Total Pageviews

Wednesday, April 15, 2015

TNI AU Berharap Dapat F-16 Block 70 atau Su-35

ANGKASA.CO.ID - TNI Angkatan Udara berharap pesawat pengganti F-5E/F Tiger II Skadron Udara 14 yang sudah berusia 35 tahun, adalah dari tipe pesawat yang selama ini sudah dioperasikan oleh TNI AU namun dari generasi yang lebih tinggi lagi. “Ya, kita sudah pakai F-16 Block 15 dan Block 25. Sekarang kami berharap kalau bisa F-16 Block 70. Sementara kalau Sukhoi, kita sudah pakai Su-27/30, ya kami harapkan Su-35,” ujar KSAU Marsekal TNI Agus Supriatna di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa (7/3).

Pertimbangan memilih kedua pesawat tersebut, kata KSAU kepada Angkasa, adalah karena para teknisi TNI AU sudah familiar dengan perawatan kedua pesawat yang masing-masing berasal dari Amerika Serikat dan Rusia tersebut. “Kasihan adik-adik, kalau harus mulai lagi dengan tipe pesawat yang baru,” jelasnya. Sebagaimana diketahui TNI AU telah mengoperasikan pesawat F-16 sejak 1989 dan Su-27/30 sejak tahun 2003.

Meski demikian, Agus Supriatna menegaskan, baik F-16 Block 70 maupun Su-35, belum diputuskan secara resmi sebagai pengganti F-5E/F Tiger II walaupun sudah santer disebut-sebut dalam banyak pemberitaan. “Oh tidak, TNI AU hanya mengajukan spesifikasi. Sedangkan yang mengkaji adalah dari Kementerian Pertahanan,” ujarnya. “Belum, belum diputuskan,” tambahnya lagi.

Mengenai masa operasi F-5 di TNI AU, walaupun sudah mengabdi 35 tahun, KSAU menyatakan bahwa F-5 masih bisa dimaksimalkan hingga tahun 2020. “Rencananya memang hingga tahun 2020. F-5 akan dimaksimalkan. Kondisinya masih bagus, walaupun hanya tinggal beberapa saja.”

Asisten Logistik KSAU Marsda TNI M. Nurullah, kepada Angkasa mengatakan, F-5 akan dipensiunkan bila pesawat penggantinya sudah datang. “Harapannya F-5 masih bisa digunakan sampai tahun 2020. Suku cadang F-5 masih bisa dibeli dari luar,” ujarnya. Meski demikian, kalau pesawat penggantinya bisa datang lebih cepat, F-5 pun akan segera dipensiunkan. Sebaliknya, kalau pesawat pengganti datangnya lama, F-5 bisa juga dipensiunkan di tengah jalan. “Bisa tahun 2020 atau sebelum itu,” ujarnya.

Seperti diketahui, saat ini Kementerian Pertahanan tengah mencari dan mengkaji pesawat yang cocok untuk menggantikan peran pesawat interseptor F-5E/F Tiger II Skadron Udara 14 Lanud Iswhajudi, Madiun. Beberapa negara sudah menawarkan produk unggulan pesawat tempurnya. Amerika Serikat menawarkan F-16 generasi terbaru Block 60 (atau Block 70 seperti yang disampaikan KSAU --Red), Rusia dengan Su-35, Swedia dengan JAS-39 Gripen, Konsorsium Eropa dengan Eurofighter Typhoon, dan Perancis dengan Rafale.

Pabrik SAAB Swedia telah mengundang beberapa wartawan Indonesia ke Swedia untuk melakukan peliputan guna melihat dan mendapatkan paparan mengenai teknologi Gripen. Perancis telah menghadirkan dua Rafale B/C Angkatan Udara mereka dan mendemonstrasikan kapabilitasnya di langit Lanud Halim Perdanakusuma. Sementara pada April ini rencananya Eurofighter juga akan datang ke PT Dirgantara Indonesia dan mengundang wartawan untuk memaparkan keunggulan jet tempur Typhoon.

Dalam ajang Indo Defence 2014 di Jakarta, Eurofighter dan SAAB juga datang menghadirkan simulator jet tempur mereka untuk dicoba oleh para pengunjung. Tinggal Rusia yang hingga kini terkesan masih “tenang-tenang saja” dengan unggulan mereka Su-35. Diakui banyak kalangan, jet tempur Su-35 memiliki daya gentar yang sangat tinggi. “Jangankan Su-35, kita latihan bareng dengan beberapa negara di Australia pakai Su-27/30 saja, kehebatan pesawat ini sudah bisa terukur,” ujar seorang perwira tinggi TNI AU. “Banyak yang ingin tahu pesawat Sukhoi kita. Apalagi sekarang sudah lengkap dengan beragam senjatanya,” sambungnya.

Pertanyaannya kemudian, bila TNI AU sudah berharap terhadap F-16 terbaru dan/atau Su-35, lalu mengapa masih banyak negara maju lainnya ikut menawarkan jet tempur unggulannya kepada Indonesia? Pertama, pembelian pesawat tempur selain ditinjau dari matriks perbandingan teknis dan kemampuannya, juga ikut menentukan faktor-faktor lain seperti harga, kemudahan perawatan, transfer teknologi, imbal dagang, hingga hubungan baik dengan negara penjual. Pengalaman menggunakan pesawat dari negara tertentu ikut berperan juga dalam hal ini. Banyak kendala atau sebaliknya.

“Beli pesawat tempur atau alutsista lain yang belum bisa kita produksi sendiri, maka harus dibarengi dengan transfer teknologi, adanya jaminan tidak terkena embargo akibat penggunaannya, dan juga harus disertai imbal dagang minimal 85%. Itu bagian dari amanat Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan,” kata sumber yang tidak mau disebutkan namanya.

Pemicu lainnya, tambahnya, karena TNI AU masih ada alokasi tiga skadron tempur baru hingga tahun 2024. “Belum lagi ke depannya, kita juga harus menyiapkan calon pengganti pesawat Hawk 100/200 Skadron Udara 1 dan Skadron Udara 12. Jadi total tiga skadron ditambah Skadron F-5 dan dua Skadron Hawk. Total masih ada enam skadron,” urainya.

Proses penggantian suatu pesawat di banyak negara membutuhkan waktu yang cukup lama. Mulai dari pengajuan kebutuhan, tinjauan, tender, perbandingan performa, kajian, penentuan pemenang, pembiayaan, kontrak efektif, produksi hingga ke realisasi pengiriman.

Skadron Udara 14 TNI AU sepertinya memang masih harus bersabar menanti pesawat pengganti F-5. Program pengadaan pengganti F-5 terdapat pada Rencana Strategis pemenuhan Minimum Essential Forces (MEF) periode dua, 2015-2019. Belajar dari pengalaman, pembelian pesawat butuh waktu yang cukup lama. Bisa jadi, paling cepat pengganti F-5 ini baru tiba di akhir periode MEF II. 



Sumber : Angkasa

Eurofighter Tawarkan Indonesia Menjadi Tempat Perakitan Akhir Hingga Basis Produksi


ANGKASA.CO.ID - Konsorsium produsen jet tempur Eropa, Eurofighter, menawarkan berbagai kemudahan kepada Indonesia terkait tawaran penjualan jet tempur unggulan mereka Eurofighter Typhoon. Tim Eurofighter kembali hadir di Jakarta dan menyelenggarakan “MasterClass Fighter Jet” bagi sejumlah media di Jakarta, Selasa (14/4/2015), setelah sebelumnya hadir dalam ajang Indo Defence, November tahun lalu.

Head of Industrial Offset Eurofighter, Martin Elbourne, menyatakan, Eurofighter memberikan keleluasaan kepada PT Dirgantara Indonesia (PTDI) sebagai mitra kerja untuk melaksanakan perakitan penuh jet tempur Typhoon di Indonesia. Ia bahkan menyampaikan ide seandainya Indonesia tertarik untuk membuat tangki bahan bakar konformal (CFT) bila itu diperlukan oleh Indonesia untuk memperbesar jangkauan terbang Typhoon. “Kami tawarkan bila Indonesia merasa perlu untuk membuat CFT bagi Typhoon sehubungan wilayah Indonesia yang sangat luas. Nantinya CFT ini bisa dipakai khusus untuk Typhoon Indonesia atau dijual kepada para pengguna Typhoon di negara lainnya,” ujar Elbourne. “Tidak hanya CFT, komponen lain pun, sayap misalnya, bila Indonesia merasa perlu untuk membuatnya maka akan kami berikan keleluasaan,” tambahnya lagi.

Ofset dan transfer teknologi yang akan diterima Indonesia bila membeli Typhoon, lanjut Elbourne, merupakan kompensasi yang akan diberikan Eurofighter. Eurofighter mengutamakan visi jangka panjang dalam hubungan ini yang akan menguntungkan Indonesia dalam penyerapan teknologi, investasi infrastruktur, dan sumber daya manusia. Selain dapat melaksanakan perakitan penuh, Indonesia juga berhak melakukan integrasi sistem, uji terbang, dan pengujian lainnya. Pilot Indonesia pun bisa dididik menjadi pilot uji Typhoon.


Dalam kesempatan tersebut, Paul Smith, pilot uji dan instruktur Typhoon, turut membeberkan berbagai keunggulan jet tempur swing-role Typhoon yang sudah digunakan oleh tujuh operator di dunia dengan produksi pesawat hingga saat ini mencapai 427 unit. Beberapa keunggulan Typhoon antara lain angka Thrust to Weight Ratio yang tinggi, wing loading yang rendah, dan kemampuan bawa beragam senjata modern di 13 cantelan senjatanya. Typhoon juga memiliki kemampuan super cruise yang sangat berguna dalam melaksanakan misi pertempuran udara maupun misi lainnya. “Dengan berbagai parameter yang dimilikinya, Typhoon merupakan jet tempur yang andal baik untuk pertempuran jarak jauh (BVR) maupun jarak dekat,” ujarnya. “Pesawat ini memiliki kemampuan menanjak dan akselerasi kecepatan yang sangat mengagumkan,” tambahnya.

Di medan pertempuran, Typhoon juga sudah menunjukkan kiprahnya sehingga dapat dicap combat proven. Antara lain dalam misi serangan darat di Libya (2011) serta di Yaman baru-baru ini. Typhoon juga dapat berbangga diri karena sudah mampu mengalahkan F-22 Raptor dalam latihan Red Flag beberapa waktu lalu. Paul Smith menunjukkan tanda “Raptor Killer” yang dibubuhkan di badan salah satu Typhoon dalam slide paparannya.

Joe Parker, Direktur Ekspor Eurofighter, menyatakan, dari sisi pengoperasian hingga saat ini Typhoon telah membukukan 500.000 jam terbang untuk penggunaan mesinnya dan belum ditemukan kegagalan dalam pengoperasiannya tersebut. Dengan demikian tidak mengherankan bila ia menyebut kesiapan Typhoon dalam pengoperasiannya mencapai angka 95% dengan cost reduction 20% setelah penggunaan 500 jam terbang.

Parker juga menandaskan, dengan Indonesia membeli Typhoon, maka kerja sama kemitraan produksi antara Eurofighter dengan PTDI akan meneruskan sejarah kemitraan Airbus dengan PT DI yang ditandai dengan produksi bersama NC212 (1976), CN235 (1983), CN95 (2011), dan Eurofighter Typhoon yang diprediksi dapat dimulai tahun 2018. “Kerja sama produksi Typhoon antara Eurofighter dengan PTDI akan menguntungkan Indonesia sebagai fondasi untuk membuat jet tempur mandiri, kemampuan pemeliharaan dalam negeri, dan pengembangan lainnya,” tegasnya. Sebagaimana diketahui Airbus Defence and Space memiliki saham 46 persen di konsorsium Eurofighter.


Tim Eurofighter menganggap tepat bila Indonesia membeli jet tempur Typhoon yang ditenagai dua mesin EJ200 ini untuk kebutuhan masa kini dan yang akan datang. Dikatakan, jet tempur Typhoon mampu memenuhi kebutuhan TNI Angkatan Udara akan pesawat superioritas udara, pencegat, dan pengaman kemaritiman. (Angkasa)

RI Bakal Jadi Basis Produksi Jet Tempur 'Typhoon' Setelah Eropa

Jakarta -Typhoon adalah jet tempur generasi 4.5 andalan dari Angkatan Udara negara-negara maju di Eropa hingga Timur Tengah. Jet tempur tersebut diproduksi oleh Eurofighter. Basis produksi Eurofighter terletak di 4 negara, yakni Inggris, Jerman, Italia, dan Spanyol.

Empat negara tersebut terlibat dalam produksi komponen utama pesawat, serta memiliki fasilitas assembly line atau perakitan akhir. Terakhir, Eurofighter berencana melebarkan sayap produksi di luar Eropa. Perusahaan yang terafiliasi dengan Airbus Group ini, berencana membuka fasilitas assembly line di Indonesia. 

Bila rencana ini berjalan mulus, maka Indonesia akan menjadi negara kelima, di luar Eropa, sebagai basis produksi jet tempur yang sukses pada misi di Libya tersebut.

"Indonesia akan menjadi basis produksi yang kelima," Kata Head of Industrial Offset Eurofighter Martin Elbourne saat berbincang di Jakarta, Rabu (15/4/2015).

Tahap awal bila militer Indonesia membeli jet tempur Typhoon, maka Eurofighter bisa memulai program transfer teknologi. Eurofighter akan menggandeng produsen pesawat asal Indonesia yakni PT Dirgantara Indonesia (PTDI). 



Selanjutnya, para insinyur atau mekanik pesawat asal Bandung, Jawa Barat, akan dilatih dan terlibat dalam proses pengembangan dan produksi jet tempur Typhoon di Spanyol. Di sana, mereka dilatih selama 2 hingga 3 tahun. "Kita ajak engineer PTDI untuk untuk ambil bagian di Eropa," ujarnya

Selanjutnya ialah, para insinyur PTDI bersama ahli pesawat asal Spanyol bakal kembali ke tanah air untuk memulai proses produksi. Secara bertahap fasilitas produksi dan perakitan pesawat Typhoon di Spanyol bakal diboyong ke Indonesia. "Selanjutnya final assembly akan dibawa ke Bandung," ceritanya.

Tahap awal, basis produksi akan diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan jet tempur Tentara Nasional Indonesia (TNI). Setelah itu, pabrik pesawat di Indonesia bisa mengekspor jet tempur ke luar tanah air seperti yang dilakukan pada program pesawat angkut baling-baling tipe CN 235 dan NC 212.

"Pertama untuk memenuhi kebutuhan militer Indonesia kemudian baru untuk dijual ke luar," tuturnya.

Martin menegaskan, rencana Eurofighter di Indonesia tidak akan mengganggu program pengembangan jet tempur antara Indonesia dan Korea Selatan yang bernama program jet tempur KFX/IFX. Justru dengan kerjasama ini, Eurofighter bisa membantu di dalam meningkatkan kemampuan para insinyur pesawat Indonesia untuk merancang hingga memproduksi jet tempur secara mandiri.

"Kita latih untuk kembangkan pesawat tempur karena sekarang Indonesia belum punya," sebutnya. (Detik)

Wednesday, April 8, 2015

Ini 4 jet tempur yang jadi andalan TNI AU saat ini

Ini 4 jet tempur yang jadi andalan TNI AU saat iniHari ini, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) merayakan hari jadinya yang ke-69 tahun. Pasukan udara dengan semboyan Swa Bhuwana Paksa ini bakal menampilkan sejumlah jet tempur andalannya saat ini ke hadapan publik.

Setelah melalui beberapa masa kelam, krisis moneter hingga embargo militer yang dilancarkan AS sempat melemahkan kekuatan udara yang dimiliki Indonesia. Setelah perekonomian mulai membaik, Indonesia lantas menjajaki sejumlah pembelian alutsista baru.

Penjajakan pertama dilakukan akhir April 2003 saat Presiden Megawati Soekarnoputri menandatangani MoU dengan Rusia untuk pembelian empat jet tempur Sukhoi jenis Su-27. Pembelian dilakukan dengan sistem barter, di mana Indonesia membayar dengan produk-produk pertanian dan unggulan.

Berikut 4 jet tempur yang jadi andalan TNI AU saat ini:

1.
F-16 Fighting Falcon

Dari penelusuran merdeka.com, TNI AU memiliki 12 unit jet tempur F-16 Fighting Falcon Block 15 A/B OCU. Jumlah ini bertambah dengan datangnya dua dari 12 pesawat F-16 varian C/D 52ID ke pangkuan ibu pertiwi. Secara kasat mata, fisik dan berat kotor maksimum hingga mesin kedua varian pesawat ini tidak jauh berbeda.

Perbedaan itu nampak ketika kedua pesawat ini beradu kecepatan, di mana F-16 C/D Blok 52 memiliki daya dorong yang lebih besar, mampu senjata lebih berat dan terbang lebih jauh. Namun dalam close combat atau pertempuran udara jarak pendek maka pesawat F-16 Block 15 A/B OCU memiliki kelincahan yang lebih baik dari F-16 Blok 52.

Untuk urusan pertempuran udara dengan rudal jarak pendek AIM-9 Sidewinder P-4/L/M dan IRIS-T (NATO) serta rudal jarak sedang AIM-120 AMRAAM-C jelas pesawat F-16 C/D 52ID TNI AU tidak kalah dengan pesawat F-16 C/D Block 50/52. Sedangkan serangan darat dan perairan, F-16 ID mampu menggotong persenjataan kanon 20 mm, bomb standar MK 81/82/83/84, Laser Guided Bomb, JDAM (GPS Bomb), rudal AGM-65 Maverick, rudal AGM-84 Harpoon (anti kapal), rudal AGM-88 HARM (anti radar).

Pesawat ini juga mampu menggunakan navigation dan targeting pod untuk operasi malam hari serta misi Supression Of Enemy Air Defence (SEAD) menghancurkan pertahanan udara musuh. Improved Data Modem memungkinkan penerbang melakukan komunikasi tanpa suara hanya menggunakan komunikasi data dengan pesawat lain dan radar darat, radar laut atau radar terbang.

TNI AU mengklaim upgrade Pesawat F-16 C/D 52ID tidak main-main karena mengejar kemampuan setara dengan Block 52. Semua pesawat F-16 C/D 52ID TNI AU juga menjalani modifikasi struktur rangka pesawat dengan program Falcon STAR (Structural Augmentation Roadmap) sehingga umur rangka pesawat menjadi lebih dari 10.000 jam.

Hal ini memungkinkan pesawat dipakai selama 10 tahun lagi sebelum menjalani Dervice Life Extension Program (SLEP) yang mampu menambah umur rangka pesawat sekitar 2000 jam atau 10 tahun masa pakai.

2.
Sukhoi Su-27 SK/SKM

Selain F-16, TNI AU diperkuat 2 unit Su-27 SK dan 3 unit Su-27 SKM. Su-27 SK merupakan varian yang dibuat ketika Uni Soviet masih berdiri. Pesawat berkursi satu ini memiliki peningkatan mesin berupa AL-31F turbofans yang terpasang di kedua sisinya. Dengan demikian, jet ini mampu melesat dengan kecepatan maksimal 2.500 km per jam.

Sementara, Su-27 SKM merupakan varian teranyar yang merupakan perbaikan dari Su-27 SK, dengan beberapa peningkatan di dalam kokpit, serta self-defense electronic countermeasures (ECM) dan bisa melakukan pengisian ulang di udara.

Dibanding pendahulunya, Su-27 SKM tidak lagi hanya berkemampuan air to air, tetapi juga air to ground. Sejumlah panel kuno di dalam kokpit juga digantikan dengan avionik layar kaca berupa tiga MLD (Multifunction Liquid-crystal Displays) serta HUD (Head-Up Displays).

Sistem navigasi mengalami peningkatan dan diintegrasi dengan sistem satelit GLONASS dan NAVSTAR. Varian ini juga menggunakan Sistem Peringatan Radar untuk memandu rudal antiradiasi KH31P.

Peningkatan IRST (Infrared Search and Track Devise) dengan penjejak laser untuk melepaskan rudal laser-beam riding juga dilakukan. Su-27 SKM ini dapat membawa rudal air to air RVV-AE active radar homing, rudal air to ground Kh-29T(TE), Kh-29L, Kh-31P, Kh-31A, serta bom berpemandu KAB-500Kr dan KAB-1500Kr.

3.
Sukhoi Su-30MK/MK2

Sukhoi Su-30 merupakan pesawat tempur yang dikembangkan oleh Rusia sejak 1996. Sejumlah pengamat penerbangan menyebut pesawat ini bisa dibandingkan dengan F/A-18E/F Super Hornet and F-15E Strike Eagle buatan Amerika Serikat.

Secara fisik, pesawat ini merupakan pengembangan dari Su-27UB di antaranya seri Su-30K dan Su-30MK. Konsep awal pembuatan pesawat ini tak lepas dari upaya Uni Soviet untuk menyaingi F-14 Tomcat, F-15 Eagle, F-16 Fighting Falcon, dan F/A-18 Hornet.

Saat ini, TNI AU telah memiliki dua unit Su-30MK dan sembilan unit Su-30MK2. Su-30MK2 memiliki peran multifungsi dan dirancang untuk mendapatkan keunggulan udara, termasuk dalam pertempuran jarak menengah dan dogfights, dan menghancurkan target dengan semua jenis senjata.

Untuk sistem senjata, dua varian ini dilengkapi built-in GSH-301 30-mm automatic single-barrel dengan beban amunisi dari 150 putaran. Termasuk membawa 12 jenis persenjataan yang terdiri dari rudal, roket dan bom yang dipasang secara eksternal di bawah sayap dan bodi pesawat.

Pesawat ini bisa memuat rudal jarak menengah, rudal permukaan, bom udara, hingga bom nuklir.

4.
KAI T-50 Golden Eagle

KAI-50 Golden Eagle sebelumnya dipakai sebagai pesawat latih supersonik canggih, kini ditingkatkan menjadi jet tempur multiperan. Di Indonesia, pesawat ini diberi nama resmi T-50i, di mana fungsinya adalah untuk pesawat latih tempur. TNI AU saat ini memiliki 16 unit KAI T-50.

Di sisi persenjataan, pesawat ini bisa dilengkapi kanon 20 mm General Electric M61 Vulcan dengan 205 peluru. Kemudian rudal udara ke udara pencari panas AIM-9 Sidewinder yang dipasangkan pada setiap rel di ujung sayap, serta rudal-rudal yang lain bisa dipasang di bawah sayap.

Sumber : Merdeka

Friday, April 3, 2015

KRI Karimata-960 Asah Kemampuan di Tengah Laut


Latihan KRI Karimata 960

Salah satu kapal perang di jajaran Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) yakni KRI Karimata-960 yang dikomandani Mayor Laut (P) Zul Fahmi S.E.,  melaksanakan uji kemampuan tempur para anak buah kapalnya selama melaksanakan pelayaran di Perairan Karimun Jawa menuju Jakarta usai mendukung pergeseran material, dan pasukan dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat (TNI AD) dalam rangka Operasi Ekspedisi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ke wilayah timur, Rabu, 1 April 2015.

Menurut komandan KRI Karimata-960, bahwa latihan yang dilaksanakan ini sejalan dengan penekanan Panglima Kolinlamil Laksamana Muda TNI Aan Kurnia, S.Sos dalam rangka terwujudnya kemampuan, kesiapsiagaan, pemahaman dan keterampilan serta profesionalisme prajurit dan pengawak unsur KRI Kolinlamil. Sehingga guna mencapai hal tersebut dibutuhkan suatu latihan yang digelar secara rutin dan berkesinambungan yang diharapkan akan meningkatkan kualitas kemampuan tempur serta  ketanggapsegeraan dalam melaksanakan manuver kapal.

Lebih lanjut dikatakan komandan KRI Karimata-960, selama pelayaran menuju Jakarta, prajurit KRI Karimata-960 dituntut untuk terus mengasah kemampuannya dengan melaksanakan serial latihan meliputi latihan peran orang jatuh di laut, latihan menembak senjata pistol maupun senjata laras panjang berupa AK-47 dan dilanjutkan peran penanggulangan bahaya kebakaran di tengah laut serta peran penyelamatan orang jatuh di laut ataupun Search and Rescue (SAR), yang kesemuanya bertujuan untuk  meningkatkan profesionalisme prajurit KRI KMT-960.


Latihan KRI Karimata 960
Latihan KRI Karimata 960

Sumber : Artileri

Roket-roket TNI Bombardir Markas Teroris Poso

Roket-roket TNI Bombardir Markas Teroris PosoVIVA.co.id - Ribuan pasukan TNI kembali menggempur Gunung Biru di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.

Dalam serangan kali ini, Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) menggempur markas teroris di Gunung Biru dengan roket-roket RM-70 Grad.

Sedikitnya, 29 roket ditembakkan dari darat dan udara dengan sasaran yang telah ditentukan. Roket pertama menghantam sasaran yang berada di puncak Gunung Biru.

Ledakan terjadi dan asap hitam pun mengepul di antara birunya alam gunung ternama di Poso Pesisir Selatan itu.

"Skenario hari ini adalah penghancuran sasaran pokok. Kemudian musuh kan taktik dan strateginya dinamis. Begitu dihancurkan, dia akan lari. Nah dilakukan pengejaran, sehingga heli tadi melakukan pengejaran ke sasaran yang kemungkinan menjadi tempat mereka melarikan diri," jelas Direktur latihan PPRC, Mayjen TNI I Wayan Mendra, di hari ketiga latihan perang, Jumat 3 April 2015.

Seteleh peluncuran roket pertama, pasukan TNI kembali meluncurkan roket dengan sasaran tak jauh dari lokasi sasaran roket pertama.

Serangan roket itu membuat musuh yang menguasai Gunung Biru terpukul mundur, mereka  bergerak menjauh. Namun, seluruh bagian gunung itu sudah dikepung pasukan TNI.

Empat unit helikopter juga terpantau tengah melakukan pengintaian di sekitar kawasan Pegununnan Biru. Di luar skenario latihan perang, kawasan tersebut diduga kuat sebagai lokasi tempat persembunyian kelompok sipil bersenjata di Poso pimpinan Santoso dan Daeng Koro.


Sumber : Viva

Kapal Perang Baru Indonesia Berlayar Pulang

Kapal Perang Baru Indonesia Berlayar PulangVIVA.co.id - Kapal Perang Indonesia yang baru, KRI Rigel 933, kembali melakukan perjalanan ke Indonesia, setelah tiga hari berada di Malaga, Spanyol, pada 31 Maret-2 April 2015 lalu.

Malaga menjadi pelabuhan pertama bersandarnya satu dari dua kapal, yang dibeli Kementerian Pertahanan RI dari Prancis pada 2013, senilai $94 juta, atau lebih dari Rp1,2 triliun.

Kapal pertama diberikan nama KRI Rigel 933, dalam upacara pemberian nama oleh Menteri Pertahanan RI Jendral TNI (Purn) Ryamirzad Ryacudu, pada 11 Maret lalu di Prancis.

Kapal perang baru Indonesia itu telah meninggalkan galangan kapal OCEA Les Sables d´Olonne, untuk 47 hari perjalanan menuju Indonesia, dipimpin oleh Mayor Laut (P) Muhamad Wirda Prayogo sebagai komandan kapal.

Sementara itu, kapal kedua diperkirakan rampung pada September 2015 mendatang. KRI Rigel 933 adalah kapal berteknologi modern, yang mampu melakukan survei bawah laut hingga kedalaman 1.000 meter.

Kapal itu dilengkapi dengan peralatan survei hydro-oceanography, autonomous underwater vehicle, yang berfungsi melakukan pencitraan bawah laut dan mengirimkan sinyal data secara periodik ke kapal.

Terdapat juga remotely operated vehicle, atau robot bawah air dengan kamera, untuk mengambil material bawah laut. KRI Rigel 933 juga dilengkapi dengan fasilitas untuk 40 awak.

Kepada VIVA.co.id di Spanyol, pejabat KBRI Madrid mengatakan KRI Rigel 933 selanjutnya dijadwalkan untuk singgah di Port Said (Mesir), Jeddah (Arab Saudi), Cochin (India), Pelabuhan Sabang, dan berakhir di Jakarta.


Sumber : Viva

Wednesday, April 1, 2015

Kodam Iskandar Muda Diperkuat Kapal Cepat Komando

Kapal Cepat Komando TNI AD (photo : pr1v4t33r) 

Banda Aceh (ANTARA News) - Komando Daerah Militer Iskandar Muda (Kodam IM) kini diperkuat dengan kapal cepat komando yang akan mendukung pergerakan pasukan di wilayah perairan Aceh.

Serah terima kapal komando tersebut berlangsung secara seremoni di Markas Pembekalan Angkutan Angkatan Darat Kodam IM di Ulee Lheue, Banda Aceh, Selasa.

Kapal tersebut diserahterimakan kepada Direktur Pembekalan Angkutan Angkatan Darat Brigjen TNI Pasenga Talilah kepada Panglima Kodam IM Mayjen TNI Agus Kriswanto.

Direktur Pembekalan Angkutan Angkatan Darat Brigjen TNI Pasenga Talilah mengatakan pengadaan kapal motor cepat komando kepada Kodam Iskandar Muda merupakan upaya TNI mengembangkan alat utama sistem persenjataan.



"Kapal motor cepat komando ini diberikan untuk mendukung angkutan air, seperti pergerakan pasukan dari satu wilayah ke wilayah lain. Kapal ini juga untuk memperkuat tugas TNI menjaga kedaulatan bangsa dan negara," kata dia.

Ia mengatakan, kapal motor cepat komando tersebut memiliki panjang 17 meter, lebar empat meter, dan tinggi dua meter. Kapal menggunakan mesin water jet yang memiliki kecepatan 25 knot dengan daya jelajah 250 neutikal mil.

Sementara itu, Panglima Kodam Iskandar Muda Mayjen TNI Agus Kriswanto mengatakan, kapal motor cepat tersebut merupakan yang terbaru dan tercanggih yang dimiliki Kodam Iskandar Muda.

"Kapal ini mendukung tugas teritorial Kodam Iskandar Muda. Dengan adanya kapal ini, akan mempercepat pergeseran pasukan di wilayah perairan Aceh," ungkap Mayjen TNI Agus Kriswanto. 

Sumber : (Antara)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Web Hosting Coupons