dan kecerdasan cara pandang maka sudah tentu Sukhoi SU35 memang pantas mengisi ruang udara negeri ini.
Manuver Sukhoi SU35
Pesaing Rusia yang perlu diawasi ketat oleh sales dan marketer Sukhoi adalah AS yang menawarkan jet tempur F16 blok 60.  Marketing F16 tentu sangat lihai memainkan kartu tawar dan boleh jadi bisa menyalip di tikungan akhir grand prix jet tempur.  Kita sudah akrab dengan jet tempur F16 sejak era akhir tahun delapan puluhan. Sakit hatinya kita terhadap alutsista AS dan sekutunya adalah pil pahit embargo satu dekade yang lalu.  Mestinya kita harus mengambil pengalaman itu sebagai bagian dari analisis kurang lebih yang menjadi tolok ukur penawaran dan keputusan membeli.
Sesungguhnya teknologi Sukhoi adalah “mata rantai” yang terputus yang tidak bisa masuk dalam bingkai pantauan dan remote barat.  Contoh dekatnya ketika kita diundang untuk membawa Sukhoi ke Pitch Black di Australia beberapa tahun lalu, pesta penyambutan khusus untuk tamu yang bernama Sukhoi sangat luar biasa, diikuti “rekam jejaknya” sejak masuk perairan Darwin.  Mereka haus dengan informasi dan postur Sukhoi.  Segala manuver diamati ketat termasuk dalam seri-seri latihan tempur di even yang diikuti AS dan Singapura itu.  Jangan lupa mesti sifatnya latihan sesungguhnya shohibul bait sedang mengintip ketangguhan sekaligus kelemahan pesawat tempur Sukhoi untuk kemudian disimpan dalam bank data militer Australia.
Makanya mata rantai yang terputus itu justru menjadi kelebihan jika kita memilih Sukhoi. Paling tidak membuat rasa penasaran dan menebak-nebak kehebatan dan kelemahan teknologi Sukhoi terkini, sudah menjadi beban pikiran ahli strategi militer negara sekutu. Sebaliknya jika kita memilih F16 atau teknologi barat jelas “rekam jejaknya” bahkan remotenya sudah tersimpan di bank data militer AS.  Kita perlu menambah kuantitas dan kualitas jet tempur Sukhoi, kalau hanya berharap dari 1 skuadron yang dimiliki saat ini jelas masih kurang.
3 F16 blok 52 Id dari pesanan 24 jet tempur
Tetapi sesungguhnya kita  bukan hanya sedang berupaya mengganti jet tempur F-5 Tiger.  Dalam MEF 2 ini sesungguhnya kita masih perlu penambahan minimal 2 skuadron tempur diluar penggantian itu.  Maka kalau melihat dari urutan kebutuhan skuadron tempur itu ada peluang untuk mengisi 3 skuadron.  Oleh sebab itu jika memang ingin penyederhanaan “merek”  alutsista ambil saja kedua-duanya, Sukhoi SU35 dan F16 blok 60.  Sehingga nantinya kombinasi akhir kompetisi MEF2 kekuatan TNI AU dengan  2 skuadron Sukhoi family dan 4 skuadron F16 beserta skuadron tempur lainnya.
Rusia adalah sahabat kita, sementara AS juga demikian meski lebih suka mendikte. Tapi kalau mau jujur sesungguhnya AS banyak membantu kita terutama dalam bidang kemanusiaan dan bencana alam.  Kalau kita ingin bermain cantik maka gaulilah keduanya dengan cerdas sementara dengan Cina mulailah pasang kuda-kuda secara militer meski secara diplomasi tetap harus pasang muka senyum.  Arogansi militer Cina di Laut Cina Selatan semakin hari semakin membuat kita antipati dan sekaligus waspada.  Meski saat ini kita netral tapi bisa saja demi solidaritas ASEAN kita harus memilih kawan yang sebenarnya.
Dalam rangka berhadapan dengan Cina itulah kita harus memperkuat AL dan AU kita.  Pilihan terhadap Sukhoi dan F16 adalah penggambaran sikap tidak harus setia pada satu hati  tetapi juga dalam rangka penyederhanaan jenis pesawat.  Itu sebabnya kita tidak memasukkan Gripen dan Typhoon dalam analisis  ini karena penyederhanaan merek dan pengalaman memakai 2 jet tempur Sukhoi dan F16 tentu menjadi nilai tambah keduanya.  Tetapi sekali lagi bisa saja Gripen dan Typhoon yang memenangi pertarungan ini di putaran akhir. Semua tergantung siapa yang membawanya, siapa yang dibelakangnya, siapa negara dibelakangnya, dan siapa yang mampu meyakinkan.  Dan yang diyakinkan yakin seyakin-yakinnya bukan yakin karena ada yang mau diyakinkan.
 
 
Sumber: Analisis

Uji Dinamis Bom Pada Pesawat T-50i Golden Eagle

Pemasangan Bom BDU-33, Launcher 68 dan Launcher 131 pada pesawat tempur T-50i Golden Eagle di Shelter Skadron Udara 15 (photo : TNI AU)

Tiga pesawat tempur T-50i Golden Eagle dari Skadron Udara 15, melaksanakan uji coba bom buatan Dislitbangau, di Lanud Iswahjudi dengan sasaran Air Weapon Range (AWR), Pulung, Ponorogo, Jawa Timur, Senin (2/2/15).

Dalam Uji coba bom yang dipimpin oleh Komandan Skadron Udara 15 Letkol Pnb Marda Sarjono, ketiga pesawat tersebut menguji Bom BDU-33, Launcher 68 dan Launcher 131, dengan tujuan untuk mengetahui daya ledak bom serta ketepatan sasaran. selain itu juga merupakan ajang uji kemampuan bagi para penerbang tempur dalam ketepatan menembak Air to Ground atau menghancurkan sasaran sekaligus untuk meningkatkan kemampuan tempur yang handal dan profesional.

Uji coba disaksikan langsung oleh Komandan Lanud Iswahjudi Marsma TNI Donny Ermawan T. M.D.S., didampingi Direktur Enginering Koharmatau Kolonel Lek Dento Priyono, tim Dislitbangau, Para Pejabat dari Mabesau dan Lanud Iswahjudi, mulai dari pemasangan bom di wing pesawat T-50i Golden Eagle hingga pelaksanaan pengebomam di AWR Pulung, Ponorogo.

Komandan Lanud Iswahjudi, Marsma TNI Donny Ermawan T., M.D.S berharap pelaksanaan uji coba bom BDU-33, Launcher 68 dan Launcher 131 pada pesawat T-50i Golden Eagle ini dapat berjalan lancar, aman, selamat dan mendapatkan hasil yang memuaskan, sehingga dapat memperoleh sertifikat kelaikan dari Dislambangjaau, maka kemandirian di bidang Alutsista akan terwujud, sehingga pesawat tempur TNI AU khususnya T-50i Golden Eagle memiliki Bom sendiri tanpa tergantung dari luar negeri.

Sumber: TNI AU

Sunday, February 1, 2015

Aparat TNI AD gagalkan penyelundupan 40 ton bawang dari Malaysia

Aparat TNI AD gagalkan penyelundupan 40 ton bawang dari MalaysiaKodim 0203 Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, menggagalkan penyelundupan 40 ton bawang merah peking asal Malaysia. Bawang merah itu diselundupkan tanpa

"Kita sita 40 ton bawang merah selundupan," kata Komandan Kodim 0203 Kabupaten Langkat Letkol Inf Agusman Heri SIP, di Binjai, Minggu (1/2). Demikian dikutip antara.

Pengungkapan itu bermula dari informasi tentang adanya kapal yang akan merapat di alur sungai Halaban Jalan Medan-Aceh, Desa Halaban Blok, Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat.

Selanjutnya, unit intel, staf intel dan Koramil jajaran Kodim 0203 Langkat diterjunkan untuk menangkap sebuah kapal barang KM Jasa Perdana. Diketahui kapal itu milik Hasbi Affan (43), warga jalan Banda Aceh-Medan Idi Kabupaten Aceh Timur.

"Semula, kapal itu diduga membawa narkoba dari Penang Malaysia, namun setelah dilakukan penggeledahan maka ditemukanlah 40 ton bawang merah peking yang dibawa KM Jasa perdana," katanya.

Untuk sementara pemilik kapal dan bawang bukti dan para sopir diamankan di Koramil 14/Besitang dan selanjutnya dibawa ke Kodim untuk pemeriksaan lebih lanjut.

"Bila nanti sudah selesai kita periksa akan kita serahkan ke aparat kepolisian guna proses lanjutan," katanya.

Informasi dari sumber lain menyatakan 40 ton bawang merah itu disita bersama kopi instan asal Malaysia sebanyak 52 kotak dan kawat pagar berduri sebanyak 30 rol.


Sumber: Merdeka

Turki Antusias Kembangkan Tank Medium dengan Indonesia

Tank Altay Turki 
Pemerintah Turki merasa sangat antusias lakukan kerjasama di bidang industri pertahanan khususnya pengembangan dan produksi bersama tank medium dengan pemerintah Indonesia. Kerjasama pembuatan tank medium tersebut sebagai tindak lanjut dari bentuk komitmen pimpinan negara untuk meningkatkan hubungan kedua negara yang dinyatakan dalam Deklarasi Strategic Partnership oleh presiden kedua negara pada tahun 2010 yang lalu.

Apresiasi antusiasme pemerintah Turki tersebut disampaikan Wardana selaku Duta Besar RI di Ankara, Turki, kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan RI, Letjen TNI Ediwan Prabowo, Rabu, 28 Januari 2015, saat berkunjung ke kantor Kemhan, Jakarta. Wardana mengatakan dirinya juga telah bertemu dengan pejabat Undersecretary For Defence Industry of SSM Turki dan pimpinan perusahaan dari industri pertahanan FNSS Turki. Menurut Wardana, pihak Turki menyatakan semangatnya untuk bisa bekerjasama yang dilandasi dengan ikatan emosional dengan pemerintah Indonesia.

Wardana mengatakan industri pertahanan Turki memiliki teknologi cukup maju sesuai dengan standar NATO. Disamping itu pihak Turki juga lebih terbuka dan menerima dalam konteks kerjasama pemindahan teknologi (transfer of technology) dengan Indonesia. Hal tersebut merupakan suatu potensi dan peluang bagi Indonesia. Disampaikan juga oleh Wardana, untuk merealisasikan kerjasama industri pertahanan, delegasi Turki yang terdiri dari pemerintah dan CEO industri pertahanan FNSS direncanakan datang ke Indonesia pada tanggal 3 Februari 2015. Maksud kedatangan delegasi Turki ini selain membicarakan kelanjutan dari proyek pembangunan tank medium, juga membahas potensi-potensi kerjasama industri pertahanan lainnya.

Sementara itu Sekjen Kemhan dalam pertemuan tersebut mengatakan, dari perspektif pertahanan, Turki juga merupakan mitra yang sangat strategis yang mana sejauh ini sudah semakin terpupuk hubungan batin. Jadi memang ada harapan kerjasama ini bisa saling menguntungkan kedua belah pihak. Sekjen mengakui Indonesia belajar banyak dengan Turki tentang kemajuan teknologi dan penyiapan sektor SDM yang mendukung.

Sekjen juga mengatakan bahwa saat ini kerjasama industri pertahanan yang telah dilaksanakan dengan pihak Turki adalah pengadaan alat komunikasi yang diproduksi bersama PT LEN dengan industri Aselsan Turki.  `

Mengenai kerjasama yang lain adalah pengembangan dan produksi bersama tank jenis medium antara Indonesia dengan Turki yang melibatkan Industri FNSS Turki dan PT Pindad. Kerjasama ini telah dimulai pada 29 Juni 2010 setelah kementerian pertahanan kedua negara menandatangani persetujuan kerjasama industri pertahanan (defence industry cooperation) di Ankara, Turki.

Sementara itu Sekjen juga menuturkan, sesuai dengan arahan dari menteri pertahanan bahwa kerjasama ataupun pengadaan dibidang pertahanan saat ini harus realistis, terutama yang bisa mengatasi ancaman yang ada. Untuk itu Kemhan sedang mengembangkan suatu kerjasama pertahanan dengan negara lain yang bersifat multi-purpose.

Artinya kerjasama yang dilakukan bukan hanya untuk kepentingan militer melainkan dapat juga digunakan untuk kepentingan bantuan kemanusiaan, seperti penanganan bencana dan operasi kemanusiaan lainnya. Disebutkan Sekjen salah satu contoh adanya pengadaan tank yang bisa digunakan sebagai jembatan untuk keperluan militer ataupun bantuan kemanusiaan. Jenis tank ini sudah diproduksi Turki dengan bekerjasama dengan pihak Korea Selatan.



Sumber: Artileri

Pindad Targetkan Porsi Ekspor Capai 25%

Komodo - kendaraan 4x4 produksi Pindad (photo : Defense Studies)

BANDUNG - PT Pindad menargetkan peningkatan jumlah ekspor produknya sebesar 25 persen dalam lima tahun mendatang. Target utama BUMN ini tetap memasok kebutuhan alutsista dalam negeri yang dipesan oleh Departeman Pertahanan RI untuk persenjataan TNI dan Polri.

"Saat ini ekspor produk baru lima persen, namun dalam lima tahun ke depan kami targetkan bisa mencapai 20-25 persen," kata Dirut PT Pindad Silmy Karim di Bandung, Kamis (29/1) saat menerima kunjungan Danjen Kopassus Mayjen TNI Doni Monardo di Bandung.

Dengan peluang pasar ekspor yang cukup besar dalam beberapa tahun ke depan serta kian diperhitungkannya produk Pindad, Silmy optimistis bisa meningkatkan ekspor.

Ekspor produk saat ini, kata dia, adalah amunisi yang diproduksi di Turen, serta persenjataan seperti senjata genggam maupun laras panjang SS dan beberapa jenis lainnya.

Untuk merealisasikan proyeksi itu, pihaknya melakukan beberapa langkah dan upaya, antara lain menjalin kerja sama dengan industri pertahanan terkemuka. Kerja sama itu dalam hal pemenuhan pemesanan 120 juta butir peluru selama 5 tahun.

Selain itu menjalin kerja sama strategis dengan industri sejenis lainnya. Bentuknya, pemenuhan kebutuhan kendaraan taktis.

"Salah satunya dalam pengembangan kendaraan taktis 4x4, dimana Pindad akan memproduksi untuk pesanan ke luar negeri," katanya.

Kepercayaan terhadap produk Pindad juga, kata Silmy Karim, juga dari pasukan perdamaian PBB yang memesan 44 unit kendaraan taktis produk PT Pindad, yaitu Anoa.

"Pasukan PBB menggunakan 44 unit Anoa untuk menjalankan misi perdamaiannya di Afrika," katanya.

Upaya-upaya kerja sama itu, terangnya, sebagai jawaban tantangan sekaligus tindak lanjut UU 16/2012 tentang Industri Pertahanan Nasional yang berdaya saing tinggi.

"Pindad berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas produksi. Peningkatan itu tidak hanya kuantitas tetapi juga kualitas," kata Dirut Pindad menambahkan. 

(Investor Daily)

Menristek: Thailand Sudah Pesan Pesawat N219 Buatan Indonesia

Pesawat N219 buatan PT DI, sudah dipesan Thailand dan diminati Filipina (image : PT DI)

SEMARANG, KOMPAS.com — Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi M Nasir mengatakan bahwa Thailand sudah memesan pesawat N219 yang risetnya tengah dikembangkan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).

"Riset N219 ini tengah dibuat, dilakukan. Harapannya, pada pertengahan tahun ini sudah bisa digelindingkan keluar hanggar, sudah bentuk bodi pesawat," katanya di Semarang, Jumat (30/1/2015) malam.

Meski pesawat N219 masih dalam proses riset, dia mengatakan, sudah ada negara lain yang memesan pesawat penumpang berukuran kecil itu, yakni Thailand. Selain itu, ada juga negara lain yang menyatakan tertarik.

"Sudah ada pemesanan N219 dari Thailand. Yang sudah melihat-lihat Filipina. Namun, yang sudah jelas memesan adalah Thailand. Diharapkan, akhir 2015, sudah bisa terbang, teruji," tuturnya.

"Kalau semuanya sudah beres, termasuk sertifikasi pesawat, ditargetkan pada 2016 sudah bisa dilakukan produksi massal untuk pesawat N219. Pesawat ini memiliki berbagai kelebihan," katanya.

N-219 rancangan PT Dirgantara Indonesia berbasiskan CASA C-212/NC-212 Aviocar yang produksinya lebih dulu dilakukan di hanggar produksinya, di Bandung.

Dengan banderol harga 4 juta dollar AS, N219 bisa mengangkut 19 orang dengan beban maksimal lepas landas sekitar 7,5 ton dari bobot kosongnya sekitar 4,5 ton. N219 ditenagai dua mesin Pratt & Whitney PT6A-42 yang bisa membuatnya terbang hingga jarak tempuh ekonomis sekitar 1.100 kilometer pada kecepatan jelajah sekitar 400 kilometer per jam.

Walau dirancang untuk bisa beroperasi dengan perawatan pada kondisi di wilayah terpencil, N219 dilengkapi instrumen cukup canggih, di antaranya adalah head-up display memampangkan instrumen penerbangan digital.

Maklum, N219 didedikasikan bisa menggantikan DHC-6 Twin Otter buatan de Havilland, Kanada, yang dikenal di seluruh dunia sangat tangguh dan andal dalam operasionalisasinya di wilayah-wilayah terpencil dengan fasilitas sangat minim.

Ia menjelaskan, pesawat N219 memang didesain untuk transportasi udara antardaerah dan antarpulau dengan jarak yang tidak terlalu jauh dan kelebihannya tidak memerlukan landasan panjang.

"Panjang landasan yang dibutuhkan untuk pesawat ini hanya 550-600 meter. Jadi, memang tidak butuh landasan panjang. Biasanya, landasan sampai 1,4, 1,8, 2,4 dan 2,8 kilometer," katanya.

Menurut dia, potensi pemasaran pesawat ini cukup besar, terutama dari dalam negeri yang kebutuhannya mencapai 200 pesawat, tetapi tentunya kebutuhan itu tidak semuanya bisa tercukupi.

"Kapasitas produksi di pabriknya saja hanya 24 pesawat setahun. Kalau kebutuhannya 200 pesawat kan bisa sampai delapan tahun baru terpenuhi. Makanya, kami dorong pengembangan kapasitas produksi," kata Nasir.

(Kompas)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Web Hosting Coupons