Total Pageviews

Sunday, May 25, 2014

PT. DI Gandeng Insinyur Muda Bangun N-219

PT Dirgantara Indonesia (PTDI) saat ini sedang mengembangkan pesawat penumpang komersial N219. Pesawat baling-baling tersebut mampu membawa 19 orang dan bisa terbang melayani daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau transportasi darat seperti Pulau Papua. 

Untuk pengembangan pesawat produksi tenaga ahli Indonesia tersebut, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu menggandeng insinyur-insinyur muda dan tim LAPAN.

"Ada 150 engineer di N219. Ada 40 first engineer. First engineer bisa terlibat," kata Program Manager N219 PTDI, Budi Sampurno pada acara diskusi IABIE di Gedung Joang, Menteng, Jakarta, Sabtu (24/5/2014).

Budi menuturkan PTDI sempat memiliki banyak engineer pada masa 90-an. Saat itu, PTDI (dahulu IPTN) mengembangkan pesawat penumpang N250, CN235 hingga pesawat jet N2130.

Namun akibat badai krisis 1997/1998, banyak insinyur PTDI terkena pemutusan hubungan kerja dan pindah bekerja di produsen pesawat dunia sehingga PTDI mengalami krisis insinyur.

"Mulai krisis ada degredasi karyawan. Tahun 1997 jadi 10 ribu, 2003 jadi 3000 karyawan. Engineering cuma tersisa 700 plus tenaga administrasi," sebutnya.

Budi menjelaskan untuk menyesuaikan kebutuhan pesawat dengan pasar, PTDI sering melakukan diskusi dan survey pasar. Alahasil untuk sistem avionic, daya angkut hingga mesin pesawat menyesuaikan betuhan pasar. 

Selain itu, pesawat N219 memiliki pesaing dari pesawat yang telah dirancang pada tahun 1960-an seperti twin otter. PTDI pun optimis bisa bersaing dengan pengembangan teknologi terbaru. Setidaknya dari hasil survey pasar, PTDI menilai ada minat untuk memesan 200 unit pesawat N219.

"Sistem kami mencoba memakai sebanyak mungkin spare part yang beredar di pasaran. Pengalaman N250 dan CN 235. Kami ambil sistem yang unggul saat ini dan disukai airliner," jelasnya.



Sumber : Detik

Kolaborasi Riset Perbaiki Hubungan Indonesia Australia

Hubungan bilateral antara Indonesia dengan Australia mengalami guncangan di penghujung tahun 2013. 

Saat itu merebak isu penyadapan yang dilakukan oleh Australia terhadap sejumlah pejabat Indonesia, termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. 

"Saya sulit untuk memahaminya, mengapa itu harus dilakukan. Sekarang ini bukan era Perang Dingin. Di era Perang Dingin dulu, sepertinya menjadi biasa, saling menyadap, saling mengintai, saling melakukan spying di antara blok-blok yang berhadap-hadapan. Sekarang, dunia tidak lagi seperti itu," sebagaimana dikutip dari pernyataan Presiden Yudhoyono dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta pada Rabu tanggal 20 November 2013. 

Kekecewaan Indonesia atas penyadapan ini kemudian menuntut Perdana Menteri Australia Tony Abbott untuk memberikan penjelasan atas tindakan yang dilakukan oleh Australia kepada Indonesia itu. 

Hubungan bilateral kedua negara pun semakin memburuk tatkala Tony Abbot tidak segera menyatakan permohonan maaf secara resmi dan memberikan penjelasan perihal penyadapan itu. 

Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa kemudian memutuskan untuk menarik pulang Duta Besar Indonesia untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema. 

Hubungan bilateral kedua negara ini pun kemudian semakin merenggang.

"Hubungan ini harus diperbaiki, dipererat. Kerja sama antar kedua negara dapat dilakukan untuk mempererat hubungan bilateral Indonesia dengan Australia. Lebih dari itu harus ada proses yang substansial dalam bentuk kerjasama skala besar," demikian pernyataan Herb Feith Research Professor Australia-Indonesia Centre (AIC), Greg Barton pada Research Summit Program di Jakarta, Jumat (22/5).

Australia-Indonesia Centre kemudian bekerja sama dengan Kementerian pendidikan dan Kebudayaan RI, menyelenggarakan Research Summit yang pertama kali digelar oleh dua instansi ini, sebagai dasar untuk melakukan kolaborasi di bidang riset. 

Agenda utama di balik kolaborasi riset tersebut adalah untuk memperbaiki hubungan kedua negara yang sempat memburuk.

Research Summit ini dihadiri oleh para peneliti dari kedua negara, beberapa pejabat tinggi dari Kementerian Riset dan Teknologi RI, pejabat tinggi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, pejabat pemerintahan Australia, serta perwakilan dari universitas dan institusi yang ikut bergabung dalam proyek kolaborasi riset tersebut. Selain itu, hadir pula perwakilan dari New York Academy of Science.

Greg Barton menilai bahwa kerja sama di bidang riset merupakah langkah termudah dan cukup baik untuk memperbaiki hubungan bilateral kedua negara. 

Melalui riset, kedua negara dapat mengambil manfaat dari hasil kolaborasi riset dan menerapkannya tidak hanya dalam bidang pengetahuan, namun diharapkan juga dapat memberikan kontribusi pada perekonomian. 

Sebagai permulaan Greg Barton menjelaskan bahwa pemerintah Australia memberikan dana sebesar 15 juta dolar Australia sebagai pembiayaan awal penelitian.

"Ada lima juta dolar Australia dari Universitas Monash, maupun dari Sydney," jelas Greg Barton 

Selain itu beberapa perusahaan swasta Australia juga sudah menyatakan kesediaan untuk membantu proyek kolaborasi riset ini, sehingga bila ada beberapa proyek yang harus didukung maka sektor swasta bisa membantu.

"Ini bisa dalam bentuk uang mau pun sumber daya manusia dan alam," tambah Greg Barton.

Senada dengan Greg barton, Duta Besar Australia untuk Indonesia Greg Moriarty menyatakan bahwa kolaborasi riset ini memiliki beban yang sangat berat karena terkait denagn relasi antara Indonesia dan Australia.

"Karena hubungan bilateral antar dua negara lebih penting dibandingkan dengan masing-masing pemerintahan. Hal ini termasuk relasi dalam sektor bisnis, antar masyarakat, dan antar institusi, termasuk dalam bidang akademi," kata Greg Moriarty.

Lebih lanjut Greg Moriarty menjelaskan bahwa antara Indonesia dan Australia telah berbagi kepentingan, dimana kepentingan tersebut kemudian diwujudkan dalam satu aksi yang dapat meningkatkan hubungan bilateral kedua negara menjadi lebih baik.

"Kolaborasi ini adalah model dari kerja praktik yang berlangsung di kedua negara. Ini menunjukkan bahwa Indonesia dan Australia adalah rekan karena kita banyak melakukan kerjasama," kata Duta Besar Greg Moriarty.

Adapun kolaborasi riset ini akan terfokus pada tantangan-tantangan yang dihadapi oleh kedua negara, termasuk; pangan dan agrikultur, kesehatan dan medis, energi, pendidikan, serta infrastruktur.

Sementara instusi yang akan bergabung dalam kolaborasi riset ini merupakan institusi yang dinyatakan memiliki pusat riset yang diakui dan terbaik di negaranya masing-masing. Dari Indonesia tercatat tujuh institusi yang akan bergabung yaitu; Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Universitas Airlangga, Universitas Hasanuddin, dan Institut Teknologi Surabaya. Sementara dari Australia ada lima institusi yang akan bergabung yaitu; Monash University, The University of Melbourne, The Australian National University, The University of Sydney, dan The Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO).

Salah Paham 


Greg Barton berpendapat bahwa untuk mempererat hubungan antar kedua negara, harus ada beberapa unsur yang dipenuhi yang salah satunya adalah pemahaman. 

Greg yang merupakan Profesor peneliti untuk studi Indonesia mengungkapkan bahwa pemahaman pihak Australia terhadap Indonesia masih kurang akurat. Pemahaman yang tidak akurat tersebut disebabkan oleh banyaknya masyarakat Australia yang masih berpendapat bahwa kondisi Indonesia masih sama seperti pada era Orde Baru.

"Padahal itu sudah enam belas tahun yang lalu, sudah empat kali pemilu dan sudah ada banyak kemajuan dan perubahan terutama terkait dengan demokrasi," ujar Greg Barton.

Greg Barton menjelaskan bahwa pihaknya berusaha supaya masyarakat Australia memiliki pemahaman yang lebih akurat terhadap Indonesia terutama mengenai kondisi Indonesia pada saat ini. 

"Sebaliknya, di Indonesia mungkin juga ada pemahaman tentang Australia yang kurang tepat, sehingga kedua belah pihak ini saling mencurigai atau berprasangka, hingga menimbulkan kesalah pahaman," jelasnya. 

Greg Barton mengungkapkan bahwa salah satu proyek kolaborasi riset yang kini sedang dibicarakan adalah tayangan dalam bentuk serial dokumenter mengenai kehidupan di Indonesia. Dengan diproduksinya serial dokumenter ini, Greg berharap dapat mengubah pemahaman masyarakat Australia yang menyaksikannya. 

Sambutan Baik Indonesia

Kolaborasi antara Indonesia dan Australia di bidang riset ini juga disambut baik oleh Sekretaris Jenderal Kemdikbud Ainun Naim yang juga menghadiri Research Summit Program.

"Ini merupakan awal dari misi penting kedua negara yang bergerak di bidang penelitian dan ilmu pengetahuan, sehingga banyak melibatkan universitas-universitas di kedua negara. Ini adalah kolaborasi riset," ujarnya.

Ainun Naim menekankan bahwa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sangat mendukung program kerjasama ini, terutana untuk universitas-universitas di Indonesia, dalam rangka membangun budaya riset yang lebih kuat, kapasitas, dan produktivitas.

"Tentunya ini juga akan memberikan kontribusi untuk perbaikan hidup masyarakat secara luas," kata dia.

Kolaborasi riset ini akan dilakukan di lima area yang berbeda yaitu; bidang energi, infrastruktur, kesehatan dan obat-obatan, pangan dan agrikultur, serta bidang pendidikan.

"Indonesia perlu meningkatkan kemampuan di bidang riset sehingga mampu menciptakan banyak industri dan lapangan kerja, mampu meningkatkan taraf hidup masyarakatnya, serta menyediakan teknologi canggih yang dapat membantu meningkatkan perekonomian negara," ujar Ainun Naim.




Sumber : Antara

Saturday, May 24, 2014

Astros II Pesawan TNI Akan Diuji Coba

Republik Indonesia melengkapi alat utama sistem pertahanan dengan misil Artillery Saturation Rocket System atau Astros II. 
 

Tim dari Kementerian Pertahanan berkunjung ke Avibras, perusahaan swasta di Sao Paulo, Brasil yang memproduksi Astros II, Kamis (22/5) pagi waktu setempat (Kamis (22/5) malam WIB). 
 

Tim dipimpin Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemenhan Laksda Rachmad Lubis. Rombongan diterima Presiden Avibras Sami Youssef Hassuani, Direktur Pengembangan Bisnis Internasional Leandro Villar, dan Manajer Pengembangan Bisnis Hans Kristensen. 
 

Sami Youssef Hassuani mengatakan pemesanan atau pembelian Astros II bukan cuma kerja sama bisnis. 
 

"Ini lebih dari sekadar kerja sama bisnis, tetapi juga kerja sama telnologi, dan kerja sama pertahanan antara Brasil dan Indonesia karena meski kami perusahaan swasta, angkatan bersenjata Brasil mendukung kami," kata Hassuani, seperti dilaporkan wartawan Media Indonesia Usman Kansong dari Sao Paulo, Brasil. 
 

Dalam rombongan Kemenhan, turut serta staf Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan, Bappenas, dan wartawan. 
 

"Ini adalah bentuk keterbukaan informasi agar rakyat tahu untuk apa uang negara digunakan, juga dalam rangka good governance dan clean government," jelas Laksda Lubis kepada pihak Avibras. 
 

Rombongan Kemenhan berkesempatan melihat langsung tahap-tahap produksi Astros II. Pekan depan akan dilakukan uji coba Astros II dan akan disaksikan Wamenhan Sjafrie Syamsoeddin. 
 

Kemenhan membeli Astros II sebanyak 32 paket terdiri dari truk peluncur, alat peluncur, misil berbagai ukuran dan jangkauan, termasuk training. Harga ke-32 paket Astros II mencapai US$404 juta. Kontrak pembelian sudah ditandatangani akhir tahun lalu. 
 

Misil Astros generasi awal dipakai dalam Perang Teluk pada awal 1990-an. Malaysia juga memiliki Astros I yang berdaya jangkau hingga 100 kilometer. Sedangkan Astros II yang sedang dikembangkan oleh Avibras dengan jangkauan hingga 300 kilometer.




Sumber : Metrotvnews

TNI AD Juara Umum Ajang AASAM Tujuh Kali Berturut-Turut

Indonesian sniper team Private M. Mulyana and 2nd Sergeant M. Mansur shoot at Robotic Smart Targets from Marathon Targets during Match 203 for Sniper Panoramic. The match is fired from any supported position at stationary and moving targets between 150 and 1000m. Robotic Smart Targets from Marathon Targets were used for the first time at this year's Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM).
Indonesian sniper team Private M. Mulyana and 2nd Sergeant M. Mansur shoot at Robotic Smart Targets from Marathon Targets during Match 203 for Sniper Panoramic. The match is fired from any supported position at stationary and moving targets between 150 and 1000m. Robotic Smart Targets from Marathon Targets were used for the first time at this year’s Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM).
 
Tim petembak TNI AD kembali mengukir prestasi membanggakan sebagai juara umum pada kejuaraan menembak tingkat internasional, Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) 2014, dengan perolehan medali 32 emas, 15 medali perak dan 20 medali perunggu, di Australia pada tanggal 5 hingga 16 Mei 2014.
 

Sedangkan urutan ke 2 ditempati tim petembak tuan rumah Australia dengan perolehan medali 6 emas, 15 perak dan 20 perunggu. Adapun diurutan ketiga ditempatkan tim petembak dari tentara Brunai Darusallam dengan perolehan medali 5 emas, 4 perak dan 1 Perunggu.
 
 Team Shot: the shooters from Brunei are tough competition every year. All the best for 2014!
Team Shot: the shooters from Brunei are tough competition every year. All the best for 2014!
 
 Team Shot: the Royal Australian Air Force 23 Squadron firers have been impressing on the range this year. Good luck RAAFies!
Team Shot: the Royal Australian Air Force 23 Squadron firers have been impressing on the range this year. Good luck RAAFies!
 
 Scores: MATCH 47: LSW Individual Aggregate, International
Scores: MATCH 47: LSW Individual Aggregate, International
 
image
 
image
 
Gelar sebagai juara umum yang diraih TNI AD ini merupakan yang ke 7 kalinya diperoleh secara berturut-turut dari tahun 2008 hingga 2014. Pada pelaksanaan tahun 2014 kali ini diikuti oleh 16 tim petembak dari tentara Negara di kawasan Asia Pasifik yaitu Indonesia, Australia, Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Jepang, Fhilipina, Thailand, Timor Leste, Papua Nugini, Singapura, Brunai Darussalam, New Zealand, New Caledonia, Papua Nugini dan Tonga.
 
image
Philippines Army Shooting Team member Technical Sergeant Eric B. Guiniling, at the Mechanical Target Range (MTR), fires his 5.56mm M16 A2 assault rifle in the prone unsupported position with sling during Match 12. Match 12 is an advanced application of fire where firers engage their targets at ranges from 100m to 300m from all conventional positions both supported and unsupported.

 
Team Shot: British Army soldiers from the 2nd Battalion, Royal Gurkha Rifles, (l-r) Rifleman Deepak Gurung, Lance Corporal Suye Gurung, LCPL Bal Bakadur Gurung, Signaller Pardeep Gurung and Rifleman Niran Rai. Hope you've enjoyed the competition!
Team Shot: British Army soldiers from the 2nd Battalion, Royal Gurkha Rifles, (l-r) Rifleman Deepak Gurung, Lance Corporal Suye Gurung, LCPL Bal Bakadur Gurung, Signaller Pardeep Gurung and Rifleman Niran Rai. Hope you’ve enjoyed the competition!

 
Singapore's Corporal Muhamad Firdalis Bin Tarmid fires his SAR 21 in the keeling unsupported position at the 100m mound during Match Four. Match Four is designed for individuals to supply basic application of fire at 100m employing snap fire with position changes after a 100m run. The run is to induce a level of stress and fatigue on the competitors.
Singapore’s Corporal Muhamad Firdalis Bin Tarmid fires his SAR 21 in the keeling unsupported position at the 100m mound during Match Four. Match Four is designed for individuals to supply basic application of fire at 100m employing snap fire with position changes after a 100m run. The run is to induce a level of stress and fatigue on the competitors.

 
1st Battalion, Royal Australian Regiment, sniper team Corporal (CPL) Brodie Keating and Private (PTE) Luke Barnes win the 'Matty Lambert Memorial Trophy' for best ADF Sniper Pair at AASAM 2014. The pair also came third in the overall standings.
1st Battalion, Royal Australian Regiment, sniper team Corporal (CPL) Brodie Keating and Private (PTE) Luke Barnes win the ‘Matty Lambert Memorial Trophy’ for best ADF Sniper Pair at AASAM 2014. The pair also came third in the overall standings.

 
Kasad Jenderal TNI Budiman dalam acara menerima laporan kembali tim petembak bertempat di Mabesad, Kamis (22/5), menyampaikan ucapan selamat datang di tanah air dan ucapan terima kasih atas prestasi membanggakan, yang telah dipersembahkan kepada TNI Angkatan Darat, bangsa dan Negara.
 

Menurut Kasad, keberhasilan ini membuktikan kepada Angkatan Darat negara sahabat, bahwa TNI Angkatan Darat senantiasa membangun diri menjadi tentara modern yang profesional, tentara yang hanya fokus pada tugas pokoknya sebagai alat pertahanan yang tangguh dan patut dibanggakan rakyatnya.
 

Indonesian Army Shooting Team member Private Yudha Hany Cahyadin keeps occupied as he wait for his turn to shoot at this year's Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM).
Indonesian Army Shooting Team member Private Yudha Hany Cahyadin keeps occupied as he wait for his turn to shoot at this year’s Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM).

 
Indonesian Army Shooting Team member Private Yudha Hany Cahyadin at this year's Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM).
Indonesian Army Shooting Team member Private Yudha Hany Cahyadin at this year’s Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM).

 
Indonesian Army Shooting Team member Lance Corporal (LCPL) Mansur keep his team occupied with a bit of ball skills, as they wait for their detail to shoot at this year's Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM).
Indonesian Army Shooting Team member Lance Corporal (LCPL) Mansur keep his team occupied with a bit of ball skills, as they wait for their detail to shoot at this year’s Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM).

 
image
 
 l-r. US Army's sniper team Sergeant Jason Fairchild and Staff Sergeant Mitchell Shaw, competing in Match 201, the Sniper Snap. The match tests the sniper team in rapid target acquisition. Targets appear from 200 to 1,000m. The match is only one of seven matches over five days of competition for the best international sniper team which is part of this year's Australian Army Skill at Arms Meeting
l-r. US Army’s sniper team Sergeant Jason Fairchild and Staff Sergeant Mitchell Shaw, competing in Match 201, the Sniper Snap. The match tests the sniper team in rapid target acquisition. Targets appear from 200 to 1,000m. The match is only one of seven matches over five days of competition for the best international sniper team which is part of this year’s Australian Army Skill at Arms Meeting

 image
 
image
 
Lomba tembak Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) merupakan ajang lomba tembak tahunan yang diselenggarakan oleh Angkatan Darat Australia sejak tahun 1984 dan untuk pertama kalinya dibuka untuk kontingen petembak Internasional pada tahun 1988.

 
 The Japanese Cheer Squad - these competitors had a day off from shooting today so showed their support to their team members during the machine gun pairs match. ???????
The Japanese Cheer Squad – these competitors had a day off from shooting today so showed their support to their team members during the machine gun pairs match. ???????
 
 Team Shot: The Chinese shooting team have proven tough competition in their first year competing at AASAM! ???? (Good luck)!
Team Shot: The Chinese shooting team have proven tough competition in their first year competing at AASAM! ???? (Good luck)!
 
 Team Shot: the British Army Shooting Team at AASAM. Thanks for the brilliant bagpipe display from Pte Fraser Hall - awesome stuff! Photo by Sergeant Brian Hartigan
Team Shot: the British Army Shooting Team at AASAM. Thanks for the brilliant bagpipe display from Pte Fraser Hall – awesome stuff!
 
 Portrait: Private Melissa Elias, 8th Signals Regiment. Photo by Sergeant Brian Hartigan
Portrait: Private Melissa Elias, 8th Signals Regiment.

Adapun materi yang diperlombakan adalah materi perorangan maupun tim pada nomor senapan, pistol, senapan otomatis (SO) dan gabungan senapan dan SO. Senjata yang digunakan prajurit TNI AD pada kejuaraan AASAM adalah produk dalam negeri yaitu produk PT Pindad (Persero) antara lain senapan serbu SS2-HB (Heavy Barrel), senapan Mesin SM-2 dan SM-3 serta pistol G2 versi Elite.



Sumber : TNI AD

AL Dunia Sebut TNI AL World Class Navy

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) telah mampu menggelar operasi laut hingga melampaui wilayah kedaulatan negara, dalam beberapa tahun terakhir ini. Seperti pembebasan MV Sinar Kudus di perairan Somalia dan pengirimanmaritime task force ke Lebanon. 
 
TNI AL juga berhasil menggelar beberapa kegiatan yang berskala besar seperti internasional maritime security symposium dan multilateral naval exercise Komodo. Keberhasilan tersebut mendapatkan apresiasi dan pengakuan dari pemimpin angkatan laut di dunia, terbukti dengan kehadiran mereka dan kapal perangnya dalam berbagai even yang diselenggarakan TNI AL. 
 

Hal ini disampaikan Laksamana TNI Marsetio Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) dalam sambutannya saat serah terima jabatan (sertijab) Komando utama operasi yang dimiliki TNI AL, yaitu Koarmatim, Koarmabar, Kolinlamil, dan Puspenerbal di dermaga ujung Koarmatim, Jumat (23/5/2014). 
 

Laksamana TNI Marsetio mengatakan, dari keberhasilan yang dicapai TNI AL, chief of naval operation us navy,first sea lord royal navy, Kasal Belanda, Kasal Australia dan beberapa panglima armada Angkatan Laut negara sahabat menyebut TNI AL sebagai World Class Navy. 
 

"Penilaian ini bukan sekadar basa-basi, namun merupakan wujud penghargaan terhadap peran TNI AL selama ini. Kita tentu bangga dengan penilaian ini, namun kita harus menyikapinya dengan bijak dan cerdas dengan terus meningkatkan kualitas dan kapabilitas TNI Angkatan Laut," kata Laksamana TNI Marsetio. 
 

Dia menambahkan, upaya mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas sebagai angkatan laut kelas dunia, diimplementasikan dalam paradigma baru TNI AL kelas dunia yang menuntut adanya kepemimpinan angkatan laut yang kuat atau strong naval leadership. Paradigma baru ini merupakan suatu instrumen pendukung dalam pencapaian visi dan misi tni angkatan laut yang handal dan disegani serta berkelas dunia. 
 

"Instrumen tersebut hendaknya dipedomani dalam menentukan arah kebijakan pembangunan tni angkatan laut yang meliputi pembangunan sumber daya manusia, alutsista, organisasi dan metode serta kemampuan operasinya," ujarnya. 
 

Kasal menambahkan, satu diantara strategi implementasi paradigma baru tersebut adalah dengan meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan operasi dan latihan. Menurutnya, Barometer terletak pada kemampuan dalam menghadirkan unsur-unsur laut atau naval presence dengan didukung kesiapan operasional alutsista, terutama kemampuan daya tempur atau combat capability, komando dan pengendalian serta Ketahanlamaan operasi. 



Sumber : SS

Air Refueling Hawk 100/200 Skadron Udara 12

Air refueling Hawk 100/200

Tepat pada ketinggian 10.000 kaki (3.048 m) segenap penerbang tempur "Black Panther" Skadron Udara 12 Lanud Roesmin Nurjadin melaksanakan latihan air to air refueling (AAR) atau pengisian bahan bakar di udara di wilayah Training Area, kota Pekanbaru, Rabu, 21 Mei 2014. Dengan menggunakan pesawat tanker Hercules C-130 A-1309 dari Skadron Udara 32 Lanud Abd. Saleh, Malang, segenap penerbang tempur Skadron Udara 12 yang mengawaki pesawat tempur Hawk 100/200 secara bergantian melaksanakan AAR.

Pada kesempatan tersebut Danlanud Roesmin Nurjadin, Kolonel Pnb M. Khairil Lubis menyampaikan bahwa pelaksanaan air refueling tersebut bertujuan meningkatkan kemampuan para penerbang sekaligus persiapan para penerbang dalam mengikuti latihan puncak TNI nantinya. Menurut Danlanud, pelaksanaan air to air refueling mutlak harus dikuasai oleh seluruh penerbang tempur mengingat AAR bertujuan untuk meningkatkan kemampuan jelajah pesawat tempur sehingga dapat terbang dalam jangka waktu yang lebih lama tanpa harus kembali ke pangkalan. 

Pada pelaksanaan latihan tersebut, para penerbang Hawk 100/200 melaksanakan secara "dry" memasukkan AAR Probe ke Hose pesawat tanker tanpa mengalirkan fuel dan secara "wet" (langsung mengalirkan fuel dari tanker ke pesawat tempur Hawk). Menurut Danskadron Udara 12, Letkol Pnb Reka Budiarsa, penguasaan teknik AAR mutlak harus dikuasai oleh penerbang, baik penerbang Skadron Udara 12 maupun penerbang Skadron Udara 32, selain itu ketelitian, kecermatan dan kehati-hatian seluruh kru udara sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan latihan tersebut.

Era Baru Kontrol Udara Batam Dan Natuna


Super Tucano dalam Angkasa Yudha 2013 di Bandara Hang Nadim
Super Tucano dalam Angkasa Yudha 2013 di Bandara Hang Nadim

 
Pemerintah menetapkan pengelolaan wilayah udara kawasan Batam dan Natuna kembali ke tangan Indonesia pada 2016. Hal ini untuk mendukung pengelolaan penerbangan, termasuk Bandara Internasional Hang Nadim Batam yang terus tumbuh.
 

“Salah satu tujuan dari dibukanya penerbangan 24 jam dari Bandara Internasional Hang Nadim Batam ialah agar bisa mengambil alih kembali kontrol ruang udara Natuna yang saat ini dikontrol Singapura,” kata Kepala Bandara Internasional Hang Nadim Batam Suprasetyo di Batam, Kamis.
 

Saat ini penerbangan di Hang Nadim terus tumbuh sehingga harus memiliki kontrol sendiri terhadap ruang udara hingga wilayah Natuna. “Kita butuh kesiapan pengendalian ruang udara di sana,” kata dia.
 

Saat ini Bandara Internasional Hang Nadim Batam tengah berbenah menyambut pasar bebas ASEAN dan penerbangan terbuka mulai 2015.
 

“Dalam jangka menengah, program kami menjadikan Bandara Hang Nadim Batam sebagai penghubung (hub) terbesar Indonesia wilayah barat, yang juga terkoneksi ke berbagai negara di kawasan investasi dunia, untuk wilayah Asia Pasifik,” kata Suprasetyo.
 

Pembukaan penerbangan 24 jam dari Bandara Internasional Hang Nadim Batam disesuaikan dengan penerbangan serupa di Cengkareng, Surabaya, Denpasar, Makassar, Kuala Namu Medan dan Palembang. Pengoperasian bandara 24 jam juga diharapkan meningkatkan daya saing Batam yang lebih efisien dalam operasi penerbangan.
 

Pemerintah pusat sendiri menargetkan, hak pengelolaan wilayah udara kawasan Batam dan Natuna sepenuhnya dikelola dalam negeri, mulai 2016. Wilayah udara akan diambil alih dari tangan Malaysia dan Singapura.

“Kami yang berada di kawasan tersebut akan membantu agar target tersebut bisa dicapai. Sehingga Indonesia mampu mengontrol seluruh ruang udaranya sendiri,” kata dia. 



Sumber : JKGR

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Web Hosting Coupons