Total Pageviews

Tuesday, February 24, 2015

Simulasi Hanudnas dengan MANPADS QW-3

Rudal "Kiwi III"
Dalam menggelar simulasi latihan Pertahanan Udara Nasional (Hanudnas), TNI AU menampilkan senjata QW-3 (Qian Wei 3) buatan China. QW-3 merupakan Man-portable air-defense systems (MANPADS) atau sistem rudal panggul pertahanan udara yang mampu menghancurkan target udara yang masuk.

Letkol Datasemen Lanud 472 Paskhas Wing II Makassar, Iwan setiawan mengungkapkan, MANPADS QW-3 mampu mendeteksi objek asing yang masuk dengan kemampuan deteksi sejauh 35 kilometer.

"Dalam mendeteksi objek asing ini dibantu dengan radar yaitu smart hunter. Smart hunter berfungsi untuk mendeteksi apabila ada sasaran dengan jarak 35 kilometer. Setelah dideteksi oleh radar smart hunter akan ditransfer ke penembak rudal QW yang didalam rudal ini ada mikro displaynya, sehingga jarak ketinggian sudah dapat terlihat," ucapnya kepada Tribun Kaltim.

Dikatakan, Iwan Setiawan, dalam mengoperasikan rudal QW-3, anggota TNI AU harus terlebih dahulu dilatih cara penggunaannya. Untuk mengetahui cara penggunaan ini, TNI AU melakukan latihan di China selama satu bulan.

"Yang dapat menggunakan rudal QW-3 ini ada empat datasemen Lanud. Yaitu Lanud 471 di Jakarta, 472 Makassar, 473 di Pontianak, 474 di Jogjakarta. Mereka ini semuanya telah mengikuti pelatihan maintenance dan pengoperasiannya," ujarnya.

MANPADS QW-3 adalah rudal buatan CPMIEC (China National Machinery Import and Export) RRC yang merupakan salah satu alutsista yang dimiliki oleh Korps Paskhas TNI AU. Rudal ini adalah rudal permukaan ke udara jarak pendek yang mampu menghadapi sasaran pesawat tempur berkecepatan tinggi, dengan jarak jangkauan 8 km yang dilengkapi alat pemandu semi aktif laser (heat seeker) pada moncongnya serta anti jamming dan teknologi micro computer sehingga akan sulit bagi pesawat sasaran untuk lolos dari pengejaran apabila sudah terkunci (locked) oleh rudal ini.



Sumber: Artileri

Thursday, February 19, 2015

Sejumlah Lanud di Perbatasan Akan Naik Status



Pangkalan udara di perbatasan yang akan ditingkatkan statusnya adalah Lanud Ranai, Lanud Tarakan, Lanud Leo Wattimena Morotai, dan Lanud Merauke (photo : Jeff Prananda)

Kasau : Kembangkan Satuan Untuk Optimalisasi

Untuk menunjang poros maritim, TNI Angkatan Udara akan mengembangkan beberapa satuan untuk mengoptimalisasikan kinerja satuan, seperti meningkatkan status beberapa pangkalan TNI AU di wilayah perbatasan. 

Demikian disampaikan Kasau pada pengarahannya kepada para perwira tinggi dan kolonel dalam mengkaji organisasi TNI AU mendatang, di Mabesau Cilangkap. Rabu (18/2). 

Pangkalan udara di perbatasan yang akan ditingkatkan statusnya adalah Lanud Ranai, Lanud Tarakan, Lanud Leo Wattimena Morotai, dan Lanud Merauke, sedangkan yang segera akan ditingkatkan menjadi tipe A adalah Lanud Supadio Pontianak, Lanud Rusmin Nurjadin Pekan Baru, dan Lanud Suyadarma kalijati. 

Untuk tingkat Kotama juga akan ditambah jabatan para staf ahli untuk mendukung tugas-tugas Kotama, sedangkan kegiatan pengadaan alutsista akan dibentuk satuan tugas (Satgas) yang membawahi kepala proyek (Kayek), agar tidak terdapat jabatan rangkap seperti para Kasubdis merangkap sebagai kayek, ujar Kasau. 

Dibidang pendidikan, Wing Pendidikan Tehnik dan Perbekalan (Wingdiktekkal) akan dipisahkan menjadi Wing Pendidikan Tehnik dan Wing Pendidikan Perbekalan. 

Sedangkan beban kerja yang dilaksanakan oleh Bekmatpus (Perbekalan materiil Pusat) akan semakin besar, mengingat seluruh pengadaan materiil masuk melalui Bekmatpus. 

Kasau mengatakan, bahwa dengan bertambahnya alutsista maka pengadaan barang barang yang masuk melalui Bekmatpus semakin meningkat jumlahnya. 

Oleh sebab itu, melihat luasnya rentang satuan tugas serta beban kerja yang di emban oleh Kepala Bekmatpus, Kasau berencana untuk meningkatkan strata kepangkatannya. 

Kepala Bekmatpus yang saat ini berpangkat Kolonel, dapat ditingkatkan menjadi bintang satu, sedangkan Gudang Perbekalan Lanjutan (GPL) di pangkalan berpangkat Kolonel, ujar Kasau.

Sumber: (TNI AU)

TNI AD Terima 2 Kapal LCU 1.000 DWT dan 2 Tugboat



 ADRI XLVIII kapal LCU terbesar TNI AD

KASAD Terima 2 Kapal LCU dan 2 Tug Boat Hasil Karya Anak Bangsa

Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menerima penyerahan alutsista baru berupa dua buah Kapal pendarat serbaguna 1000 Dead Weight Tonnage (DWT) yaitu KM ADRI XLVIII dan ADRI XLIX, dan dua buah Tug Boat yaitu AD1 dan AD2, serta suku cadang dari PT. Putrindo Adiyasa Perkasa di Galangan II PT. Dok Kodja Bahari Tanjung Priok, Rabu (18/2).

Usai penyerahan dan penandatangan naskah serah terima kapal, maka kapal-kapal serta suku cadang yang merupakan pengadaan dari Kementerian Pertahanan RI ini, resmi diserahkan kepada TNI AD untuk memperkuat Direktorat Perbekalan dan Angkutan Angkatan Darat (Ditbekangad) sebagai kekuatan alat angkut air di jajaran TNI AD.

Dalam sambutannya, Kasad menyatakan bahwa kapal-kapal ini merupakan hasil karya dan kerjasama anak negeri yaitu personel Ditbekangad dengan para tenaga ahli dan pelaksana pembangunan dari PT. Putrindo Adiyasa Perkasa, PT. Tesco Indomaritim, PT. Dok Kodja Bahari dan PT Pindad. Penyerahan kapal ini juga menjadi bukti dukungan dan komitmen TNI AD dalam mendukung industri nasional dalam pengadaan berbagai peralatan pertahanan dan alutsista.


Kapal LCU 1000 DWT TNI AD

Dikatakan Kasad bahwa kebutuhan kapal sebagai alat angkut air sangatlah krusial dalam pelaksanaan tugas TNI AD, baik untuk sarana transportasi/mobilisasi (pergeseran pasukan) maupun sebagai sarana untuk mengangkut logistik ke seluruh pelosok tanah air. Hal ini mengingat kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh perairan. Itulah mengapa penambahan dua unit kapal ini sangat berarti bagi TNI AD, khususnya Ditbekangad, dalam meningkatkan kinerjanya untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok TNI AD.

Kasad juga berharap ke depannya, pengadaan alat angkut air seperti ini harus ditingkatkan jumlahnya sesuai kebutuhan, namun dengan tetap memperhatikan kualitasnya, sesuai dengan tuntutan modernisasi yang tengah digalakkan di lingkungan TNI AD.


Kapal LCU 1000 DWT TNI AD

Sebelum mengakhiri sambutannya, Kasad menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Menteri Pertahanan RI yang telah mendukung program pengadaan dua unit kapal pendarat serbaguna 1.000 DWT, Tug Boat dan suku cadang ini. Selain itu Kasad juga mengucapkan terima kasih kepada Dirbekangad dan segenap Direksi PT pendukung yaitu PT. Putrindo Adiyasa Perkasa, PT. Tesco Indomaritim, PT. Dok Kodja Bahari dan PT Pindad, seraya berharap kerjasama yang telah terjalin baik ini dapat terus dilanjutkan, bahkan lebih ditingkatkan lagi di masa yang akan datang.

Khusus kepada Dirbekangad dan jajarannya, Kasad berpesan agar memelihara dan mengoperasionalkan armada kapal ADRI XLVIII dan ADRI XLIX ini dengan sebaik-baiknya dan sesuai aturan dan ketentuan yang berlaku, sehingga dapat memperpanjang usia pakai kapal dan terutama guna memastikan tidak terjadi permasalahan selama dalam pelayaran.

Sementara itu, Dirbekangad Brigadir Jenderal TNI Pasenga Talilah menyampaikan bahwa 
kedua kapal ini akan menjadi armada andalan Yonbekang-4/Air, dimana pengoperasionalan kapal ini akan berada di bawah satuan tersebut. Dirbekangad juga berharap dengan tambahan kapal ini, satuan Bekang akan semakin profesional dan dapat meningkatkan kinerja satuannya.
Spesifikasi kapal LCU 1000 DWT

Adapun spesifikasi kapal KM ADRI XLVIII dan ADRI XLIX yaitu memiliki panjang 68 meter, lebar 13,50 meter, tinggi geladak 5,70 meter, sarat air 2,75 meter. Kapal ini dilengkapi dengan mesin penggerak dengan ukuran 2 x 720 HP, kecepatan maksimal yang bisa dicapai yaitu 20 Knot, dengan tanki bahan bakar berkapasitas 250 ton, dan tanki air tawar berkapasitas hingga 432 ton, serta ruang palkah bervolume 1.450 m3.

Untuk muatan yang bisa diangkut oleh kapal pendarat serbaguna ini yaitu 300 orang pasukan dan perlengkapannya, 22 unit kendaraan truk seberat masing-masing 5 ton, 12 unit kendaraan tempur roda ban/rantai, atau bekal/materiil seberat 500 ton. Sementara jarak jelajah kapal ini bisa mencapai 3.000 mil laut.

Spesifikasi untuk Tug Boat AD1 dan AD2 yaitu, memiliki panjang seluruhnya (LOA) 15,20 meter, panjang antar garis (LPP) 13.80 meter, lebar luar (Mld) 5,15 meter, sara air atau design sepanjang 1,50 meter, dan kecepatan mencapai 6 knot.

Sumber: (TNI AD)

Monday, February 16, 2015

Kerjasama Pertahanan: Indonesia Berharap Jepang Tawarkan Pesawat Amfibi

Pesawat amfibi Jepang ShinMaywa US-2
Kementerian Pertahanan pada hari Jumat mengonfirmasi bahwa akan segera menandatangani sebuah perjanjian kerjasama pertahanan dengan Jepang.

"Jepang dan Indonesia telah sepakat untuk bekerjasama di bidang pertahanan. Kami masih menunggu penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU)," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Brigjen Djundan Eko Bintoro mengatakan kepada The Jakarta Post pada hari Jumat.

Djundan mengatakan bahwa kedua negara telah sepakat untuk bekerjasama dalam beberapa bidang termasuk bantuan kemanusiaan, pencegahan dan mitigasi bencana dan pertahanan cyber.

Dalam pencegahan dan mitigasi bencana, di bawah perjanjian yang direncanakan,  Jepang diharapkan untuk menawarkan pesawat amfibi dan teknologi sistem peringatan dini kepada Indonesia.

Djundan mengatakan bahwa tim dari kedua negara hampir merampungkan seluruh pekerjaan untuk rincian kesepakatan yang direncanakan.

"Rincian dari kerjasama telah disepakati tetapi belum ditandatangani. Kami masih belum tahu kapan itu akan ditandatangani," kata Djundan  tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Sebuah laporan yang belum dikonfirmasi menyatakan bahwa MoU antara Indonesia dan Jepang belum ditandatangani karena perombakan kabinet di Jepang dan badai politik di Indonesia.

Rancangan kerjasama sudah siap sejak tahun lalu

Pekan lalu, Duta Besar Indonesia untuk Jepang Yusron Ihza Mahendra bertemu dengan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu untuk membahas rincian kerjasama.

Dalam pertemuan tersebut, Yusron mengatakan kepada Ryamizard bahwa Jepang telah memiliki undang-undang baru yang memungkinkan bagi Jepang untuk mentransfer teknologi dari industri strategis Jepang kepada Indonesia dibawah payung perjanjian kerjasama.

Yusron mengisyaratkan bahwa penandatanganan perjanjian akan dilakukan selama kunjungan Presiden Jokowi ke Jepang mendatang, yang dijadwalkan pada bulan Maret atau April.

"Jika MoU tentang kerjasama pertahanan dapat ditandatangani , itu akan baik untuk perkembangan pertahanan dan perekonomian Indonesia," kata Yusron.

Ia juga berpendapat bahwa kemitraan pertahanan dapat meningkatkan posisi diplomatik Indonesia baik di tingkat regional maupun di tingkat internasional.

Yusron mengatakan bahwa di bawah perjanjian kerjasama pertahanan, Indonesia juga dapat mengimpor persenjataan dan instrumen pertahanan dari Jepang.

"Ini akan menjadi kesempatan besar. Misalnya, pembuat pesawat Indonesia PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dapat melakukan kerjasama dalam penelitian, produksi dan permodalan. Kerjasama di bidang pertahanan akan memiliki suasana yang sangat baik," kata Yusron seperti dikutip kantor berita Xinhua.

Pada April tahun lalu, pemerintah Jepang telah melunakkan sikap untuk prinsip-prinsip pengalihan alutsista, yang memungkinkan bagi Jepang untuk mengeskpor senjata dalam keadaan tertentu.

Di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Shinzo Abe, yang banyak mempertimbangkan kekuatan pertahanan, Jepang telah memulai perbaikan dalam strategi keamanan nasionalnya.

Untuk sebuah langkah bersejarah, kabinet tahun terakhirnya menyetujui ekspor peralatan militer dan melakukan kajian hukum yang menyimpulkan Jepang memiliki hak untuk menyebarkan kekuatan militernya di luar negeri untuk melindungi warga dan sekutunya dari serangan.

Di tahun ini, Indonesia dan Jepang akan memperingati ulang tahun ke-57 untuk hubungan diplomatik bilateral dan ulang tahun yang ke-42 untuk hubungan ASEAN dan Jepang.

DPR sebelumnya telah menyatakan dukungan untuk kerjasama Kementerian Pertahanan dengan Pakistan dan Timor Leste dengan meratifikasi payung hukum bagi kerjasama tersebut. Ratifikasi ini memungkinkan Indonesia untuk meningkatkan pelatihan mliter bersama, pertukaran informasi intelijen dan perdagangan senjata dengan Pakistan dan Timor Leste.



Sumber: Jakarta Post

Thursday, February 12, 2015

Beraninya TNI AU ancam tembak jatuh pesawat pembom Australia

Beraninya TNI AU ancam tembak jatuh pesawat pembom AustraliaTanggal 4 September 1999, menjadi peristiwa bersejarah bagi rakyat Timor Leste. Tepat pada hari itu pula, negeri yang terletak di Pulau Timor ini melepaskan diri dari Indonesia. Di mana dalam hasil jajak pendapat memperlihatkan 78,5 persen warganya ingin berpisah dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Namun, tidak semua orang mau menerima hasil itu, kelompok pro-integrasi malah menyerang kelompok anti-integrasi hingga membuat Dili, ibu kota Timor Leste, mencekam. Kekacauan yang terjadi di kota tersebut membuat Indonesia mendapat kecaman, bahkan Australia mengambil tindakan dengan mengusulkan pembentukan The International Force of East Timor (Interfet).

Pasukan ini terpaksa diterima Indonesia setelah serangkaian tekanan dan kritik keras dari Amerika Serikat, Australia, Inggris, Prancis, Jepang hingga PBB terhadap upaya pengamanan. Padahal, dalam perjanjian New York, Indonesia berjanji memberikan pengamanan selama berlangsungnya jajak pendapat.

Kehadiran Interfet justru membuat publik Tanah Air merasa gerah, rakyat merasa Indonesia sedang ditelanjangi habis-habisan oleh pasukan asing. Meski dikritik sana sini, pemerintah hanya diam. Namun, TNI saat itu masih bertindak tegas terhadap pasukan asing, terutama Australia yang ingin membawa pesawat pembomnya ke Timor Leste.

Ketika media sedang gencar memberitakan kedatangan pasukan Interfet, AU Australia meminta izin untuk membawa masuk pesawat pembom strategis jenis F-111C ke Timor Leste. Mendengar itu, Panglima Komando Operasi TNI-AU 2, Marsekal Madya Ian Santoso Perdanakusuma naik pitam, dia tidak memberikan izin pesawat tersebut untuk masuk.

"If you cross our border, I'll shoot you down," ancam Ian dengan tegas dan singkat, seperti disandur dalam buku 'Mengawali Integrasi Mengusung Reformasi: Pengabdian Alumni Akabri Pertama 1970', Cetakan Pertama, September 2012.

Ian yakin Australia tak akan berani menyeberangkan pesawat tersebut hingga ke Timor Leste. Tak mau disebut gertak sambal, dia pun memerintahkan 12 jet tempur, yakni A-4 Skyhawk, Hawk 200 serta F-16 Fighting Falcon lengkap dengan rudal, radar deteksi disiagakan. Bahkan, dia juga mempersiapkan Lanud di Makassar, Kupang, Surabaya, Malang dan Madiun sebagai tempat pendaratan alternatif.

Ian juga mempersiapkan pesawat Hercules C-130 di Lanud Abdurrahman Saleh di Malang agar bisa mendukung penerbangan A-4 Skyhawk. Selama mempersiapkan mesin perang tersebut, Ian juga telah memperhitungkan untung ruginya jika memang terjadi pertempuran di udara.

"Dua kali gempur. Saya yakin tidak akan ada yang ketiga, karena pasti sudah sama-sama habis," ucap putra pahlawan nasional Halim Perdanakusuma ini.

Mendapat ancaman itu, nyali Australia ciut juga. Mereka membatalkan pengiriman pesawat-pesawat tersebut ke Timor Leste. Meski begitu, TNI beberapa kali mendapati penerbangan gelap (black flight) di dekat wilayah udara Indonesia, diduga dilakukan militer Australia.



Sumber: Merdeka

Boeing Kembali Tawarkan Chinook

Delegasi Boeing kembali menawarkan helikopter Chinook (photo : DMC)

The Boeing Company Jajaki Kerjasama Helikopter Chinook dengan Indonesia

The Boeing Company yang diwakili Senior Executive of The Boeing Company Mr. Teong Tae Pak melakukan kunjungan kepada Menhan Ryamizard Ryacudu, Kamis (12/2), di Wisma Kemhan Jakarta. Maksud kunjungan delegasi The Boeing Company kepada Menhan kali ini adalah untuk menjajaki kemungkinan kerjasama dalam pengembangan armada darat dan laut berupa pesawat helikopter Chinook. 

Helikopter Chinook adalah pesawat angkut yang memiliki multifungsi sebagai pesawat dengan keunggulan kapasitas angkut yang besar, baik untuk personel maupun logistik. Heli ini juga mampu mengangkut (sling) pesawat tempur, kapal tempur, kendaraan tempur hingga tank seberat puluhan ton. Selain itu pesawat heli ini dirancang dengan kekhususan untuk mendukung kebutuhan nasional seperti evakuasi nasional dan bantuan misi kemanusiaan (Basarnas).

Sumber: (DMC)

TNI Dapat Tambahan Dana Rp 4,7 Triliun


Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq mengatakan Kementerian Pertahanan dan TNI mendapat tambahan dana Rp 4,725 triliun pada tahun ini. 
Ini diputuskan dalam rapat Badan Anggaran DPR dengan Kementerian Keuangan yang membahas tentang Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2015.

"Kami cukup senang dengan tambahan anggaran untuk pertahanan tersebut," kata Mahfudz kepada Tempo, Rabu malam, 11 Februari 2015. 

Meskipun tambahan anggaran itu lebih rendah dibanding permintaan Kementerian Pertahanan yang mencapai Rp 5,1 triliun.

Mahfudz mengaku belum tahu penggunaan tambahan anggaran itu. Menurut Mahfudz, Komisi I perlu menggelar rapat dengan Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan, semua asisten perencanaan Panglima TNI, dan ketiga kepala staf matra TNI.

"Nanti akan diputuskan tambahan anggaran itu akan digunakan untuk apa, apakah beli alutsista atau yang lain."

Dalam APBNP 2014, Kementerian Pertahanan dan TNI mendapatkan dana 83,3 triliun. Sedangkan berdasarkan APBN 2105, Kementerian Pertahanan dan TNI dapat anggaran Rp 96,9 triliun. 

Anggaran itu digunakan untuk belanja pegawai dan pembelian sejumlah alat utama sistem persenjataan baru sesuai dengan program modernisasi terhadap TNI.

Sumber: (Tempo)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Web Hosting Coupons