Total Pageviews

Friday, January 23, 2015

AS Ingin RI Pererat Kerjasama Berantas ISIS

AS Ingin RI Pererat Kerjasama Berantas ISISWakil Menteri Pertahanan Amerika Serikat bidang keamanan kawasan Asia dan Pasifik, David B. Shear, menyambangi Indonesia untuk kali pertama. Dalam kunjungan selama empat hari di Jakarta, mantan Duta Besar AS untuk Vietnam tersebut dijadwalkan bertemu dengan beberapa pejabat penting Indonesia, khususnya di bidang pertahanan. 

Hal itu disampaikan Shear dalam pertemuan terbatas dengan media, termasuk VIVA.co.id, di Hotel Keraton, Thamrin, Jakarta Pusat pada Jumat, 23 Januari 2015. Dia menjelaskan begitu dilantik oleh Presiden Barack Obama pada September 2014, dia ingin secepatnya mengunjungi Indonesia. 

"Pertama, karena saya belum pernah berkunjung ke Indonesia, sehingga ini menjadi kunjungan saya yang pertama ke Jakarta. Selain itu, karena Indonesia dianggap merupakan mitra penting kami yang setara di kawasan Asia Tenggara," ujar Shear.  

Untuk, tetap bisa mempertahankan hubungan kemitraan strategis yang telah dijalin sejak tahun 2010 lalu, dia menyebut Pemerintah AS bersedia melakukan yang terbaik. Dia memulai agenda kerjanya pada Kamis, 22 Januari 2015 dengan bertemu Kepala Staf Kepresidenan, Luhut Binsar Panjaitan. 

"Pagi tadi, saya juga sudah bertemu dengan Jenderal TNI Moeldoko dan siang ini bertemu dengan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu," papar Shear. 

Dia mengungkap salah satu isu yang dibahas dalam setiap pertemuan tersebut menyangkut masalah aksi terorisme. Kedua negara, ujar Shear, memiliki kemitraan yang panjang dan sukses di bidang penanggulangan terorisme.

"Salah satu isu yang menjadi keprihatinan bersama yakni menyangkut perkembangan kelompok militan Islamic State of Iraq and al Sham (ISIS). Kedua negara memiliki kepentingan yang sama untuk memberantas ISIS. Hal tersebut diwujudkan dengan melakukan koordinasi dan kerjasama yang kuat dalam isu tersebut," kata dia. 

Koordinasi yang baik antar negara, lanjut Shear, direalisasikan dengan saling bertukar informasi di antara para penegak hukum.  

"Ini merupakan upaya yang fundamental bagi kedua negara," imbuh dia. 

Kekhawatiran lain yang dimiliki Negeri Paman Sam, yakni kembalinya para pejuang asing yang kembali ke negara asalnya dan kemudian membuat teror di sana.

"AS memantau setiap individu dan siap membantu negara dalam hal pemantauan serta pengendalian teror. Oleh sebab itu, kami terus bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia secara intensif," kata dia. 

Dalam kesempatan itu, Shear kembali menegaskan harapannya supaya Pemerintah RI terus berkeinginan supaya kerjasama pertukaran informasi itu terus dipertahankan. 

Kerjasama dalam penanggulangan teror, kata Shear, telah terjalin di antara kedua negara sejak lama, khususnya pasca peristiwa kemanusiaan serangan ke menara kembar World Trade Centre pada 11 September 2001 silam.

Isu lain, yang kemungkinan masuk ke dalam agendanya yakni mengenai kerjasama dalam pemberantasan terhadap tindak pembajakan, khususnya kawasan Selat Malaka. Negeri Paman Sam, kata Shear, siap bekerja sama dengan pemerintah negara yang berada di sekitar area tersebut. 

Dalam hal ini, maka AS menyatakan siap berkoordinasi dengan Pemerintah Singapura, Malaysia dan Indonesia. 

"Selain itu, kami juga siap mengerahkan armada operasi komando ke-7," kata Shear.


Sumber: Viva

Wamenhan AS Jamin Tidak Ada Lagi Embargo atas RI

Wamenhan AS Jamin Tidak Ada Lagi Embargo atas RIPejabat tinggi Departemen Pertahanan Amerika Serikat, David B. Shear, mengatakan tidak ada lagi embargo alutsista militer kepada Indonesia. Sebagai negara pemasok perlengkapan militer yang handal, kata Shear, mereka akan selalu menyediakan alutsista canggih dan dapat diandalkan oleh negara sekutu dan mitranya.

Demikian ungkap Shear, yang ditemui dalam pertemuan media terbatas, termasuk dengan VIVA.co.id di Hotel Keraton, kawasan Thamrin, Jakarta Pusat pada Jumat, 23 Januari 2015. 

"Sulit bagi kami membayangkan untuk menjatuhkan embargo kepada negara mitra sepenting Indonesia. Kami pasti akan melakukan apa pun yang kami mampu untuk memastikan dukungan peralatan dan perawatan yang dapat diandalkan dikirim ke Indonesia," ujar Wakil Menteri Pertahanan AS bidang keamanan Asia dan Pasifik itu.

Terkait dengan pengiriman alutsista militer, mantan Menhan Chuck Hagel, dalam kunjungannya ke Indonesia tahun 2013 lalu, mengumumkan Pemerintah Negeri Paman Sam merestui penjualan  8 unit helikopter tempur Apache. Mantan Wamenhan RI, Sjafrie Sjamsoeddin kala itu, mengatakan pembelian 8 heli tersebut seharga US$500 juta atau sekitar Rp5,4 triliun. 

"Oktober 2014 sudah mulai tiba di Indonesia. Pengiriman dilakukan secara bertahap, lengkap dengan persenjataan dan suku cadang," kata Sjafrie saat itu. 

Di tahun 2011, DPR RI juga sudah menyetujui pembelian 6 unit pesawat tempur baru berjenis F-16 Bloc 52 senilai US$430 juta atau Rp3,8 triliun. Semua pembelian ini, dilakukan untuk memodernisasi alutsista TNI yang sudah usang.

Negeri Paman Sam pernah menjatuhkan embargo senjata kepada Indonesia sejak tahun 1999 hingga 2005. Hal itu lantaran pelanggaran HAM yang dilakukan ABRI dalam kasus tindak kekerasan di Timor Timur. 

Belajar dari pengalaman itu, Kementerian Pertahanan RI, tidak lagi mengandalkan pembelian senjata dari satu negara.



Sumber: Viva

Thursday, January 22, 2015

PT PAL Mulai Bangun Kapal Perang Pesanan Filipina

SSV pesanan FilipinaPT PAL Indonesia (Persero) menorehkan sejarah dengan melakukan First Steel Cutting Strategic Sealift Vessel-1 (SSV), sebagai penanda dimulainya proses produksi kapal pertama pesanan Kementerian Pertahanan Filipina dari total 2 unit SSV. Menjadi sebuah prestasi sekaligus tantangan bagi PT PAL dalam memproduksi SSV pesanan Filipina, mengingat pesanan ini sebagai produk ekspor Industri Alutsista Matra Laut yang pertama.
Acara ditandai dengan First Steel Cutting (pemotongan plat baja pertama) oleh Kepala Staff Angkatan Laut Filipina Laksamana Madya Jesus C. Millan, yang juga dihadiri oleh Menko Bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo, KASAL Laksamana Madya TNI Ade Supandi, Dubes RI untuk Filipina Jhonny Lumintang, serta Komisaris Utama Laksamana Marsetio, turut hadir juga Wali Kota  Surabaya Tri Rismaharini.

Setelah berhasil memenangkan seleksi lelang internasional yang ketat dan panjang, maka produksi SSV ini dapat terlaksana. Kapal yang berukuran 123 meter dan lebar 21,8 meter ini akan diawaki oleh 121 kru dengan mengangkut daya angkut 500 pasukan. Kapal ini mampu melaju selama 30 hari dengan jarak 9.360 mil laut dengan kecepatan maksimal 16 knot dengan mesin berkapasitas 2 x 2.920 kW. Kapal dengan tipe pengangkut ini berkapasitas 10.300 ton dengan draft 6 meter, mampu mengangkut 4 tank, 4 truk, 1 mobile hospital, 2 jeep dan 2 helikopter.
Kepala Staff Angkatan Laut Filipina Laksamana Madya Jesus C. Millan menuturkan kapal ini nantinya sebagai pemodernisasi alutsista Filipina yang dapat meningkatkan kemampuan pertahanan Filipina. "Dua kapal ini nantinya dapat meningkatkan kemampuan Angkatan Laut. Kapal ini akan sangat bermanfaat dalam pengangkutan logistik ke beberapa pulau di Filipina," sambungnya. Sementara itu, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman, Indroyono Soesilo mengungkapkan proyek ini akan menjadi pembuka kerjasama yang baik sebagai bukti Indonesia sebagai negara poros maritim dunia. "Pemesanan 2 kapal ini diharapkan membuka kerjasama lain dalam kemaritiman yang dapat memperkuat hubungan antar negara," tegasnya.

SSV ini merupakan pengembangan atas desain dan teknologi dari kapal jenis LPD (Landing Platform Dock) yang telah diserahkan oleh PAL kepada TNI AL pada tahun 2011 silam. Dua unit LPD yang telah beroperasi itu adalah KRI Banda Aceh 593 yang saat ini tengah aktif melakukan evakuasi korban pesawat Air Asia QZ8501, serta KRI Banjarmasin 592 yang sukses didemonstrasikan ke Angkatan Laut Filipina serta membantu misi pembebasan pembajakan perompak di Somalia, serta misi kebudayaan ke berbagai negara di belahan dunia.

Dengan berbagai pengalaman yang dimiliki dalam membangun berbagai jenis dan tipe kapal perang yang telah beroperasi baik yang digunakan oleh TNI AL,  Bea & Cukai maupun Kepolisian, maka kapal pesanan Kementerian Pertahanan Filipina ini akan dilengkapi peralatan dan persenjataan yang lebih canggih dan komplek, dan dapat lebih mengakomodasi kepentingan pemesan yang mampu mengarungi samudera lepas maupun perairan internasional serta mampu melakukan koordinasi baik dalam operasi militer dan non militer menuju peradaban dunia yang lebih baik.



Sumber: PT PAL

KRI Frans Kaisiepo (Kelas SIGMA) Mengalami Kerusakan Kubah Sonar

KRI Frans Kaisiepo 368
Korvet Kelas Diponegoro (Kelas SIGMA 9113) TNI AL, KRI Frans Kaisiepo 368, mengalami kerusakan kubah sonar saat akan bergabung dalam misi pencarian pesawat Air Asia QZ8501, sumber di TNI AL mengonfirmasi kepada IHS Jane pada 21 Januari 2015.

KRI Frans Kaisiepo 368 sedang dalam perjalanan ke Laut Jawa untuk membantu "saudaranya" KRI Sultan Hasanuddin 366 pada tanggal 4 Januari. TNI AL telah banyak berkontribusi dalam upaya evakuasi korban dan pesawat Air Asia yang jatuh ke laut pada 28 Desember lalu dalam penerbangannya dari Surabaya ke Singapura.

IHS Jane menyebutkan bahwa korvet 1.700 ton dengan panjang 90,71 m tersebut kandas saat berlayar di Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS), jalur ramai dari Pelabuhan Tanjung Perak.

KRI Frans Kaisiepo 368 dilengkapi dengan sistem sonar hull-mount Thales Kingclip. Kapal ini dibangun oleh galangan kapal Belanda Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS) dan merupakan yang terbaru dari Kelas SIGMA 9113 yang resmi ditugaskan TNI AL pada Maret 2009. TNI AL saat ini mengoperasikan empat kapal dari kelas ini, disebarkan secara bergiliran sejak tahun 2009 dalam misi United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL) di Lebanon.

Seorang sumber dari dari kantor humas TNI AL mengatakan kepada IHS Jane bahwa saat ini telah terjadi kerusakan pada kubah sonar KRI Frans Kaisiepo 368, namun sistem cylindrical array tampaknya tidak terpenagruh. "Kemampuan kapal untuk pencarian bawah air dan anti kapal selam seharusnya masih dapat berfungsi seperti biasa," kata sumber TNI AL tersebut.

KRI Frans Kaisiepo 368 telah di-drydock di galangan kapal PT PAL Surabaya sejak 5 Januari, di mana disana ia menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Menurut IHS Jane, TNI AL belum dapat mengonfirmasi kapan kapal ini dapat bertugas kembali.

Lokasi di mana KRI Frans Kaisiepo kandas di APBS dikenal sebagai Buoy 8, area yang dikenal rentan mengalami pendangkalan.

Untuk lebih memudahkan pergerakan kapal di APBS, pada Mei 2014 operator pelabuhan Tanjung Perak PT Pelabuhan Indonesia III mengontrak perusahaan Belanda Van Oord Dredging and Marine Contractors BV untuk memperluas dan memperdalam jalur ini. Saat ini pekerjaan masih berlangsung.
 
 
Sumber: Artileri

Wednesday, January 21, 2015

Kecanggihan Kapal OSV 190 SC-WB TNI AL

OSV 190 SC-WB TNI AL

Pada 11 Desember 2014 lalu, galangan kapal OCEA bertempat di Les Sables d'Olonne di pantai barat Prancis, meluncurkan kapal pertama dari dua kapal kapal Offshore Survey Vessels (OSV) 190 SC-WB atau kapal Bantu Hidro Oseanografi (BHO) untuk TNI AL. Acara peluncuran ditandai dengan pemotongan tali menggunakan kapak oleh KASAL Laksamana TNI Dr. Marsetio sebagai tanda simbolis.

OCEA memenangkan tender pengadaan kapal BHO ini setelah menyisihkan 8 pesaing lainnya (3 dari Korea Selatan, 1 dari Jerman, 4 dari Prancis termasuk OCEA, dan 1 dari Belanda) dalam tender internasional pada 2011 silam.

Setelah menganalisa tawaran yang diajukan masing-masing calon, akhirnya Kementerian Pertahanan Indonesia mengerucutkan pilihan menjadi tiga (2 dari Korea Selatan dan OCEA) untuk bersaing dalam kompetisi akhir. OCEA adalah satu-satunya kandidat yang menawarkan kapal aluminium.

OCEA akhirnya terpilih menjadi pemenang tender dan menandatangani kontrak dengan TNI AL pada tanggal 1 Agustus 2012. Kontrak ini berupa pembangunan dan pengiriman dua kapal OSV 190 SC-WB dengan peralatan lengkap untuk misi penelitian oseanografi dan hidrografi serta hal-hal lainnya terkait kebutuhan TNI AL khususnya.

Lunas kapal OSV 190 yang pertama diletakkan pada bulan Oktober 2013, sedangkan adiknya baru akan diluncurkan (selesai) pada kuartal kedua 2015. Pengiriman OSV 190 pertama ke Indonesia dijadwalkan pada bulan Maret 2015, sedangkan kapal kedua kemungkinan baru dikirimkan pada kuartal ketiga 2015.
OSV 190 SC-WB TNI AL

OSV 190 dilengkapi dengan berbagai peralatan survei hidro-oseanografi terbaru yang dapat digunakan untuk pengumpulan data perairan sampai dengan laut dalam (deep water) hingga 6.000 m. Mampu mendeteksi benda-benda di laut, pesawat jatuh dan lain-lain. Juga dilengkapi dengan teknologi multi bim yang bisa mencatat gelombang dan frekuensi bawah laut dengan tepat. OSV 190 termasuk kapal jenis MPRV (Multi Purpose Research Vessel) yang menjadi sejarah baru di jajaran kapal-kapal TNI AL.

Misi OSV 190 SC-WB, diantaranya:
  • Survei hidrografi
  • Studi oseanografi
  • Studi geofisika
  • Survei perikanan
  • Patroli ZEE
  • Dukungan operasi scuba diving
  • External fire-fighting
  • Helicopter winching operations
  • Towing ships.
Untuk menjalankan tugasnya yang kompleks tersebut kapal BHO TNI AL ini dilengkapi dengan berbagai peralatan teknis dan ilmiah yang tercanggih, diantaranya:
  • AUV (autonomous underwater vehicle) dari Kongsberg - untuk menjalankan misi bawah air secara otonom. Melaksanakan pencitraan bawah laut sampai dengan kedalaman 1.000 meter dan mengirimkan kembali data secara periodik ke kapal utama dalam hal ini OSV 190.
  • ROV (Remotely Operated Vehicle) dari ECA - robot bawah air dengan remot kontrol yang dilengkapi kamera bawah air, sehingga dapat memberikan informasi visual kondisi di dalam laut, serta mampu mengambil contoh material dasar laut sebagai bahan penelitian, dengan kemampuan sampai dengan kedalaman 1.000 meter.
  • Hydrographic craft 8 meter - yang dilengkapi dengan teknologi pengumpulan data di daerah dangkal sepanjang pantai. Didesain oleh OCEA, dua hydrographic craft ini (masing-masing satu pada tiap kapal) akan dibangun di Indonesia.
  • Berbagai sensor terintegrasi (terpasang di bawah lunas di haluan) untuk analisis dan data recovering.
Di dalam kontrak juga tertuang dukungan logistik, yang berupa:
  • Dokumentasi teknis untuk operasi dan pemeliharaan
  • Pelatihan kru: teknis dan ilmiah (40 pelaut per kapal)
  • Pelatihan pemeliharaan (16 orang per kapal)
  • On site technical assistance.
Dalam merealisasikan kontrak ini, OCEA bermitra dengan Angkatan Laut Prancis untuk pemilihan peralatan ilmiah dan juga untuk membantu pelatihan ilmiah kru dan bantuan teknis lainnya kepada Indonesia.
OSV 190 SC-WB
Kedua kapal ini merupakan proyek ambisius TNI AL untuk membangun armada oseanografi dan hidrografi. Indonesia, dengan lebih dari 17.000 pulau, kebutuhan akan kapal BHO ini sangatlah mendesak, seperti yang ditunjukkan dalam misi operasi pencarian pesawat Air Asia QZ8501.

Performa OSV 190 SC-WB:
  • Excellent sea-keeping.
  • Manuver tinggi. Dalam bermanuver, kapal BHO ini dilengkapi dengan Dynamic Position, Auto Pilot 70 dan stabilitas kapal menggunakan Anti Rolling Tank.
  • Daya tahan 20 hari.
  • Meluncurkan dan merecovery peralatan penelitian dan robot tele-operated.
  • Mengambil, menyimpan, dan menganalisis sampel (air, sedimen, dan ikan).
  • Lifting dan towing berbagai jenis peralatan khusus.
  • Divers support.
  • Mampu membawa shipping containers (misi kemas).
Karakteristik  OSV 190 SC-WB:
  • Bobot benaman: 515 ton
  • Panjang keseluruhan: 60,1 m
  • Lebar: 11,5 m
  • Draft: 3,5 m
  • Diesel capacity: 135.000 l
  • Water capacity: 35.000 l
  • Kecepatan: 16 knot (2 mesin MTU 8V4000M53)
  • Kru: 40 orang
  • Kapasitas penumpang dan VIP: 11 orang.
Kapal BHO yang dilengkapi laboratorium-laboratorium canggih ini juga dilengkapi dengan persenjataan metraliur kaliber 20 mm dan kaliber 12,7 mm. Disebutkan pula bahwa BHO ini juga akan dilengkapi dengan kemampuan ASW (anti kapal selam), meskipun belum ada rincian lebih lanjut terkait fitur ini.

Saat ini data pemetaan laut Indonesia sudah tidak di-update berpuluh-puluh tahun, terutama di perairan kawasan timur. Dengan adanya dua BHO canggih ini, Indonesia akan bisa memperbarui data-data pemetaan bawah laut di semua perairan. Seandainya terjadi perang, TNI sudah memiliki data-data dari survei dan pemetaan ini, sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat.



Sumber: Artileri

Mengintip Belanja Militer Jokowi

Perkuatan militer Indonesia terus berlanjut dan diperkirakan akan lebih seru dari periode sebelumnya. Presiden Jokowi sudah bertekad menjadikan militer Indonesia bergigi dan bertaring dengan melakukan pembelanjaan alutsista.  Prediksi nilai belanja itu minimal mencapai US$ 20 milyar mulai tahun ini dan lima tahun ke depan. Orang dekatnya Andi Widjajanto adalah salah satu pemberi semangat Presiden yang menguasai betul seluk beluk pertahanan karena dia memang seorang cendikiawan pertahanan yang menginginkan kekuatan militer kita gahar.
Saat ini kita sedang menunggu kedatangan lanjutan berbagai alutsista yang sudah dipesan sebelumnya antara lain jet tempur F16 setara blok 52, MBT Leopard 2, Roket Astross, Artileri Caesar Nexter, Hercules, CN295, Radar dan lain lain. Pembangunan 3 kapal selam Changbogo juga sedang berlangsung saat ini di Korea Selatan.  Untuk percepatan target perolehan 8 kapal selam sampai tahun 2020, Indonesia diperkirakan akan mengakuisisi minimal 2 kapal selam jenis lain selain Changbogo.
Sukhoi dan F16, melintas gagah
Dengan visi poros maritim sebagai pemersatu pulau-pulau nusantara maka Angkatan Laut dipastikan akan mendapatkan perolehan alutsista kapal perang yang lebih berkualitas. Kita memerlukan lebih banyak kapal perang berkualifikasi fregat atau destroyer, maka prediksi lima tahun ke depan ini akan ada akuisisi 7-8 kapal fregat bekas pakai bersama 2-3 kapal destroyer.  Sementara kapal perang kelas KCR yang sudah mampu dibuat di tanah air akan lebih fokus dengan ukuran 50-60 meter.  Untuk lima tahun ke depan tidak sulit membuat 20-25 KCR di beberapa galangan kapal swasta nasional.
Penambahan kekuatan divisi Marinir menjadi tiga divisi sejalan dengan pemekaran armada tempur laut menjadi tiga armada tentu memerlukan isian alutsista dan komponen pendukungnya. Korps Marinir diperkirakan akan menambah persenjataan kavaleri dan artilerinya dengan penambahan alutsista minimal untuk 2-3 batalyon termasuk peluru kendali anti serangan udara untuk melindungi pangkalan angkatan laut di beberapa tempat.
Bakamla yang dibentuk pertengahan Desember tahun lalu sudah memastikan akan membangun sedikitnya 30 kapal patroli pantai berbagai ukuran untuk memperkuat armada kapal jenis BMI (Buru Maling Ikan).  Itu diluar dari hibah 10 kapal patroli non rudal yang dihibahkan dari TNI AL.  Dengan begitu dalam lima tahun ke depan sudah tersedia 50-60 kapal penjaga pantai BMI. Yang menggembirakan tentu adalah bahwa 30 kapal patroli BMI yang mau dibuat itu akan ditenderkan kepada galangan kapal swasta nasional di tanah air.
2 Fregat A Yani Class berparade
Matra udara diperkirakan akan memperoleh 1 skuadron jet tempur Sukhoi SU35 dan 2 skuadron jet tempur lainnya, bisa dari jenis F16 blok 60, Gripen atau Typhoon. Jet tempur Sukhoi SU35 sangat diperlukan sebagai bagian dari perkuatan Sukhoi Family dan untuk menjawab akuisisi jet tempur siluman F35 dari dua negara tetangga Singapura dan Australia.  Tidak hanya itu TNI AU akan memperkuat alat pandang dengarnya dengan menggelar radar-radar terbarunya termasuk satuan radar dan rudal yang bersifat mobile.  Nunukan adalah satu contoh pergelaran satuan radar dan rudal mobile dalam satu paket.
Pembangunan pangkalan militer di Natuna diharapkan akan menjadi home base permanen jet tempur dan kapal perang.  TNI AD juga memperkuat pulau besar terluar di Laut Cina Selatan ini dengan menempatkan 1 batalyon infantri permanen, 1 skuadron heli serbu dan kemungkinan tambahan 1 batalyon arhanud. Natuna adalah pertaruhan agar keterjagaan eksistensi teritori tidak diusik dan diremehkan. Maka sudah sepantasnya disiapkan lebih dini infrastruktur militer dan berbagai alutsista modern di pulau itu.  Yang menarik tentu perkuatan instalasi militer di Natuna membawa nilai gentar bagi Malaysia karena  menjadi sekat militer yang bisa menghalangi jalur logisik Semenanjung dengan Serawak, Sabah jika terjadi konflik kedua negara.
Modernisasi militer Indonesia yang diamati cermat oleh beberapa negara tetangga, lebih sering dipublikasikan oleh media militer luar negeri termasuk ulasan pengamat militernya.  Dalam pandangan kita tentu perkuatan militer itu untuk memastikan jaminan keyakinan kemampuan pada kekuatan militer yang dimiliki,mampu mempertahankan teritori NKRI.  Dalam pandangan beberapa jiran tujuan mulia itu tentu diapresiasi tetapi mereka juga memantau ketat pergerakan arah kiblat kekuatan militer Indonesia disamping sejauh mana kekuatan itu berpotensi menjadi ancaman mereka.
LPD dan Tank Amfibi BMP3F, luar biasa
Kita berpendapat sesungguhnya 70% kiblat alutsista Indonesia tetap ke Barat sedang sisanya adalah keinginan mandiri dan menyeimbangkan perolehan alutsista dengan Rusia dan Korea Selatan. Dengan Cina kita berupaya melakukan kerjasama militer, sayangnya negeri semilyar umat itu terlalu berhitung untung rugi.  Misalnya dalam transfer teknologi peluru kendali anti kapal C705. Sejauh ini hanya Korea Selatan yang lebih terbuka dalam manajemen kerjasama militer sementara Rusia kelihatannya baru membuka diri, jadi perlu bukti.
Sesungguhnya belanja militer Indonesia saat ini sedang diintip ketat oleh negara produsen alutsista.  Banyak yang kembali menawarkan seikat kembang merah dengan janji madu transfer teknologi.  Ujian terbesar dari pihak kita sebenarnya adalah mempertahankan nilai istiqomah ToT dan pengutamaan produksi dalam negeri.  Kita akan melihat sejauh mana keistiqomahan itu tetap dipegang karena sebelumnya sudah terbangun mekanisme kerjasama alih teknologi. Sementara produksi dalam negeri sudah berjalan bagus seperti Panser Pindad, KCR40, KCR60, Roket Rhan. Pengembangan alutsista berteknologi produksi dalam negeri pertaruhannya ada di periode ini,misalnya tank Pindad, peluru kendali, kapal perang PKR 10514, kapal selam.  Dan itu salah satu sebab mengapa kita perlu mengintip belanja militer Jokowi.
 
 
Sumber: Analisis

Tuesday, January 20, 2015

Dukung Program Maritim RI, AS Bantu Rp441 Miliar

Dukung Program Maritim RI, AS Bantu Rp441 MiliarPemerintah Amerika Serikat menyatakan dukungan bagi Indonesia dalam pembangunan maritim dan perikanan. Maka AS sudah memberi bantuan atas program itu.

"Kami sudah memberikan bantuan untuk sektor maritim dan untuk perlindungan ikan sebesar US$35 juta [sekitar Rp441 miliar]," kata Duta Besar (Dubes) AS untuk Indonesia, Robert O. Blake, di Sekolah Tinggi Kelautan (STP), Pasar Minggu Jakarta, Selasa 20 Januari 2015.

Pemerintah AS juga akan membantu pemberantasan penangkapan ikan tanpa izin (illegal fishing) di Indonesia. "Kami akan bantu pemberantasan atas penangkapan ikan yang tak berizin atau melanggar hukum (unreported and unregulated fishing)  di laut Indonesia," kata Blake.

Selain itu, lanjut Blake, AS akan melakukan kerja sama dalam dunia pendidikan, sehingga sumber daya manusia (SDM) memiliki kualitas baik.

"Kami akan memberikan beasiswa kepada para mahasiswa master dan doktor untuk menimba ilmu di salah perguruan tinggi di AS, seperti Mississipi State University. Dan nantinya para lulusan tersebut bisa menerapkan ilmunya di Indonesia," tuturnya.

Dengan program dukungan dan bantuan dari AS, Blake mengatakan, Presiden Joko Widodo sangat tertarik dengan program tersebut.

"Kami akan mendonasikan dana bantuan tambahan sebesar  US$33 juta. Dan dananya sekarang sedang dalam proses, supaya bisa cepat keluar," lanjut Blake.



Sumber: Vivanews

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Web Hosting Coupons