Total Pageviews

Tuesday, July 14, 2015

Ukraina Tawarkan Produksi Radar Bersama

80K6M radar pertahanan udara terbaru dari Ukraina (photo : vk)

Konflik di Ukraina Tidak Mengganggu Hubungan RI – Ukraina

Jakarta, DMC – Meskipun situasi dalam negeri Ukraina sedang mengalami masalah atau konflik namun hal tersebut tidak mengganggu hubungan antara Indonesia dan Ukraina yang telah berjalan dengan baik. Project antara kedua negara tetap berjalan dengan baik. Demikian disampaikan Dubes Ukraina untuk Indonesia Mr. H.E. Volodymyr Pakhil saat melakukan kunjungan kepada Menhan Ryanizard Ryacudu, Jumat (10/7), di kantor Kemhan Jakarta.

Dalam kesempatan ini Dubes Ukraina mengatakan bahwa hubungan di bidang pertahanan dengan Indonesia telah berjalan dengan baik dan belum ditemukan masalah yang berarti selama ini. Untuk itu seperti disampaikan Dubes Ukraina bahwa  pemerintahnya menyampaikan keinginannya untuk memperluas kerjasama dengan Indonesia.

Dubes Ukraina meyakinkan bahwa Ukraina adalah negara bersahabat dan partner yang dapat dipercaya di bidang pertahanan. Banyak propaganda di Rusia yang menyudutkan Ukraina namun Ukraiana mendapat dukungan yang luas dari negara-negara di dunia termasuk dari Indonesia.

Saat ini di Kemhan terdapat draft memorandum kerjasama di bidang pertahanan yang sedang dilakukan pembahasan. Untuk itu Dubes Ukraina memomohon dukungan Menhan agar dilakukan pembahasan lebih lanjut dalam waktu dekat. Disampaikan juga bahwa perwakilan delegasi Indonesia beberapa kali melakukan kunjungan ke Ukraina untuk melanjutkan project-project yang sedang berjalan. Kerjasama yang telah berjalan diantaranya produksi bersama dengan PT Pindad di Bandung.

Ukraina menyatakan kesiapannya untuk merlakukan transfer teknlogi dalam memproduksi radar secara bersama-sama dimana 60 % diantaranya dapat diproduksi di Indonesia. Untuk kedepannya Ukraina dapat memberikan teknologi tentang radar secara penuh.

Disela-sela kunjungannya kepada Menhan, atas nama pemerintah dan rakyat Ukaina, Dubes menyampaikan bela sungkawa yang mendalam atas musibah jatuhnya pesawat Hercules milik TNI AU.

Menanggapi hal tersebut, Menhan menyampaikan ucapan terima kasih kepada pemerintah Ukaina untuk simpatinya atas musibah jatuhnya pesawat Hercules TNI AU. Sementara itu di bidang pertahanan, Menhan menyetujui kerjasama yang telah dijalin kedua negara dan langkah-langkah yang telah dijalankan serta keinginan Ukraina untuk menjalin hubungan yang lebih erat dengan Indonesia.  Semoga kedepannya hubungan kedua negara semakin baik.

Sumber: (DMC)

KSAL Resmikan Submarine Control Simulator

KASAL mencoba Submarine Control Simulator (photo : TNI AL)

Setelah Meresmikan Gedung Submarine Control Simulator, KASAL Menyaksikan Demonstrasi SCS Milik TNI AL

Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Ade Supandi, S.E., M.A.P meresmikan  penggunaan  Submarine  Control Simulator (SCS) di Komando Latihan Komando  Armada RI Kawasan Timur Ujung Surabaya sekaligus menyaksikan demontrasi dari fungsi Submarine Control Simulator yang diawaki oleh beberapa prajurit kapal selam dari Satuan Kapal Selam Koarmatim, Senin (13/7).

Upacara peresmian gedung  SCS berlangsung  secara singkat,  bertindak selaku Inspektur Upacara Kepala Staf  TNI AL,  di  dalam acara ini dilakukan prosesi penyerahan pembangunan  Gedung  serta peralatan SCS

 Prosesi peresmian SCS di awali dengan penandatangan naskah serah terima  dari  Dirut PT Pustaka Strategi  Legiman Sutrisman Kepada  Kadisadal Laksma TNI Prasetya Nugraha, ST dilanjutkan penyerahan dari Kadisadal kepada  Aslog Kasal Lakda TNI Ir.  Hary Pratomo, kemudian Aslog Kasal menyerahkan Kepada Pangarmatim  Laksda TNI Darwanto, S.H., M.A.P.

Dalam Amanatnya Kasal mengharapkan dengan dibangunnya komplek Submarine Training Center di Kolatarmatim dapat mewadahi pelatihan para awak kapal selam yang sedang tidak melaksanakan operasi pelayaran. Kepada para pengguna  SCS  khususnya prajurit kapal selam,  Kasal mengharapkan Submarine Control Simulator ini yang  merupakan komitmen TNI Angkatan Laut  untuk meningkatkan  kemampuan dan profesionalisme prajurit  kapal selam agar senantiasa terasah  dan mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi.

Setelah upacara selesai Kasal dan rombongan melakukan Inspeksi keruangan- ruangan dimana terdapat sarana dan prasarana  pendukung  SCS, dilanjutkan melihat dari dekat demontrasi cara kerja  SCS yang mampu menampung 15 personil.

Selama  10 menit berada dalam ruangan SCS , orang nomor satu di Jajaran TNI AL didampingi oleh Pangarmatim Laksamana Muda TNI Darwanto, S.H., M.A.P, Kadisadal Laksma TNI Prasetya Nugraha, ST  dan Komandan  Satuan Kapal Selam Koarmatim Kolonel laut (P) Purwanto, melaksanakan  beberapa manuver naik turun permukaan air/proses menyelam dan timbul  kepermukaan sebagaimana kapal selam sebenarnya.

Alat ini merupakan sarana latihan prajurit kapal selam TNI AL dengan model simulasi kabin bergerak yang di produksi oleh Rheinmetal Defence Jerman. Kabin SCS  dapat bergerak dengan kecepatan 10°/dt dan mencapai kemiringan hingga 45°. Sedangkan tinggi total 4 meter dengan berat 85 ton. Beberapa negara yang telah memiliki SCS type ini antara lain Yunani, Jerman, Turki, Korea Selatan, Italia,  Singapura dan  terakhir Indonesia.

Pembangunan sarana dan prasarana SCS di mulai melalui dua tahap, tahap pertama  merupakan pembangunan gedung dan perangkat lunak  dimulai 25 Juni 2013 dan selesai bulan Desember 2013, sedangkan pembangunan tahap II pengadaan motion kabin dan perangkat keras SCS dimulai 1 Agustus 2014 danberakhir 26 Juni 2015

SCS  sendiri merupakan salah satu rencana dari 4 gedung sarana latihan kapal selam  yang akan di bangun dalam satu komplek. SCS  yang berada di Kolataramatim telah menjalani Rangkaian uji coba  dan uji kelaikan 24 dan 25 Juni 2015.

Sedangkan untuk mengawaki peralatan ini telah diawaki oleh 15 personil kapal selam dari Satuan Kapal Selam Koarmatim yang sebelumnya telah mendapatkan pelatihan dan  sertifikasi  sebagai pelatih dari Rheinmetal Defence Jerman.

Secara umum tujuan pengadaan SCS untuk menciptakan awak kapal selam  yang tangguh, tanggon dan trengginas dengan pola pelatihan  yang aman dan terkendali, fungsi lainnya dari SCS adalah pelatihan dan familisasi pengendalian kapal selam, penyesuaian personil dengan dinamika gerakan  kapal selam, pelatihan prosedur- prosedur, pelatihan keadaan darurat dan integrasi awak kapal selam.

Seusai dari rangkaian peresmian gedung SCS, Kasal disakasikan para undangan yang hadir melaksanakan peletakan batu pertama pembangungan gedung  Submarine Comand and Team Trainer ( SCTT )  yakni  platfor yang di gunakan sebagai sarana pelatihan tim pusat informasi tempur (PIT)  kapal selam dan merupakan  sebuah mockup situasi PIT yang sesungguhnya.

Turut hadir dalam acara tersebut Irjenal, para Asisten Kasal, Pangkotama TNI AL , Kas Armatim Kas Armabar,  Danguspurlatim, Danguskamlatim, Para Kasatker di lingkungan Koarmatim serta para Komandan KRI Koarmatim.

Sumber: (TNI AL)

Pangkoopsau I Resmikan Skadron Udara 51 Wing 7

Skadron Udara 51 diisi oleh UAV Aerostar dan Wulung (photo : haaretz)

Panglima Komando Operasi Angkatan Udara I (Pangkoopsau I) Marsekal Muda TNI. A. Dwi Putranto, Senin (13/7) meresmikan Skadron Udara 51 Wing 7 Pangkalan Udara Supadio. Peresmian dilaksanakan di Makoopsau I, dihadiri Kepala Staf Koopsau I Marsekal Pertama TNI Agus Munandar, beserta beberapa komandan Lanud jajaran. Skadron Udara 51 Wing 7 diperkuat pesawat udara nirawak atau unmanned aerial vehicle (UAV).

Pangkoopsau I menjelaskan, keberadaan Skadron Udara 51 Wing 7 dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengamatan perbatasan. Menurutnya Indonesia merupakan negara yang mempunyai permasalahan batas dengan sepuluh negara tetangga yakni, Australia, Timor Leste, Kepulauan Palau, Filipina, Singapura, Malaysia, Vietnam, Papua Nugini, India, dan Thailand.

Masalah batas, terang Pangkoopsau I, ke depannya akan menjadi sumber konflik, seperti perbatasan antara Indonesia dan Malaysia di Pulau Kalimantan. Namun  Pangkoopsau I yakin, dengan tambahan pesawat nirawak di Lanud Supadio  maka kekuatan alutsista Indonesia makin bertambah untuk menjaga kedaulatan negara dari segala ancaman, termasuk pengamanan selat-selat yang berbatasan langsung dengan negara tetangga seperti Selat Malaka dan Laut China Selatan yang merupakan jalur internasional tersibuk di Asia Tenggara. 

Sebelumnya, Pangkoopsau I memimpin Upacara Serah Terima Jabatan Komandan Lanud Wiriadinata.  Jabatan Komandan Lanud Wiriadinata diterimakan kepada Letkol Pnb Rony Armanto dari Letkol Pnb  Herdy Arief. 

Sumber: (TNI AU)

Monday, July 6, 2015

PAL Indonesia Lakukan Revitalisasi KRI Arung Samudra

 KRI Arung Samudra, kapal latih TNI AL (photo : Koran Sindo)

PT PAL INDONESIA (Persero) saat ini sedang melaksanakan revitalisasi Kapal yaitu KRI Arung Samudra (KRI ARSA) jenis kapal latih yang dimiliki TNI Angkatan Laut, tepatnya di dock “Apung Surabaya”. Kapal tersebut adalah Salah satu kapal latih selain KRI Dewaruci, diawaki oleh 16 personil dengan berbagai keahlian. Banyak penghargaan yang diperoleh sejak 1953 kali pertama Kapal ini membentangkan layar berkeliling dunia. Hingga pernah dilakukan selama 1 tahun dan 1 bulan. Kapal yang pernah dikomandani  oleh beberapa pejabat Tinggi TNI Angkatan Laut, saat ini dikomandoi oleh Mayor Laut (P) Suroto.

Deputi Bidang SDM, Iptek dan Budaya Maritim Kementerian Maritim, Dr.Syafri Burhanuddin dan rombongan didampingi oleh Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Darwanto, S.H, M.A.P, berkenan meninjau KRI Arung Samudra yang saat itu sedang dalam revitalisasi di PT PAL Indonesia dan diterima langsung oleh Direktur SDM & Umum Etty Soewardani turut mendampingi Kepala Divisi Pemeliharaan & Perbaikan, Ismu.

Pada kesempatan tersebut Kapal yang memiliki banyak prestasi dari berbagai kompetisi di dunia ini masih dilakukan revitalisasi guna membantu program Kerjasama Kementerian Koordinator Kemaritiman dan TNI-AL.


Kapal layar KRI Arung Samudra (photo : kaskus Militer)

Sukses dengan program Ekspedisi Nusantara Jaya I, KRI ARSA ini nantinya juga dapat berpartisipasi dalam program pengenalan kemaritiman pada pemuda-pemudi Indonesia. Memiliki panjang 39,40 m, lebar 6,45 m, kedalaman (draught) 2,60 m, luas layar 434 m2, diharapkan dapat sukses seperti KRI Banda Aceh – 593 buatan PT PAL Indonesia. Rute yang telah disiapkan ini akan menjadi kesempatan dalam memberikan pengetahunan dan wacana kemaritiman dari kapal yang pernah dikomandani PANGARMATIM pada 1996.

Program yang ditujukan kepada para siswa-siswi untuk dapat mengarungi dan menjelajahi wilayah Indonesia dengan KRI ARSA untuk membatu program pemerintah dengan visi tol laut-nya untuk menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi antara Indonesia bagian barat dan timur. Dengan Revitalisasi ini diharapkan KRI Arung Samudra dapat beroperasi kembali serta dapat bergabung dalam pelaksanaan Sail Tomini yang akan di gelar pemerintah Indonesia pada Agustus s/d September 2015.

Sumber: (PAL)

Rencana Perawatan dan Perbaikan Alutsista TNI Capai Rp 120,6 Triliun

Fregat ringan F2000 dan korvet kelas Sigma (photo : pr1vat33r)

Jakarta - Panglima TNI Jenderal Moeldoko menyatakan TNI sedang menyusun rencana strategis (renstra) untuk perawatan dan perbaikan alutsista sebesar Rp 120,6 triliun. Dana renstra tahun 2015-2019 tersebut ingin segera didorong agar mendapat persetujuan presiden.

"Jadi kami sedang menyusun renstra perawatan dan perbaikan alutsista. Untuk AD Rp 9,3 triliun, AL Rp 17,4 triliun dan AU Rp 93,9 triliun," ungkap Moeldoko dalam pemaparan hasil kerjanya di hadapan komisi I DPR di Mabes TNI Cilangkap, Jaktim, Senin (6/7/2015).

Dengan dana perawatan dan perbaikan sebesar itu, diharapkan Moeldoko, renstra dapat terprogram dengan baik. Panglima TNI tidak ingin ada alutsista yang ditambal sulam lagi.

"Jangan sampai ada tambal sulam atau kanibal. Itu tidak boleh lagi. Ini keharusan. Kalau tidak prajurit TNI akan menghadapi situasi sulit nantinya. Renstra ini segera kami dorong ke presiden untuk disahkan melalui perpres," kata Moeldoko.

Mengenai alutsista, Panglima TNI mengakui bahwa betul masih ada 52 persen alutsista yang berusia di atas 30 tahun. Namun dengan adanya "minimum essential force", menurutnya alutsista-alutsista tua akan tergeser dengan sendirinya.

"Saya pikir dengan peremajaan melalui MEF kemarin, langkah kita sekarang 34 persen, pasti secara alamiah alutsista kita yang sudah kuno itu akan minggir pelan-pelan. Contoh, Marinir masih punya BTR buatan tahun 1957, sama seperti saya itu lahirnya, tapi masih terpelihara. Nanti secara alamiah akan tergeser," jelas jenderal bintang 4 itu.

Selain itu, Moeldoko menyebut TNI AD masih memili tank AMX yang baru saja diretrovit. Itu pun lama kelamaan akan dipensiunkan seiring adanya peremajaan alutsista.

"Memang benar kami masih punya alat-alat yang tua tapi secara alamiah melalui MEF akan bergeser," ucapnya.

Selain renstra pemeliharan dan perbaikan alutsista, TNI juga menyusun renstra pengadaan alutsista, dan renstra kesejahteraan prajurit serta PNS di jajaran TNI. Ini diharapkan dapat tercapai pada renstra 2015-2019.

"Itu termasuk juga di antaranya perumahan (untuk prajurit)," pungkas Moeldoko. 

Sumber: (Detik)

Skuadron Udara 32 : KC-130, Si Pompa Bensin Terbang

Pesawat Hercules dari Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh, Malang, menurunkan penerjun dalam latihan Sikatan Daya 2015, Kamis (4/6), di Air Weapon Range Pandanwangi, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Latihan tersebut untuk memantapkan kesiapan TNI AU dalam menjaga NKRI. (photo : Kompas)

Suatu operasi udara militer membutuhkan dukungan logistik, seperti kemampuan pengisian bahan bakar di udara. Di Indonesia, hal itu hanya disediakan oleh Skuadron Udara 32 yang berpangkalan di Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh, Malang, Jawa Timur.

Pesawat yang menjadi "pompa bensin udara" tersebut adalah pesawat transpor-tanker Hercules dengan kode KC-130. KC adalah kependekan dari kerosene cargo atau pengangkut bahan bakar. Di Skuadron Udara 32, pesawat transpor ini memiliki registrasi 1309 dan 1310.

"Pesawat 1310 itu yang mengalami musibah di Medan pada 30 Juni lalu. Kita kehilangan para pilot dan awak yang sangat berharga, ditambah satu dari dua pesawat tanker yang selama ini mendukung operasi udara TNI AU dengan pengisian bahan bakar di udara," kata Komandan Wing 2 Pangkalan Udara (Lanud) Abdulrachman Saleh Kolonel (Pnb) M Arifin.

Dengan jatuhnya pesawat 1310 itu, pesawat Hercules lainnya yang dioperasikan Skuadron Udara 32 bisa dikonversi untuk menjadi pesawat KC, tetapi harus dilakukan proses instalasi di luar negeri.

Arifin menuturkan, Singapura juga memiliki pesawat tanker jenis jet berbasis Boeing. Untuk operasi udara ke Australia melintasi wilayah Indonesia, pesawat tempur RSAF (Singapura) tidak perlu mendarat di Indonesia untuk mengisi bahan bakar karena bisa mengisi bahan bakar di udara dengan pesawat tanker tersebut.


KC-130B melayani pengisian bahan bakar di udara untuk pesawat Su-30 (photo : TNI AU)

Pesawat Hercules tipe KC buatan Amerika Serikat yang dioperasikan Skuadron Udara 32 ini, antara lain, pernah menjalankan prosedur pengisian bahan bakar untuk pesawat tempur Sukhoi 27 dan Sukhoi 30 buatan Rusia. Padahal, biasanya pesawat dari Blok Timur (Rusia) melakukan pengisian bahan bakar di udara dari pesawat tanker buatan Blok Timur. Demikian juga untuk pesawat yang dibuat Blok Barat.


"Kami menjalankan prosedur pengisian bahan bakar di ketinggian 10.000 kaki (sekitar 3 kilometer dari permukaan bumi) dan kecepatan 220 knot (sekitar 300 kilometer per jam). Pesawat Sukhoi mengisi bahan bakar secara bersamaan dari dua selang di kanan dan kiri Hercules. Pengisian berlangsung selama penerbangan sejauh 60 mil (sekitar 100 kilometer)," kenang Arifin tentang peristiwa yang terjadi pada 2010 itu.

Komandan Skuadron 32 Kolonel (Pnb) Sugeng menuturkan, selain dengan pesawat tempur Sukhoi, prosedur pengisian bahan bakar di udara juga dilakukan Skuadron Udara 32 dengan Skuadron Udara 12 Pekanbaru dan Skuadron Udara 1 Pontianak yang mengoperasikan jet tempur Hawk buatan Inggris (Blok Barat).

"Setahun bisa dilakukan 8-9 hingga 10 kali prosedur pengisian bahan bakar di udara. Kami punya prosedur operasi yang ketat untuk menjaga keamanan dan keselamatan," kata Sugeng.

Selain pengisian bahan bakar di udara, Skuadron Udara 32 selaku satuan pertama yang mengoperasikan C-130 Hercules di Indonesia juga menjalankan berbagai misi perang dan operasi militer selain perang (OMSP), seperti tanggap bencana.

Pada 1990-an, para penerbang Skuadron Udara 32 kerap mengikuti perlombaan "Air Rodeo" di Amerika Serikat. Panglima Komando Operasi Angkatan Udara I Marsekal Muda A Dwi Badarmanto menuturkan, para penerbang TNI AU beberapa kali memenangi lomba "Air Rodeo" dan diakui kemampuan terbangnya oleh penerbang negara lain.


KC-130B Melayani pengisian bahan bakar di udara untuk pesawat Hawk 200 (photo : TNI AU)

Perawatan

Perawatan KC-130 Hercules sama dengan jenis pesawat Hercules lainnya, yaitu tipe B, C, hingga yang terbaru di Skuadron Udara 32 adalah tipe H, yaitu dilakukan dengan disiplin dan mengutamakan keselamatan penerbangan.

Kepala Seksi Pemeliharaan Skuadron Udara 32 Mayor (Tek) Dwiatmo J mengatakan, semua pesawat Hercules mendapat perawatan rutin setiap 50 jam terbang.

"Setelah 24 kali perawatan tiap 50 jam terbang, diadakan perawatan sedang berdasarkan usia pesawat tiga tahun atau 1.800-2.000 jam terbang. Setelah mencapai 3.600 jam terbang, diadakan structure integrated program (SIP). Mesin, badan pesawat), dan kesenjataan diperiksa serta diperbaiki dengan saksama," kata Dwiatmo. Dia menambahkan, mesin Rolls- Royce yang menjadi sumber tenaga Hercules memiliki masa pakai maksimal 22.000 jam terbang.

Perawatan ringan dan sedang dilakukan di Skuadron Udara 32 atau Skuadron Teknik 22 di Lanud Abdulrachman Saleh, Malang. Untuk perawatan berat, Hercules akan diterbangkan ke Depo Pemeliharaan di Lanud Husein Sastranegara, Bandung.

Meski disiplin dan profesionalitas tetap dijaga, terkadang musibah terjadi, seperti yang menimpa pesawat KC-130 Hercules nomor registrasi 1310. "Kapten Sandy Permana dan para awak adalah penerbang dan teknisi yang sangat baik. Tidak ada kekurangan mereka. Saat baru mendarat di Medan, dia langsung mengirim pesan singkat untuk melapor ke saya. Dia melapor pukul 10.53 lihat ini di HP saya," kata Kol (Pnb) Arifin.


Pesawat F-16C/D sudah memiliki peralatan untuk pengisian bahan bakar di udara (photo : TNI AU)

Harapan

Para penerbang dan anggota Skuadron Udara 32 berharap mereka bisa mengabdi lebih baik lagi. Mereka berharap bisa mengoperasikan pesawat Hercules baru atau pesawat transpor lain yang baru. "Kalau tidak baru minimal pesawat Hercules retrofit. Kami senang sekali jika bisa diberi kepercayaan mengoperasikan Hercules tipe J (termodern) atau tipe H. Negara tetangga banyak yang memakai tipe J dan H. Kita baru punya beberapa tipe H hibah dari Australia," kata Arifin.

Komandan Lanud Abdulrachman Saleh Marsekal Pertama (TNI) Hadi Tjahjanto menuturkan, negara tetangga, seperti Malaysia, mengoperasikan pesawat transpor modern jenis A-400 M (military) buatan Airbus. Pesawat transpor jet buatan Amerika Serikat C-17 yang berbadan besar juga pernah mendarat di Yogyakarta saat mengirimkan bantuan untuk korban bencana gempa di daerah itu. "Lanud Abdulrachman Saleh siap mengoperasikan pesawat-pesawat baru. Saya mendukung harapan para penerbang yang menjadi operator pesawat transpor dan pesawat tanker itu," kata Hadi.

Skuadron Udara 32 yang sejarahnya menjadi operator pesawat transpor Antonov dan kini C-130 Hercules harus mendapat perhatian. Armada pesawat transpor amat dibutuhkan untuk mendukung kebijakan pertahanan pemerintah, yaitu mengedepankan kemanusiaan dan peperangan tidak konvensional.

Sumber: (Kompas)

Thursday, July 2, 2015

Anggaran TNI 2016 Rp 101 T, Pemeliharaan dan Perbaikan Alutsista Dapat Porsi Besar

Prediksi anggaran tahun 2016 adalah Rp 101 triliun atau naik 4,5% terhadap tahun 2015 (photo : Merdeka)

Anggaran di Atas Rp 100 Triliun, TNI Fokus Rawat Alutsista

Jakarta, CNN Indonesia -- Panglima TNI Jenderal Moeldoko menyatakan, tahun 2016 anggaran TNI sebesar Rp 101 triliun. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya Rp 96,6 triliun.

"Tahun 2016 sudah ter-deploy kurang lebih Rp 101 triliun," ujarnya ketika ditemui di Ruang Tamu Panglima TNI, Jakarta, Kamis (2/7).

Anggaran tersebut, menurut Moeldoko, nantinya akan diarahkan untuk membiayai program-program pada rencana strategis pemeliharaan dan perbaikan seluruh jenis alat utama persenjataan TNI. Pemeliharaan pesawat-pesawat milik TNI Angkatan Udara masuk dalam rencana strategis tersebut.

Anggaran pemeliharaan ini menurut Moeldoko tidak kalah besar dengan anggaran pembelian alutsista baru. 

Khusus untuk pesawat seperti Hercules yang tergolong tua, ia berharap ke depan TNI dapat mengawasi dan mengukur secara rinci jam terbang pesawat-pesawat tersebut. 

"Per item, per menit, per jam, per hari pakainya semua harus tercatat dengan baik. Ini memang perlu anggaran yang tidak sedikit, tapi harus seperti itu," ujarnya. 

Tak hanya renstra pemeliharaan dan perbaikan alutsista, TNI juga telah menyusun dua renstra lain yang harus sudah tercapai pada tahun 2019, yaitu renstra pengembangan dan pembangunan kemampuan TNI serta renstra pembangunan kesejahteraan prajurit.

Sebelumnya Presiden Joko Widodo menyatakan, anggaran TNI bahkan bisa di atas Rp 200 triliun. Namun syaratnya pertumbuhan ekonomi harus menyentuh level 7 persen. 


Untuk mencapai target pertumbuhan tersebut, Indonesia menurutnya harus tetap mempertahankan stabilitas keamanan dan politik.(CNN Indonesia)

Anggaran Alutsista Indonesia Rp12 Triliun

Metrotvnews.com, Jakarta: Alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI kembali disorot setelah pesawat Hercules C130 jatuh di Medan, Sumatera Utara. Publik mengkritik pemerintah yang memilih hibah alusista dari negara lain ketimbang membeli baru.

TNI memang terus berusaha melakukan pemeliharaan dan memodernisasi alutsistanya. Tapi anggaran yang disediakan hanya sekitar Rp12 triliun.

"Dari Rp102 triliun anggaran TNI, yang nyata dipakai untuk alutsista cuma Rp12 triliun," kata anggota Komisi I DPR TB Hasanudin di Kompleks Parlemen Senayan, Rabu (2/7/2015).

Jika dilihat secara keseluruhan, anggaran pertahanan tampak besar. Namun dari Rp102 triliun anggaran yang ada, hanya 77 persen untuk anggaran TNI. Itu pun dibagi untuk Mabes TNI dan tiga matra yang ada.

"Nah, Angkatan Udara contohnya. Anggarannya Rp13 triliun, Rp3,5 triliun untuk gaji, Rp6 triliun belanja barang seperti latihan, beli suku cadang, perawatan. Cuma Rp3,7 triliun belanja modal. Itu yang untuk beli alutsista," jelas purnawirawan Jenderal TNI ini.

Angka ini sangat menyedihkan jika dibandingkan dengan kebutuhan modernisasi alutsista TNI. Untuk AU, anggaran tersebut hanya mampu untuk membeli dua unit F-16 baru yang harga satuannya Rp1,5 triliun.

"Sedangkan anggaran untuk Angkatan Laut Rp4,02 triliun, dan untuk Angkatan Darat Rp4,9 triliun," kata dia.

Karena itu, Hasanudin berharap, Presiden Joko Widodo segera merealisasikan rencana menaikkan anggaran untuk TNI hingga 1,5 persen dari pendapatan domestik bruto Indonesia. Jika begitu, anggaran TNI akan mencapai Rp150 triliun per tahun.

"Nah itu jangan dipakai untuk macam-macam. Anggaran Rp50 triliun itu dilarikan ke alutsista. Kan lumayan, naik jadi Rp62 triliun untuk alutsista," kata dia.


Anggaran pertahanan TNI memang sangat kecil. Bahkan jika dana aspirasi untuk dewan diloloskan dengan pagu Rp20 miliar per dewan di APBN, anggaran pembelian senjata TNI sama dengan total pagu dana Usulan Program Pembangunan Daerah Pemilihan: sekitar Rp12 triliun. (MetroTVNews)

Kasal: Alutsista TNL AL 50 persen butuh peremajaan

Merdeka.com - Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Ade Supandi mengatakan bahwa kapal perang jenis fregate milik TNI AL sudah terlalu tua. Namun kapal fregate sudah melakukan peremajaan mesin.

"Untuk alutsista TNI AL kita anggap 50 persen membutuhkan peremajaan, tetapi sebelum peremajaan juga melaksanakan pemeliharaan. Untuk yang paling tua adalah kapal fregate yang dulu bekas dari Belanda," kata Ade Supandi di Kantor Panglima TNI, Jakarta, Kamis (2/7).

Menurut Ade, kapal fregate masih bisa digunakan untuk berpatroli sampai pada tahun 2020 mendatang. Sehingga kemampuan kapal fregate dalam operasi laut terus berkurang. 

"Bukan karena momentum ini tapi memang sudah masuk MEF (minimum esential force) untuk peremajaan kapal-kapal angkatan laut," ujar dia.

Sebelumnya, anggota komisi I DPR Tb Hasanuddin menyatakan seluruh alutsista yang dimiliki TNI sudah uzur, maka perlu dilakukan pembelian yang baru. Hal itu karena pesawat Hercules C-130 nomor seri A-1310 jatuh di Medan buatan tahun 1964. 


Sumber: (Merdeka)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Web Hosting Coupons