Total Pageviews

Friday, August 7, 2015

Empat Duta Besar Eropa Dukung Program Eurofighter Typhoon di Indonesia

Image result for euro fighter
Empat Duta Besar Eropa dan perwakilan negara-negara pendiri Eurofighter, yakni Jerman, Italia, Spanyol, dan Inggris memberikan dukungan kepada Pemerintah Indonesia terkait program alih teknologi dan penawaran jet tempur Eurofighter Typhoon untuk TNI AU. Dukungan disampaikan dalam bentuk Letter of Support (Surat Dukungan) yang telah ditandatatangi oleh Menteri Pertahanan keempat negara Eropa tersebut kepada Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Ryamizard Ryacudu, di Jakarta, Rabu (5/8/2015).


Surat Dukungan yang diberikan kepada Menteri Pertahanan RI, mengukuhkan kembali informasi yang telah disampaikan Eurofighter sebelumnya bahwa pabrikan jet tempur Typhoon ini sungguh-sungguh berniat melaksanakan alih teknologi terhadap Indonesia. Menurut mereka, melalui pengadaan jet tempur Typhoon, Indonesia akan semakin diuntungkan berkat kerja sama jangka panjang yang telah terbangun antara PT Dirgantara Indosia (PT DI) dengan Airbus Group.

Tidak hanya itu, Eurofighter juga turut berpartisipasi memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas) ke-20 melalui kerja sama dengan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) dengan menyelenggarakan lokakarya (workshop) bertajuk “Mewujudkan Visi Poros Maritim Indonesia Melalui Inovasi”. Acara dihadiri oleh lebih 25 perwakilan senior industri strategis, lembaga riset, kementerian terkait, dan TNI AU. Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Kepala Insinyur Program jet tempur IFX PT Dirgantara Indonesia (PT DI) turut menghadiri kegiatan ini.

Dalam lokakarya tersebut diulas pemanfaatan jet tempur secara inovatif terkait konteks kemaritiman. Para peserta lokakarya mengindentifikasi dan mendiskusikan hal-hal kunci yang dapat ditindaklanjuti melalui kolaborasi riset dan studi demi mendukung Indonesia mewujudkan visi kemaritimannya serta meningkatkan kapasitas Indonesia di bidang pertahanan, pengamatan, dan pemeliharaan perdamaian.

Eurofighter Head of Future Capabilities, Laurie Hilditch, dalam kesempatan tersebut mengatakan, inovasi untuk mendukung visi poros maritim dapat dijajaki dan diterapkan melalui bentuk kerja sama. “Kesempatan untuk melakukan riset lebih lanjut terhadap berbagai area spesifik khusus Indonesia dapat dijajaki” ujarnya. Usulan ini mendapat sambutan hangat dari para peserta lokakarya, menyusul kesepakatan Rakornas IPTEK untuk menyusun sebuah Rencana Induk Pembangunan IPTEK di Indonesia.

Sementara Eurofighter Head of Industrial Offset, Martin Elbourne, menyatakan, pendekatan yang dilakukan Eurofighter terhadap Pemerintah Indonesia, merupakan bagian dari wujud kepedulian Eurofighter agar Indonesia dapat “Lepas Landas” sebagai sebuah poros maritim. “Perlindungan maritim yang andal merupakan sebuah kebutuhan mendasar untuk Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Kita tinggal menggabungkan hal itu dengan kapabilitas lokal yang mumpuni di sektor kedirgantaraan,” ujarnya.

Dalam diskusi kecil dengan sejumlah jurnalis di Grand Hyatt, jakarta, Kamis (6/8/2015), Martin Elbourne dan Laurie Hilditch, kembali menegaskan kesungguhan dukungan Eurofighter terhadap Pemerintah Indonesia. Elbourne menyatakan, program yang ditawarkan Eurofighter kepada Indonesia tidak hanya terbatas pada penawaran satu skadron jet tempurTyphoon (16 unit) saja, namun lebih dari itu adalah membangun kerja sama jangka panjang. “Kami datang ke sini bukan hanya menawarkan 16 pesawat Typhoon dan setelah itu pergi. Tapi lebih besar dari itu adalah membangun kemitraan industri dirgantara termasuk membangun sumber daya manusia di sini,” paparnya.

Sementara Hilditch menyampaikan performa Typhoon yang sangat pas untuk menjaga ruang udara dan mendukung visi kemaritiman Indonesia. “Pesawat ini memiliki berbagai keunggulan untuk melaksanakan tugas pengamanan kemaritiman Indonesia,” ujar mantan penerbang tempur dan pilot uji di Angkatan Udara Inggris dengan pangkat terakhir Group Captain (Kolonel) tersebut.

Kementerian Pertahanan RI saat ini tengah menjajaki sejumlah pesawat tempur yang ditawarkan kepada Indonesia, termasuk Eurofighter Typhoon, untuk menggantikan F-5E/F Tiger II yang akan segera dipensiunkan dari dinasnya di Skadron Udara 14, Lanud Iswahjudi, Magetan. Untuk memilih jet tempur mana yang paling pas, Indonesia mempunyai berbagai persyaratan. Salah satunya bahwa pembelian alutsista dari luar negeri harus dibarengi dengan alih teknologi guna membangun kemandirian bangsa di masa mendatang.


Sumber: Angkasa

Pemerintah Mulai Atur Penggunaan Drone

Sejalan dengan makin maraknya penggunaan pesawat tanpa awak atau drone di kalangan sipil dan demi mengantisipasi dampak negatif serta bahaya yang mungkin ditimbulkan, Kementerian Perhubungan menilai penting untuk mengatur pengoperasiannya. Dalam acara Sosialisasi Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 90/2015 Tentang Pengoperasian Pesawat Tanpa Awak (Drone) yang diadakan Selasa, 4 Agustus 2015 di Jakarta, aturan tersebut mulai disosialisasikan kepada sejumlah media, komunitas pengguna drone, serta institusi yang menggeluti pembuatan dan pengoperasiannya.

    Dari banyaknya jumlah peserta yang hadir, tampak bahwa acara ini mendapat respon yang luar biasa dan sangat positif dari masyarakat pengguna drone.  Salah satu butir aturan yang menyatakan bahwa permohonan  izin menerbangkan drone harus diajukan kepada Direktur jenderal Perhubungan Udara selambat-lanbatnya 14 hari kerja sebelum pelaksanaan, mendapat sorotan tajam dari peserta. Seorang pewarta media elektronik yang telah biasa memanfaatkan drone untuk peliputan peristiwa, misalnya, balik bertanya, “Butir aturan ini sulit diterima mengingat sebuah peristiwa bisa terjadi kapan saja, dan kami sebagai awak media harus langsung meliput. Sulit sekali untuk menunggu sampai 14 hari.”

     Menanggapi hal itu, Direktur Navigasi Penerbangan Ditjen Perhubungan Udara, Novi Riyanto menimpali, sejauh penggunaannya masih di luar batas-batas yang ditentukan, pengguna tidak perlu meminta izin dari Ditjen Perhubungan Udara. PM 90/2015 sama sekali tidak dibuat untuk melarang, tapi hanya untuk mengatur agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Dalam kaitan ini, ia menyimak penggunaan drone oleh media lebih banyak dilakukan di bawah ketinggian 150 meter, dan itu tidak perlu izin sejauh penggunaannya tetap memperhatikan aspek keamanan dan keselamatan terhadap lingkungan sekitarnya. Aturan ini sendiri sesungguhnya sudah diterbitkan sejak Mei 2015 lalu.

    Dijelaskan, inti dari Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 90/2015 adalah bahwa pengoperasian pesawat tanpa awak atau drone tidak diperbolehkan di: kawasan udara terlarang (prohibited area), kawasan udara terbatas (restricted area), kawasan keselamatan operasi penerbangan (KKOP), serta controlled airspace dan uncontrolled airspace pada ketinggian lebih dari 150 meter. Hal ini semata-mata agar penggunaannya tidak membahayakan instalasi strategis dan operasi penerbangan pesawat udara yang telah dikawal Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (CASR) yang bersifat universal dan internasional.

    Meski begitu, Kementerian Perhubungan mengakui Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 90/2015 masih bisa direvisi dan belum cukup. Untuk itu Direktur Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara, Ditjen Perhubungan Udara, Musaffar Ismail mengungkap, pihaknya tengah berupaya melengkapinya dengan aturan terkait standar kelaikan udaranya. Aturan serupa juga diberlakukan bagi semua pesawat terbang di seluruh dunia, merujuk Civil Aviation Safety Regulation, ICAO. “Rencananya, pembuatan aturan ini akan kami konsultasikan juga dengan berbagai pihak dan seluruh pemangku kepentingan seperti Lapan, Bakosurtanal, BPPT, dan BMKG. Acara ini akan diadakan September agar kami bisa mendapat berbagai masukan,” tuturnya.


Sumber: Angkasa

Thursday, August 6, 2015

Tiga Pangkalan Utama TNI AL Segera Diresmikan

Tiga Lanal yang akan diresmikan menjadi Lantamal adalah di Pontianak, Kalimantan Barat, di Tarakan, Kalimantan Utara, dan di Sorong, Papua Barat (photo : Metro Siantar)
.
Jakarta (ANTARA News) - Tiga pangkalan utama TNI AL, yaitu di Pontianak, Tarakan, dan Sorong di Papua Barat, segera diresmikan dan dipimpin seorang laksamana pertama TNI. Selama ini ketiganya masih di tingkat pangkalan TNI AL yang dipimpin seorang kolonel.  

Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Ade Supandi, mengatakan, "Ini hanya ditingkatkan kelasnya dari Lanal kelas B akan ditingkatkan menjadi pangkalan TNI AL kelas A atau pangkalan utama TNI AL," kata Supandi, pada Seminar Nasional Hari Hidrografi Dunia 2015, di Ancol, Jakarta Utara, Rabu.

Secara geografis, geopolitik, dan geoekonomi kawasan, ketiganya sangat strategis. Pontianak berhadapan langsung dengan Laut China Selatan yang sejak empat tahun terakhir semakin menghangat sejalan klaim sepihak dan agresivitas militer China atas wilayah itu. 

Tarakan di Kalimantan Utara berhadapan langsung dengan perairan Blok Ambalat yang sempat diaku-aku Malaysia sebagai miliknya. Pendayagunaan dan pengawasan Gosong Karang Unarang serta patroli rutin TNI AL serta pemasangan rambu navigasi laut resmi dari Indonesia mampu meredam syahwat Malaysia tentang ini. 

Sorong juga mirip, namun dari sisi penguasaan perairan Laut Halmahera, Laut Maluku, Laut Banda, dan Samudera Pasifik, yang kaya ikan-ikan bernilai ekonomi tinggi serta kekayaan lain laut nasional. Ini juga menjadi salah satu jalur pelayaran internasional penting yang harus diawasi secara maksimal

"Semua ini strategi kami selaku TNI AL yang sudah lama dirumuskan," ujarnya. Dengan menjadi pangkalan utama TNI AL maka fungsinya meningkat, juga menjadi pusat-pusat pembinaan potensi maritim setempat secara lebih signifikan. 

Juga tipe dan kelas kapal-kapal perang yang bisa bersandar serta direparasi jika perlu juga meningkat. Secara fisik, umpamanya, panjang dermaga lebih panjang dengan fasilitas lebih lengkap. 

Pangkalan Utama TNI AL Pontianak akan diresmikan pada 7 Agustus 2015, Pangkalan Utama TNI AL Tarakan pada 12 Agustus. "Sedangkan untuk Pangkalan Utama TNI AL Sorong masih kami bahas tanggalnya. Namun, diperkirakan akan diresmikan pada  Oktober nanti," katanya.

Begitupun penomoran ketiga pangkalan utama TNI AL itu juga belum ditentukan. Misalnya Pangkalan Utama TNI AL VII/Kupang di NTT. 

Sumber: (Antara)

TNI AU Selenggarakan Latiham Perang Elektronika dan Cyber Defence

Unsur Pernika darat TNI AU dengan menggunakan alat Tactical Mono tipe PR-100, sedang melakukan pendeteksian keberadaan frekwensi radio gelap milik negara agresor Sonora pada Latihan Pernika & Cyber Defence TNI AU 2015 di Mabesau. (photo : TNI AU).

TNI AU Lumpuhkan  Negara “Agresor Sonora”

Unsur-unsur kekuatan Pernika (Perang Elektronika) dan Cyber TNI AU yang terlibat dalam pertempuran melawan kekuatan negara Sonora (lawan) di mandala perang, untuk sementara berhasil meraih kemenangan.  Aksi provokasi negara agresor Sonora melalui kegiatan Pernika, baik di udara maupun di darat  dan cyber attack, berhasil dinetralisir oleh TNI AU.

Pesawat jenis Hawk 100/200 milik Sonora yang kedapatan menerobos wilayah udara Riau, berhasil tertangkap Radar 232 Dumai. Mengetahui aksinya tertangkap radar, pesawat Sonora melakukan electronic attack dengan melepas chafft untuk mengelabui tangkapan Radar.    Namun demikian,  aksi  tersebut mampu dinetralisir oleh unsur Pernika TNI AU dengan melakukan electronic protection, sehingga aksi pesawat tersebut dapat terus dipantau Radar. Selanjutnya dilakukan penindakan pemaksaan mendarat (force down) oleh satu flight pesawat tempur TNI AU Lanud Roesmin Nuryadin, Pekanbaru.



Sementara, unsur Pernika darat TNI AU juga telah melumpuhkan keberadaan frekwensi radio gelap yang selama ini mengganggu masyarakat dengan melakukan aksi siaran  propaganda dan menghasut masyarakat Riau dan Sulawesi Selatan.  Dengan peralatan canggih, berupa Monob (Monitoring Observation) dan DF (Detection Finder), unsur Pernika TNI AU berhasil menangkap frekwensi gelap milik Sonora, selanjutnya menetralisir siaran mereka.

Demikian juga unsur Cyber TNI AU, berhasil melakukan defence terhadap jaringan komputer kawan dari serangan tim cyber Sonora.  Bahkan dalam sebuah serangan balasan (counter attack) yang dilakukan unsur cyber TNI AU, mampu melumpuhkan  jaringan komputer negaraSonora.

Ringkasan cerita tersebut menjadi bagian dari skenario latihan Pernika & Cyber Defence 2015 yang digelar TNI AU.  Memasuki hari kedua, Rabu(5/7) dinamika latihan makin dinamis, dimana aktifitas Pernika dan Cyber, termasuk perang Opini melalui media Online tampak begitu menegangkan yang dapat disaksikan melaui vicon (video conference) di tiap-tiap ruang Kolat (Komando Latihan), baik yang ada di Mabesau, Lanud Hasanudin Makassar maupun Lanud Roesmin Nuryadin, Pekanbaru.

Sumber: (TNI AU)

Saturday, August 1, 2015

Incat Australia Minati Investasi Teknologi Perkapalan

HMAS Jervis Bay, kapal AL Australia yang dibangun oleh Incat (photo : skyscrapercity)

Jakarta ( ANTARA News) - Produsen kapal Incat, Australia Pty Ltd berminat investasi bidang teknologi perkapalan yang diklaim sangat cocok dibangun di Indonesia, sesuai dengan dukungan pemerintah yang mendorong kemajuan industri maritim.

"Kami sangat senang dengan kemajuan (pembicaraan) yang signifikan. Kami serius akan berinvestasi pada bidang ini," kata Chairman Incat, Australia Pty Ltd Robert Clifford usai menemui Menteri Perindustrian Saleh Husin di Jakarta, Kamis.

Presdir PT Indocat Jayamahe Kris Sulisto mengatakan Menperin Saleh Husin meminta perusahaan untuk bekerja sama dengan perusahaan lokal dalam menerapkan teknologi perkapalan, yang nilai investasinya mencapai 10-50 juta dollar AS tersebut.

"Teknologi katamaran ini sangat cocok di wilayah Indonesia yang berupa kepulauan. Dengan adanya program poros maritim, makan akan dibutuhkan banyak sekali kapal," kata Kris.

Menurut dia, teknologi perkapalan milik perusahaan asal Australia tersebut mampu mengangkut banyak sekali barang, termasuk orang maupun kendaraan pengangkut, dengan kecepatan sekitar 50 knot per jam.

"Basisnya alumunium dan katamaran ini kapal yang di tengah permukaannya ada rongga, sehingga sangat stabil dan ini cepat sekali, sehingga bisa cepat sampai dari pulau satu ke pulau yang lain," ujar Kris.

Kris menambahkan, pihaknya akan bertemu dengan Asosiasi Industri Kapal Nasional Indonesia (IPERINDO) untuk mencari perusahaan galangan kapal lokal yang mau bekerja sama dalam menerapkan teknologi katamaran tersebut.

Saat ini, lanjutnya, perusahaan sedang menjajaki galangan kapal yang ada di Lampung, Jawa Barat, Jakarta, Jawa Timur dan Makasar.

Sumber: (Antara)

5 Unit Howitzer Swagerak Caesar Datang di Jakarta

Howitser swagerak 155 mm Nexter Caesar (photo : ARC)

Selamat datang (lagi) Caesar..!!

Setelah melalui berbagai aral melintang, akhirnya meriam swagerak Caesar 155mm kembali tiba di tanah air. Setibanya di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, proses bongkar muat juga sempat terkendala unjuk rasa pekerja kontainer. Namun akhirnya, pada kamis dini hari, satu persatu meriam asal Prancis ini bisa dibongkar muat

Total ada sebanyak 15 unit Caesar yang akan datang dalam waktu dekat ini. Pada kamis dinihari tadi, sebanyak 5 unit dulu yang telah tiba. Dengan ditambah 4 unit yang telah tiba tahun lalu, maka total ada 19 unit Caesar yang akan datang tahun ini. Pada tahun depan, sebanyak 18 unit sisa pesanan direncanakan akan tiba.

Dalam waktu dekat juga akan dilakukan uji fungsi Meriam caesar yang telah tiba. Termasuk Uji fungsi kendaaraan tempur Komodo yang berfungsi sebagai BCV (Baterai Command Vehicle). Ssssttt... kini tengah diperjuangkan pula pengadaan LG-1MK3, untuk memenuhi kebutuhan 2 batalyon. 

Sumber: (ARC)

Prototipe Pesawat Habibie R80 Mulai Dibuat 2016

Rancangan pesawat R-80 (image : Kaskus Militer)

JAKARTA, KOMPAS.com — Prototipe atau purwarupa pesawat terbang rancangan Presiden ketiga RI BJ Habibie bertajuk Regio Prop 80 (R80) ditargetkan mulai dibuat pertengahan 2016, kata Komisaris PT Regio Aviasi Industri (RAI) Ilham Habibie.

"Semoga pertengahan tahun depan sudah tuntas semua (desainnya) sehingga pertengahan tahun depan kami sudah mulai membuat prototipe (purwarupa). Masih lama dari segi desain," ujar Ilham di Jakarta, Rabu (29/7/2015).

Ia menuturkan, saat ini pihaknya masih dalam tahap pembuatan desain awal R80, yakni dalam proses pemilihan komponen utama seperti mesin dan sistem pengendalian pesawat.

Pesawat R80 sebelumnya ditargetkan mulai terbang pada 2019, tetapi karena masalah teknis, Ilham memperkirakan pesawat tersebut baru siap diterbangkan pada 2021.

Untuk saat ini, tutur dia, terdapat tiga perusahaan penerbangan yang memesan pesawat itu mencapai total 145 unit, yakni dari Kalstar Indonesia, Nam Air, dan Trigana Air.

Sementara itu, untuk mesin pesawat, ia mengatakan, PT RAI akan menggunakan mesin dari tiga perusahaan, yakni Rolls Royce asal Inggris, Pratt and Whitney asal Amerika Serikat, serta General Electric asal Amerika Serikat.

Pesawat R80, menurut dia, memiliki beberapa keunggulan dibandingkan pesawat lain, di antaranya lebih besar dan hemat dalam penggunaan bahan bakar.

"Saya lihat biaya pengoperasian pesawat 30-50 persennya terkait bahan bakar, jadi mesin sangat menentukan. Kemajuan lain pesawat ini bisa juga di aerodinamika, kenyamanan kabin, material lebih maju, tapi yang paling penting lebih hemat 10-15 persen dibanding pesawat ATR," ujar dia.

Dengan keunggulan tersebut, Ilham mengatakan belum menentukan harga pasti untuk R80 karena belum menentukan mesin dan komponen-komponen yang akan dipakai. Namun, ia memperkirakan akan dibanderol sebesar 22 hingga 25 juta dollar AS per unit.

R80 merupakan suksesor dari pesawat N250 buatan IPTN yang kini disebut PT Dirgantara Indonesia. Sementara PT RAI yang mengembangkan R80 adalah perusahaan pembuat pesawat terbang komersial milik BJ Habibie.

Sumber: (Kompas)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Web Hosting Coupons