Total Pageviews

Tuesday, June 9, 2015

Analisis: Tidak Hanya Laut Yang Berwarna Biru

Suksesi Panglima TNI sudah diambang pintu, sebagaimana yang pernah dijalankan pemerintahan sebelumnya maka mestinya giliran Angkatan Udara mendapat kesempatan untuk menjadi TNI-1. Namun statemen Menteri Tejo yang menyatakan tidak otomatis  Kepala Staf Angkatan Udara menjadi Panglima TNI pada akhirnya menimbulkan polemik berkepanjangan. Habis juga energi hanya untuk mencoba merubah tatanan yang sudah berjalan sebagaimana tatakrama, meski tak ada Undang-Undangnya

Harus bisa memilah antara visi dan figur.  Kalau visinya tentang poros maritim atau menjadikan laut bukan sebagai punggung tetapi sebagai dada, dan lalu kita membusungkan dada sembari mengucap ini lautku mana lautmu.  Tentu bukan berarti semuanya akan berwarna laut karena warna air laut biru itu juga karena warna langit biru. Jadi figur bisa dari matra apa saja dan ketika tiba giliran tentara langit untuk mendapat kesempatan, jalankanlah dengan biasa-biasa saja. Toh jenderal-jenderal bintang empat itu sudah tersaring dari serangkaian kompetisi gagah dan gigih baik uji visi, uji pikir, uji nyali, dan uji tempur.
Sukhoi Indonesia, kegaharan yang diniscayakan
Memang hak prerogatif Presiden untuk menentukan Panglima TNI tetapi Presiden tentu mendapat masukan dan “gosokan”.  Nah gosokan ini yang perlu diwaspadai karena bisa saja terkontaminasi dengan virus-virus kepentingan apalagi ke depan belanja alutsista kita akan menjadi yang paling gede di ASEAN.  Perlu juga diketahui bahwa Menkopolhukam kita itu kan mantan KSAL dan Menhan kita itu mantan KSAD, jadi kalau Panglima TNI kali ini dari Angkatan Udara, biasa aja tuh. Kok jadi repot mempermasalahkan sesuatu yang sudah berjalan bagus selama ini.

Konsep pertahanan yang dianut Republik ini tidak lagi berdasarkan “masuk dulu baru digebuk” tetapi mulai menerapkan kurikulum “berani masuk digebuk”.  Untuk menjalankan kurikulum baru itu tentu harus punya Angkatan Udara dan Angkatan Laut yang kuat.  Kenyataannya kekuatan udara dan laut kita belum sampai pada kekuatan “berani masuk digebuk” tapi baru sebatas kiasan “berani masuk dipelototin”. Angkatan udara yang memiliki kualifikasi pre emptive strike yang kita dambakan itu minimal harus punya 4 skuadron Sukhoi dan 6 Skuadron F16 edisi terkini dan atau yang sekelas dengannya. Harus punya pesawat intai strategis, harus punya pesawat pembom strategis. Angkatan Laut juga demikian, minimal harus punya 4-5 Destroyer, 15-20 Fregat, 30-40 Korvet, 10 kapal selam.  Itu kalau mau menjalankan kurikulum pre emptive strike yang sejati.

Panglima TNI dari tiga matra semuanya pantas dikedepankan untuk memimpin pasukan penjaga NKRI.  Nah ketika pergantian itu tiba pada giliran Angkatan Udara, jalankanlah mekanisme itu karena figur Kepala Staf dari matra manapun sanggup menjalankan visi kemaritiman yang sekarang menjadi lagu wajib tak terbantahkan. Meneruskan tradisi yang sudah baik dari pemerintahan sebelumnya tentu akan memberikan nilai pandang yang bagus bagi pemerintahan sekarang. Tidak ganti kepemimpinan ganti kebijakan apalagi ternyata kebijakan itu karena pamrih atau adanya gosokan untuk kepentingan lain yang Presiden sendiri tidak tahu.  Bukankah Presiden kita presiden yang polos.
KRI Bung Tomo 357 menembakkan rudal
Dukungan visi maritim dari sudut pandang militer tidak lain adalah mempunyai armada laut dengan kemampuan tempur jelajah dengan kapal perang sekelas fregat dan destroyer serta kapal selam herder.  Kekuatan armada tempur laut itu mutlak harus didukung kekuatan Angkatan Udara yang berkualitas.  Tidak mungkin armada laut dipayungi jet tempur Hawk,  harus sekelas Sukhoi atau F16 edisi terakhir atau F-18 Hornet.  Untuk mencapai kekuatan itu perlu waktu tetapi menetapkan figur untuk menjalankan cita-cita itu sangat elok melihat warna biru karena warna biru bukan hanya warna air laut, gunung juga dari jauh berwarna biru, apalagi langit cerah pasti berwarna biru. Jangan pula mengklaim warna biru dari partai saya dan itu sama dengan warna laut yang menjadi idola saya.

Tentara kita tidak boleh dicampuri dengan kepentingan politik. Yang jelas kemampuan tempur militer negara ini harus dibenahi, dibaguskan dan digaharkan. Tantangan teritorial ke depan tidak bisa hanya diplototin lalu kirim nota diplomatik. Kita harus punya militer yang kuat menjalankan kurikulum berani masuk digebuk.  Tidak lagi ada kalimat nanti dulu untuk memperkuat militer kita. Bahkan melihat kondisi dinamis di kawasan ini percepatan pembangunan kekuatan itu menjadi syarat utama.  Kalau hanya Hawk yang ditugaskan menjaga Natuna atau KCR 40 dan KCR 60, negeri Utara kita itu pasti bilang “gak nendang tuh”.


Siapapun yang memimpin TNI dia adalah orang terbaik dan ketika giliran Angkatan Udara yang harus memimpin, jalankan saja.  Figur Panglima TNI dari tiga angkatan itu sanggup menjalankan visi dan misi kemaritiman. Jangan sampai ketika menunggu antrian tiket begitu tiba di depan loket, tiketnya habis padahal di belakang loket sedang ada transaksi. Jangan sampai model kedengkian di loket karcis itu terjadi dalam menentukan pantas dan tidak pantasnya figur untuk menjalankan visi.  Ingat bukan hanya laut yang berwarna biru, gunung juga berwarna biru dan langit juga pemilik warna biru.



Sumber: Jagarin

Sunday, June 7, 2015

Marinir Thailand Sambut Baik Rencana Latihan Bersama

Kendaraan tempur LVT-7 Korps Marinir TNI AL (photo : Kaskus Militer)

Surabaya (ANTARA News) - Delegasi dari "Royal Thai Marines Corps" (Korps Marinir Thailand) menyambut baik rencana latihan bersama dengan Korps Marinir TNI AL.

Dinas Penerangan Korps Marinir dalam keterangan resmi yang diterima Antara di Surabaya, Sabtu, melaporkan delegasi Korps Marinir TNI AL yang tergabung dalam Latihan Sea Garuda 18AB-15 langsung melaksanakan rapat tentang rencana latihan bersama.

Dalam rapat bersama di Ruang Rapat RTMC Division Base Sattahip, Thailand (5/6) itu, delegasi Korps Marinir TNI AL yang dipimpin Letkol Mar Raja Erjan Girsang mengawali dengan pemutaran video profil RTMC dan latihan bersama RTMC dengan beberapa Negara.

Selain itu, delegasi Korps Marinir TNI AL yang berjumlah lima orang tersebut juga mendapatkan penjelasan dari Deputy Comanding General Of Marine Division RTMC Capt Chawalil Charlil tentang organisasi dan sejarah berdirinya RTMC.

Setelah penjelasan dari Deputy Comanding General Of Marine Division RTMC itu usai, acara dilanjutkan dengan pemutaran video profil Korps Marinir TNI AL yang dirangkai dengan penjelasan tentang organisasi Korps Marinir oleh Ketua Delegasi Letkol Mar Raja Erjan Girsang.

Perwakilan dari RTMC yang terdiri dari perwira Staff Operasi dan perwira tiap-tiap satuan tempur RTMC yang hadir pada kegiatan tersebut menaruh respek setelah melihat video profil serta penjelasan tentang organisasi dan persenjataan Korps Marinir TNI AL.


Kendaraan tempur AAV-7 Royal Thai Marines Corps (photo : coffeenbullets)

Bahkan, mereka juga mengaku sudah banyak mendengar keberhasilan Marinir Indonesia dalam berbagai even penugasan, baik di level nasional maupun internasional.

Pada kesempatan lain, RTMC Division Commander Rear Admiral Kar-Harn Ped-me-Sit dengan senang hati menerima kunjungan delegasi Marinir Indonesia dan menyambut baik rencana latihan yang digagas oleh Marinir Indonesia itu.

Selanjutnya, pertemuan tersebut membahas rencana latihan yang akan dilaksanakan pada latihan Sea Garuda berikutnya yang kemungkinan akan dilaksanakan di Indonesia.

Dalam perencanaan latihan tersebut membahas beberapa bentuk latihan meliputi latihan Operasi Amfibi terbatas gabungan, dan CPX (Comand Post exercise) tentang operasi Amphibi setingkat Batalyon.

Selain itu, FTX (Field Training Exercise) yang meliputi Pendaratan Amfibi Terbatas, Militery Operation on Urban Terrain, Counter Insurgency, Beach Survey, Fire Support, Snipper, Jungle Survival, Humanitarian Assistance dan Medical Assistance.

Dalam beberapa hari dilaksanakan juga Way Ahead conference yang bertujuan untuk lebih mengembangkan kerja sama di masa yang akan datang.

Way Ahead Conference itu meliputi Expert exchange, Officer visit dan Officer Student Exchange.

Kedua pihak berharap latihan bersama tersebut dapat mempererat kerja sama militer, khususnya Korps Marinir kedua negara dalam rangka mewujudkan stabilitas dan keamanan kawasan/regional. 

Sumber: (Antara)

Latihan Jalak Sakti 2015 : Koopsau I Hancurkan Semua Sasaran di Belitung Timur

Dua pesawat tempur TNI AU Hawk melakukan manuver pada latihan tempur yang berlangsung selama lima hari (photo : Tribun News)

ANGKASA.CO.ID – Tiga sasaran tembak darat yang disiapkan Komando Operasi Angkatan Udara (Koopsau) I di Air Weapon Range (AWR) Buding, Kelapa Kampit, Belitung Timur hancur lebur, Kamis (4/6/2015). Tiga pesawat F-16C 52ID Skadron Udara 16 Lanud Pekanbaru menghancurkan satu sasaran tembak menggunakan bom Mk-82 secara beruntun. Tiga pesawat yang diterbangkan dari Lanud Halim Perdanakusuma tersebut masing-masing melepaskan empat bom Mk-82 tepat pukul 07.00 WIB.

Selang beberapa menit, sasaran kedua dihancurkan oleh empat pesawat Hawk 100/200 Skadron Udara 1 Lanud Supadio, Pontianak, kali ini menggunakan serangkaian roket FFAR. Sementara sasaran ketiga dihancurkan oleh tiga pesawat Hawk 100/200 Skadron Udara 12 Lanud Pekanbaru, masing-masing dengan dua bom Mk-82. Semua pesawat Hawk 100/200, dari Pontianak dan Pekanbaru, melakukan serangan setelah terbang dari Lanud Palembang. Simulasi penyerangan terhadap sasaran musuh ini sengaja dilakukan tidak dari homebase masing-masing jet tempur.

Bombardir pesawat Hawk mengenai sasaran (photo : TribunNews)

Menyaksikan keberhasilan dan keakuratan para penerbang tempur di jajaran Koopsau I dalam melakukan pengeboman, Panglima Koopsau I Marsda TNI A. Dwi Putranto mengaku sangat puas. Puas karena perwira tinggi bintang dua ini sebelumnya tidak memberikan kesempatan kepada para penerbangnya untuk melakukan familiarisasi medan sasaran, misalnya dengan melakukan simulasi penyerangan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan. “Saya asumsikan, pasukan tempur udara saya langsung saya perintahkan untuk menyerang suatu daerah musuh yang belum mereka kenal,” ujarnya. “Dan ternyata berhasil tepat sasaran. Ini membanggakan sekaligus membuktikan bahwa para penerbang tempur di jajaran saya sudah siap melaksanakan tugas secara profesional,” tambahnya.

Proses penembakan sasaran menggunakan jet tempur, memang menjadi semacam inti tolak ukur keberhasilan penyerangan dalam suatu operasi udara. Walaupun tentu, misi-misi lain seperti penerjunan pasukan, perebutan pangkalan, operasi SAR Tempur (Sarpur), operasi bekal ulang, dan sebagainya tidak bisa diabaikan juga. Hal ini pun ditunjukan oleh Skadron Udara 31 yang mengerahkan pesawat C-130 Hercules, Skadron Udara 6 dan Skadron Udara 8 dengan helikopter Super Puma dan Puma, serta Skadron Udara 2 dengan pesawat C295. Ratusan prajurit Baret Jingga atau Korpaskhas juga memperlihatkan kemahiran dalam penguasaan tugasnya masing-masing.

Ratusan anggota Kopaskhas (Korps Pasukan Khas) TNI AU yang diterjunkan enam pesawat Hercules dengan ketinggian 2000 kaki, untuk menyerbu suatu daerah sasaran yang diasumsikan dikuasai oleh musuh. (photo : Okezone)

Manuver Lapangan dari rangkaian Latihan Puncak Jalak Sakti 2015 yang digelar di Belitung Timur tersebut, dipadukan dengan Latihan Puncak Korpaskhas Trisula Perkasa 2015 di tempat yang sama. Latihan terpadu ini ditutup oleh unjuk kemahiran menembak satu target drone menggunakan dua unit rudal panggul antipesawat QW-3 buatan China.

Sebelum proses penembakan dilakukan, target drone yang tidak lain merupakan pesawat tanpa awak (UAV) tersebut diterbangkan terlebih dahulu menggunakan peluncur roket. Dalam sekejap UAV melesat dengan kecepatan 70 m/detik (252 km/jam) dan terbang hingga ketinggian 1.000 m berjarak 2.000 m dari penembak yang telah bersiaga dengan rudal QW-3. Pada saat itulah, suar (flare) yang ada di target drone dinyalakan. Beberapa detik kemudian, dua tim penembak rudal QW-3 melepaskan rudalnya. Rudal QW-3 melesat mengejar target drone bermesin 350 cc yang mampu terbang 50-60 menit. Dalam penembakan ini Korpaskhas menyiagakan tiga rudal jarak pendek QW-3 dimana satu sebagai cadangan, sedangkan target drone yang disiapkan berjumlah dua unit dimana satu digunakan sebagai cadangan.

Target drone S-70 dan prajurit Kopaskhas yang bersiap dengan rudal QW-3 (photo : Angkasa)

Komandan Korpaskhas Marsda TNI Adrian Wattimena tampak gembira dengan keberhasilan para prajuritnya dalam melaksanakan penembakan target sasaran di udara. Rudal QW-3 merupakan alutsista pertahanan udara titik yang dimiliki Korpaskhas saat ini berikut radar Smart Hunter sebagai pendeteksi sasaran tembaknya.

Bila unsur pesawat tempur berhasil menghancurkan sasaran di darat dengan akurat, demikian juga prajurit Korpaskhas mampu menunjukkan profesionalismenya melakukan penembakan secara akurat sasaran di udara.

Sumber: (Angkasa)

Friday, June 5, 2015

Changbogo Class Siluman Penjaga Nusantara


DSME Type 209-1400 (photos : Jane's, Militaryphotos)

Di dalam rencana pemenuhan alutsista yang mengacu kepada MEF, di tahun 2013 dalam
sidang KKIP Kepala Staf TNI Angkatan Laut pada waktu itu telah mengungkapkan kebutuhan TNI AL, yaitu sebanyak 12 unit Kapal Selam untuk menjamin pengamanan wilayah NKRI. Dan sudah pula kita ketahui bahwa TNI Angkatan Laut kemudian memilih Kapal Selam dari Korea Selatan, yang dinamai DSME209/1400. Dalam kontrak pembelian,
disebutkan Indonesia membeli 3 unit, di mana 1 unit terakhir rencananya akan dibuat di Galangan Kapal Nasional, PT. PAL Surabaya.

DSME209/1400 yang dipesan oleh TNI AL melalui Kementrian Pertahanan tersebut dari segi fisik bangunan kapalnya, adalah merupakan pengembangan serta perkawinan desain antara jenis 209/1200 Changbogo milik Korea Selatan dengan jenis 209/1300 Cakra milik Indonesia. Nama Changbogo (창보고) sendiri yang diambil sebagai nama kapal selam Korea Selatan adalah nama seorang tokoh Jenderal Laut yang terkenal pada saat pemerintahan Silla (실라) Bersatu pada tahun 787–846 dan dikenal juga sebagai Gunbok (군복) yang diartikan sebagai tokoh bahari yang berkuasa selama beberapa dekade secara efektif mengontrol laut barat (laut kuning) dan pantai Korea antara barat daya Korea dan semenanjung Shandong (China).


Sedangkan nama Cakra yang dipilih oleh Indonesia adalah senjata andalan Batara Wisnu. Senjata itu juga dimiliki para titisannya, termasuk Prabu Kresna, raja Dwarawati. Sebagai senjata milik dewa, Cakra bukan hanya ampuh, tetapi juga mempunyai bermacam kegunaan. Kebanyakan makhluk di dunia ini tidak ada yang sanggup mengelak dan menangkal dari serangan senjata Cakra kecuali tokoh tertentu yang berpihak pada kebajikan.

Dengan pengembangan dan perkawinan dua desain 209 ini menghasilkan varian 209 dengan bobot 1400 ton dengan berbagai kelebihan dan kecanggihan komponen-komponen pendukung yang terintegrasi di dalamnya. Selain mengembangkan jenis 209 mulai 1200 s.d. 1500 ton, galangan kapal DSME juga diketahui sedang memulai mengembangkan turunan dari desain 209 dengan bobot 3000 ton.

Kapal selam ini merupakan pesanan khusus dari Korean Navy untuk memperkuat skuadron kapal selam negara Korea yang mana sekarang ini baru terdiri dari beberapa kelas Midget, U209/1200 dan U214/1800. Proyek desain kapal selam berbobot 3000 ton ini sudah dimulai awal tahun 2015 dan rencana pembangunannya akan dimulai pada tahun 2016.



Kapal selam pesanan pemerintah Indonesia, meski merupakan turunan dari tipe U-209 buatan Jerman, TNI AL meminta spesifikasi yang tinggi terhadap kapal selam DSME209. Diantaranya adalah, memiliki kesenyapan yang tinggi, mampu menghindari deteksi, mampu menyelam hingga 250 meter, memiliki teknologi yang canggih serta memiliki kecepatan yang mampu dipacu hingga 21 knot ketika menyelam.


Disebutkan juga bahwa kapal selam DSME209 harus mampu beroperasi terus menerus selama lebih kurang 50 hari. Desain Kapal Selam Baru DSME 3000 ton Pesanan ROK-Navy selama proses pembangunan kapal selam di Korea, TNI AL telah mengirimkan 7 (tujuh) orang personel yang masing-masing memiliki kemampuan dan pengetahuan khusus tentang kapal selam jenis 209 secara profesional.

Dalam satuan tugas kapal selam tersebut Komandan Satgas bertanggungjawab kepada keseluruhan proses pembangunan dengan dibantu oleh personel lainnya. Pembagian tugas secara khusus dalam satuan tugas ini terdiri dari:

1. Pengawas Platform yang mencakup bidang permesinan, badan kapal, outfitting, painting, baterai dan pendorongan serta kelistrikan kapal selam.
2. Pengawas Sewaco yang mencakup bidang sensor, navigasi, komunikasi, senjata dan sistem kendali senjata kapal selam.
3. Perwira Diklat yang bertugas mengatur serta mengendalikan kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi awak kapal selam.
4. Perwira Administrasi dan Logistik yang bertugas mengatur dan mengendalikan proses administrasi kontrak serta sistem logistik komponen-komponen kapal selam.
5. Kesekretariatan yang bertugas mengendalikan kegiatan ketatausahaan dan administrasi personel dalam satuan tugas kapal selam.


Secara umum kapal selam DSME209/1400 memilki beberapa kelebihan dari sisi teknologinya. State of the art technology yang dimiliki oleh kapal selam ini meliputi Latest combat system, Enhanced operating system, Non-hull penetrating mast and Comfortable accommodation. Dan sebagai elemen terpenting dalam kapal selam, baterai buatan Korea digunakan sebagai sumber tenaga utamanya.


Jenis baterai kapal selam buatan Korea ini digunakan pada semua kapal selam Korea. Salah satu poin yang mengejutkan adalah mengenai Persenjataan dan Sistem kendali senjatanya. Selain dipersenjatai 8 buah tabung peluncur Torpedo untuk torpedo berukuran 533 mm Blackshark juga mampu untuk men-deploy ranjau laut, Ia juga memiliki desain yang mampu untuk meluncurkan rudal



Sistem kendali senjata MSI Mk2 buatan Kongsberg dipilih oleh TNI AL sebagai komponen yang mengendalikan dan mengatur sistem peperangan serta penembakan torpedo, ditambah lagi beberapa sensor dan peralatan elektronika yang canggih dan terkini juga ikut di dalam. Bila di kapal selam Cakra kita belum memiliki Flank Array Sonar, maka di kapal selam baru nantinya sistem ini akan dipasang dan digunakan.

Banyak sekali keunggulan serta kelebihan sistem dan peralatan yang digunakan dalam kapal selam baru ini dibanding kapal selam Indonesia yang ada sekarang. Radar serta ESM dari Indra-Spanyol, Integrated Navigation System dari SAGEM-Prancis, Optronic dan Periskop dari Cassidian-Jerman, sistem Sonar dari L3 Elac Nautic-Jerman menjadi pilihan TNI AL di dalam desain kapal selam barunya.


Prosedur keamanan dan keselamatan kapal selam dan personel juga menjadi prioritas dalam desain DSME209/1400. Dua unit Life rafts dengan kapasitas 25 personel dengan bekal darurat selama 6 hari akan terpasang di kapal selam ini. Untuk pakaian keselamatan dan pelindungan dari dekompresi selama proses evakuasi dipilih jenis MK-X buatan Inggris sebanyak 48 buah.

Yang paling berbeda dibanding dengan kapal selam Cakra adalah bentuk pintu baterai dibuat sesuai dengan aturan NAVSEA 0994-LP-013-9010 pada mulut pintunya. Dengan begitu bisa lakukan proses evakuasi menggunakan Deep Submergence Rescue Vehicle (DSRV).

Untuk mewujudkan kemandirian industri pertahanan, di dalam kontrak pembelian ini juga termaktub tentang skenario Transfer of Tecnology (ToT) dan juga On the Job Training(OJT) di galangan kapal DSME korea. Dua kegiatan ini diperuntukkan bagi personel PT PAL untuk lebih dapat mendalami serta menyerap semua ilmu baik desain maupun proses produksi kapal selam.


Dari sisi sumber daya manusia, pada periode desain, PT PAL telah mengirimkan SDM yang mempunyai kualifikasi untuk desain kapal sebanyak 20 personel profesionalnya. Selanjutnya mengirimkan pula personel yang tergabung dalam team OJT sebanyak 186 personel yang dikirimkan secara bertahap dimulai sejak bulan November 2013 hingga bulan Februari 2017.

Menilik proses pembangunan kapal selam DSME209/1400 sampai dengan Januari 2015 ini, telah sampai dalam tahap pemotongan plat untuk kapal selam ketiga. Diharapkan pada tahun 2017, dua unit kapal selam baru DSME209/1400 sudah dapat beroperasi diperairan indonesia. Sedangkan untuk kapal selam ketiga jika dilihat dari skenario kontrak pembelian,
maka akan dapat dioperasikan sekitar awal tahun 2019. Kita harapkan kehadiran kapal selam DSME209/1400 dapat memperkuat kemampuan tempur angkatan laut kita.

Sumber: (Cakrawala Magazine)

PT PAL Lakukan First Steel Cutting SSV Ke-2 Pesanan Filipina

Pekerja memotong pelat baja usai acara "Pemotongan Baja Pertama (1st Steel Cutting) Strategic Sealift Vessel (SSV) #2 dan Peletakan Lunas (Keel Laying) SSV #1" di PT PAL Indonesia Surabaya, Jawa Timur, Jumat (5/6). PT PAL Indonesia mengerjakan dua kapal perang SSV 1 dan 2 yang merupakan pesanan Filipina. (photo : Antara)

PAL sudah 25% garap kapal perang Filipina

Surabaya (ANTARA News) - Proses pembuatan dua kapal perang oleh PT PAL Indonesia yang merupakan pesanan dari negara Filipina telah mencapai 25 % dari seluruh bentuk kapal jenis "Strategic Sealift Vessel" (SSV).

Direktur PT PAL Indonesia Firmansyah Arifin, Jumat mengatakan saat ini untuk kapal ke-1 memasuki tahap prosesi peletakan lunas atau "Keel Laying", dan untuk kapal ke-2 memasuki proses pemotongan plat pertama "First Steel Cutting" yang dilakukan di Bengkel Assembly, Divisi Kapal Niaga PT PAL Indonesia.

"Apa yang kita kerjakan saat ini sudah mencapai 25%, dan untuk peralatan impor yang kita butuhkan sudah ada 80 %. InsyaAllah prosesnya akan tepat waktu dan November 2015 akan kita luncurkan," ucapnya di Surabaya, Jatim.

Arifin optimistis pengerjaan kapal senilai 90 juta dolar AS itu akan tepat waktu, dan pada Mei 2016 sudah bisa diserahkan atau dikirim ke Filipina.

Kapal perang SSV merupakan produk alat utama sistem persenjataan (alutsista) pertama yang berhasil dieskpor ke luar negeri oleh Indonesia.

Kapal tersebut didesain dengan panjang 123 meter, lebar 21,8 meter dan mampu mengangkut 500 pasukan serta bobot hingga 10.300 ton, yang dapat melaju selama 30 hari dengan jarak 9.360 mill laut dengan kecepatan maksimal 16 knot.

Selain itu, kapal buatan anak negeri ini juga mampu membawa dua helikopter, dan mengangkut kapal "landing craft utility" (LCU), serta tank hingga truk militer.

Sumber: (Antara)

Wednesday, June 3, 2015

TNI AL Evaluasi Penggunaan Rudal Exocet

Rudal Exocet MM40 Block II (photo : Kaskus Militer)

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut akan mengevaluasi penggunaan peluru kendali (rudal) Exocet di lingkungan TNI AL menyusul melesetnya rudal tersebut saat uji coba peluncuran melalui KRI Bung Tomo di Laut Jawa, Kamis (28/5). 

Rudal berhasil terbang, tetapi tak mencapai target, sebuah kapal sasaran yang sebelumnya bernama KRI Kupang, pada jarak sekitar 30 kilometer. Kepala Staf TNI AL Laksamana Ade Supandi menyatakan hal itu seusai menyaksikan pelepasan rudal Exocet tersebut. 

Rudal itu menelusup masuk ke laut beberapa detik setelah lepas landas. Rudal sempat menstabilkan sendiri posisinya sesuai prosedur, tetapi tak mampu terbang ke sasaran setinggi 15 meter di atas laut.

Sumber: (Kompas)

Pusdikkav Mulai Gunakan Tank Latih Fahrschulpanzer

Tank latih Fahrschulpanzer Pusat pendidikan Kavalaeri TNI AD (photo : Pusdikkav)

Pelatihan Mengemudi Taktis Tank MBT Leopard di Pusdikkav

Danpusdikkav TNI AD, Kolonel Kav Hilman Hadi membuka pelatihan mengemudi taktis tank MBT Leopard pada tanggal 29 Mei 2015 di Pusdikkav, Padalarang.


Pelatihan diikuti oleh 12 personel Yonkav 1/Kostrad dengan pimpinan Letda Kav Derry Harnanda yang bertujuan untuk mempermahir dan mempersiapkan awak tank Leopard Yonkav 1/Kostrad dalam rangka Demonstrasi Angkatan Darat yang akan dilaksanakan pada tanggal 15 Juni mendatang di Baturaja, Sumatera Selatan.


Dalam pelatihan ini berisi beberapa materi yang diantaranya materi mengemudi Klep tertutup (Close Down Hatch Driving) taktis dan manuver. Pada kesempatan latihan manuver Jumping pertama kali dilakukan dengan sempurna oleh Kolonel Kav Rihananto sebagai pengemudi dan Letkol Kav Setyawan sebagai Danran.

Sumber: (YonKav-1)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Web Hosting Coupons